JAKARTA – Proyeksi positif menyelimuti pasar saham Indonesia menjelang paruh kedua tahun 2025. Perusahaan aset manajemen, Grow Investments, melihat sejumlah sentimen kuat, baik dari ranah global maupun domestik, yang siap mendorong kinerja bursa.
President Director Grow Investments, Yenwy Wongso, menjelaskan bahwa dari kancah internasional, proyeksi penurunan suku bunga acuan The Fed menjadi salah satu pendorong utama. Perlambatan ekonomi Amerika Serikat yang tercermin dari data perumahan hingga ketenagakerjaan di bawah ekspektasi pasar, mengindikasikan perlunya stimulus ekonomi, salah satunya melalui pelonggaran kebijakan moneter.
Selain faktor ekonomi AS, meredanya ketegangan geopolitik global, khususnya gencatan senjata antara Iran dan Israel di Timur Tengah, turut memberikan angin segar bagi stabilitas pasar. Ditambah lagi, beberapa kesepakatan perdagangan terkait kebijakan tarif impor AS juga berhasil meredakan kekhawatiran akan perang dagang global.
Dari dalam negeri, likuiditas pasar saham diproyeksikan akan meningkat signifikan. Hal ini didorong oleh masa jatuh tempo Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang berpotensi mengalirkan dana kembali ke bursa. Dukungan lain datang dari belanja pemerintah melalui berbagai program strategis, seperti pembangunan perumahan publik dan inisiatif “makan bergizi gratis”, yang diharapkan menciptakan efek pengganda ekonomi yang kuat.
Di tengah peluang pertumbuhan pasar saham ini, Grow Investments telah mengidentifikasi beberapa sektor saham unggulan. Sektor kesehatan menjadi salah satu yang paling menonjol, dinilai defensif dan berpotensi mencatat kinerja positif. Faktor pendorong utamanya adalah ditundanya implementasi fitur pembagian risiko atau *co-payment* pada produk asuransi kesehatan. Mekanisme *co-payment* ini sebelumnya dikhawatirkan dapat memengaruhi tingkat kunjungan pasien ke rumah sakit, yang pada gilirannya berdampak pada pendapatan dan laba emiten rumah sakit.
Selain kesehatan, sektor konsumer mass market juga menarik perhatian Grow Investments. Sektor ini diperkirakan akan mendapatkan dorongan ganda: dari proyeksi penurunan suku bunga acuan yang akan meningkatkan daya beli masyarakat, serta stimulus berkelanjutan dari program-program pemerintah.
Director of Business Development Grow Investments, Andrew Handaya, menambahkan bahwa pasar saham Indonesia memang akan terdorong oleh proyeksi penurunan suku bunga acuan, baik dari The Fed maupun Bank Indonesia, yang diperkirakan terjadi setidaknya dua kali pada sisa tahun ini. Meskipun demikian, pihaknya tetap mengadopsi pandangan “optimis dengan hati-hati” atau *cautiously optimistic*, seraya terus memantau setiap peluang yang ada di pasar modal.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. RAGAMUTAMA.COM tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.