Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, akan menjalani sidang pembacaan tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum (JPU) di PN Tipikor, Jakarta Pusat pada Kamis (3/7). Hasto didakwa melakukan suap komisioner KPU dan perintangan penyidikan kasus Harun Masiku.
Sebelum memasuki ruang sidang, Hasto sempat mengutarakan kepercayaan dirinya.
“Sejak awal ketika menggunakan rompi oranye ini, kebetulan nomornya 18, saya kenakan dengan keyakinan bahwa kebenaran akan menang, satyam eva jayate,” ucapnya.
Secara harfiah, ungkapan ‘satyam eva jayate’ itu berasal dari naskah India kuno. Jika diterjemahkan, satyam eva jayate artinya ‘hanya kebenaran yang akan menang, bukan kecurangan’.
“Tidak ada suatu fakta-fakta hukum yang mengarahkan pada dakwaan dari JPU, tetapi kami juga memahami tugas dari penuntut umum, bahwa penuntut umum harus punya kewajiban membuktikan, tetapi ya tugasnya menuntut, sehingga kami memahami tugas-tugas itu,” tambahnya.
Hasto pun menyebut dirinya sudah selesai menyusun pleidoi yang akan dibacakannya pada sidang selanjutnya.
“Yang penting good news-nya, pleidoi sudah saya selesaikan, tinggal nanti menyesuaikan dengan tuntutan dari JPU dan minggu depan saya siap bacakan dengan berbagai referensi-referensi yang menunjukkan pentingnya the morality of law, pentingnya due proccess of law,” tuturnya.
Sidang dimulai sekitar pukul 09.37 WIB. Tampak beberapa tokoh PDIP turut hadir di ruang sidang, salah satunya mantan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Kasus Hasto
Dalam kasusnya, Hasto didakwa menyuap komisioner KPU RI dalam proses Pergantian Antarwaktu (PAW) dan merintangi penyidikan kasus Harun Masiku.
Dalam perkara dugaan suap, Hasto disebut menjadi pihak yang turut menyokong dana. Suap diduga dilakukan agar Harun ditetapkan sebagai anggota DPR melalui proses PAW.
Caranya, adalah dengan menyuap komisioner KPU saat itu, Wahyu Setiawan. Nilai suapnya mencapai Rp 600 juta.
Suap itu diduga dilakukan oleh Hasto bersama Donny Tri Istiqomah, Harun Masiku, dan Saeful Bahri. Suap kemudian diberikan kepada Agustiani Tio dan juga Wahyu Setiawan.
Sementara itu, terkait dengan perkara dugaan perintangan penyidikan, Hasto disebut melakukan serangkaian upaya seperti mengumpulkan beberapa saksi terkait Masiku dengan mengarahkan para saksi itu agar tidak memberikan keterangan yang sebenarnya.
Tidak hanya itu, pada saat proses tangkap tangan terhadap Masiku, Hasto memerintahkan Nur Hasan—seorang penjaga rumah yang biasa digunakan sebagai kantornya—untuk menelepon Masiku supaya merendam HP-nya dalam air dan segera melarikan diri.
Kemudian, pada 6 Juni 2024, atau 4 hari sebelum Hasto diperiksa sebagai saksi terkait Masiku, ia juga memerintahkan stafnya yang bernama Kusnadi untuk menenggelamkan HP milik Kusnadi agar tidak ditemukan oleh KPK.
Atas dakwaan tersebut, Hasto membantahnya.