RAGAMUTAMA.COM, BANDUNG – Persib Bandung masih menghadapi permasalahan terkait bonus yang dijanjikan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat, yang dinilai tidak sesuai dengan komitmen awal. Polemik ini kembali mencuat ke permukaan, menyoroti janji yang belum terpenuhi sepenuhnya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi telah menjanjikan bonus sebesar Rp 2 miliar kepada para pemain Persib. Imbalan ini merupakan apresiasi atas keberhasilan tim kebanggaan Jawa Barat tersebut dalam meraih gelar juara back-to-back Liga 1. Dari total janji itu, uang sebesar Rp 1 miliar telah diberikan langsung dari kantong pribadi Dedi Mulyadi, sementara sisanya diinstruksikan untuk dikumpulkan melalui iuran atau ‘urunan’ dari Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemprov Jabar.
Namun, hasil pengumpulan dana dari ASN yang terkumpul hanya mencapai Rp 365 juta. Angka ini jelas jauh dari target Rp 1 miliar yang dijanjikan, menciptakan selisih yang signifikan dan memicu kekecewaan di kubu Maung Bandung.
Menyikapi situasi ini, manajemen Persib Bandung mengambil langkah tegas. Tim memutuskan untuk menolak dan mengembalikan uang bonus yang sempat diberikan kepada para pemain dari hasil urunan ASN tersebut. Haji Umuh Muchtar, Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), menegaskan bahwa dana dari ASN memang belum diterima secara resmi oleh klub. Ia membedakan dengan uang Rp 1 miliar yang diterima dari Dedi Mulyadi secara pribadi, yang menurutnya “tidak ada masalah”.
Menurut Umuh, keputusan menolak bonus dari ASN Pemprov Jabar ini memiliki alasan kuat. Salah satunya adalah ketiadaan transparansi atau catatan yang jelas mengenai proses pengumpulan dana urunan yang diinstruksikan gubernur. Selain itu, klub juga tidak ingin terbebani dengan janji bonus Rp 1 miliar yang kini berpotensi menimbulkan polemik berkelanjutan.
Di sisi lain, Umuh Muchtar menaruh kecurigaan terhadap Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar, Herman Suryatman. Ia menilai sosok eselon II.a tersebut terlalu menggebu-gebu dalam menyampaikan janjinya. Umuh tidak menutup kemungkinan bahwa dana bonus hasil urunan ASN sebenarnya sudah terkumpul hingga Rp 1 miliar, namun jumlah yang disalurkan kepada klub justru tidak sesuai.
“Saya curiga jangan-jangan dari ASN sudah Rp 1 miliar, terus diberikan Rp 350 juta, itu kecurigaan saya,” ungkap Umuh dengan nada tegas saat ditemui di sela-sela sesi latihan tim di Stadion GBLA, Senin. “Jadi, saya tidak mau terima. Jadi, dikembalikan dulu,” tegasnya, menunjukkan sikap bulat tim. Ia menerangkan bahwa transparansi uang urunan dari ASN harus jelas dan terperinci. Saat menyerahkan kepada tim pun, Pemprov harus melampirkan rincian dana yang diterima secara detail.
Umuh menekankan pentingnya rincian ini untuk menghindari konflik di kemudian hari. “Harus jelas, sekarang dia tidak berani memberi rincian. Kalau memberi rincian semua, percaya siapa saja yang menyumbang itu. Harus ada rincian uang dari si A si B, siapa tahu sudah Rp 1 miliar sama sekda diotak-atik lagi, maaf saudara sekda,” katanya, menegaskan perlunya akuntabilitas penuh dalam pengelolaan dana tersebut. (mcr27/RAGAMUTAMA.COM)