Ragamutama.com – , Jakarta – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) kembali mengingatkan pentingnya mematuhi Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam aktivitas wisata ekstrem. Imbauan ini ia sampaikan menyusul insiden jatuhnya Juliana Marins, pendaki asal Brasil, di Taman Nasional Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat, pada Sabtu, 21 Juni 2025. “Insiden ini mengingatkan setiap destinasi wisata ekstrem mengandung risiko serius,” kata Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana dalam keterangan resmi, Sabtu, 28 Juni 2025.
Widiyanti turut menyampaikan belasungkawa atas kejadian yang merenggut nyawa tersebut. Ia menekankan pentingnya kepatuhan terhadap SOP, terutama di Gunung Rinjani, sesuai dengan ketentuan dalam Surat Keputusan Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Nomor 19 Tahun 2022. “Kami ingin menegaskan kewajiban ketat untuk mematuhi SOP yang telah diatur. Kepatuhan terhadap prosedur ini bukan sekadar formalitas, namun menjadi benteng utama dalam meminimalkan insiden fatal,” ujarnya.
Kemenpar meminta pelaku industri dan pengelola wisata ekstrem menjalankan tiga langkah konkret. Pertama, melakukan pengawasan dan audit menyeluruh terhadap seluruh operator dan pemandu demi memastikan kepemilikan sertifikasi resmi. Kedua, menyelenggarakan pelatihan ulang wajib bagi pemandu dan porter, meliputi teknik keselamatan, evakuasi darurat, dan komunikasi krisis. “Kementerian Pariwisata terus melakukan kerja sama lintas kementerian/lembaga untuk memastikan SOP berjalan efektif di lapangan,” ujar Widiyanti.
Ketiga, kementerian mendorong edukasi bagi wisatawan, terutama turis mancanegara. Edukasi mencakup pentingnya menggunakan operator resmi, kelengkapan peralatan keselamatan, serta informasi risiko sebelum melakukan aktivitas ekstrem.
Menurut Widiyanti, keselamatan wisatawan menjadi tanggung jawab bersama. Kejadian ini dinilai sebagai momentum untuk menegakkan SOP wisata ekstrem secara nyata dan menyeluruh guna mencegah tragedi serupa.
Juliana Marins terjatuh saat mendaki Gunung Rinjani pada Sabtu, 21 Juni 2025. Setelah pencarian selama empat hari, jenazahnya ditemukan di kedalaman sekitar 600 meter pada Selasa, 24 Juni. Evakuasi baru bisa dilakukan keesokan harinya akibat medan ekstrem dan cuaca buruk. Kemenpar mengapresiasi seluruh pihak yang terlibat dalam proses evakuasi, terutama Basarnas, manajemen Taman Nasional Gunung Rinjani, dan para relawan.
Pilihan Editor: Untung-Rugi Ekspor Listrik ke Singapura