IHSG Kembali Berdarah, Saham Big Caps Jadi Biang Kerok: Analis Ungkap Strategi Jitu Hadapi Pasar Bergejolak
JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali harus mengakui keunggulan tekanan pasar. Pada penutupan perdagangan Rabu (25/6), IHSG terperosok 0,54% atau setara 37,03 poin, mengakhiri hari di level 6.832,143. Sentimen negatif ini didorong oleh aksi jual pada saham-saham kapitalisasi besar, terutama di sektor perbankan.
Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, lebih banyak saham yang berjatuhan. Sebanyak 401 saham mengalami penurunan, berbanding 212 saham yang berhasil menguat, sementara 186 saham lainnya stagnan. Aktivitas perdagangan cukup ramai dengan volume mencapai 22,6 miliar saham, menghasilkan nilai transaksi sebesar Rp 12,98 triliun.
Lantas, bagaimana prospek IHSG ke depan? Akankah tren penurunan ini berlanjut? Analis memberikan pandangan dan rekomendasi saham yang patut diperhatikan.
Herditya Wicaksana, Analis MNC Sekuritas, menyoroti koreksi pada saham-saham perbankan sebagai penyebab utama pelemahan IHSG. Ia memprediksi, IHSG masih rentan terhadap tekanan jual pada perdagangan Kamis (26/6). Herditya menetapkan level support di 6.784 dan resistance di 6.864.
“Dari sisi sentimen, pasar akan terus memantau perkembangan konflik di Timur Tengah serta pidato dari The Fed terkait arah kebijakan moneternya,” jelasnya.
Di tengah gejolak pasar, Herditya merekomendasikan beberapa saham untuk dicermati, antara lain ULTJ (target harga Rp 1.395 – Rp 1.475 per saham), PANI (kisaran Rp 12.200 – Rp 13.075), dan BULL (level Rp 133 – Rp 143 per saham).
[Grafik ULTJ dari TradingView]
Sementara itu, Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang, melihat pelemahan IHSG juga dipengaruhi oleh aksi ambil untung jangka pendek oleh investor. Aksi ini dipicu oleh momentum menjelang libur panjang akhir pekan, di tengah ketidakpastian global yang masih membayangi.
“Pasar masih bersikap *wait and see*, terutama terkait keberlanjutan gencatan senjata antara Iran dan Israel,” ungkap Alrich.
Untuk perdagangan Kamis (26/6), Alrich memproyeksikan IHSG akan bergerak fluktuatif di rentang 6.750–6.900. Ia juga menyoroti bahwa menjelang akhir semester I 2025, pelaku pasar mulai mengantisipasi laporan kinerja keuangan emiten.
“Maraknya penawaran umum perdana saham (IPO) dalam waktu bersamaan turut menekan likuiditas di pasar reguler,” tambahnya.
Dari sisi global, bursa Asia ditutup variatif namun cenderung menguat pada Rabu, didorong oleh harapan atas berlanjutnya gencatan senjata Iran-Israel serta respons positif pasar terhadap pernyataan terbaru Ketua The Fed. Bursa Eropa juga dibuka menguat, setelah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) NATO di Belanda menyetujui kenaikan anggaran militer menjadi 5% dari PDB pada 2035, sesuai dengan dorongan Amerika Serikat.
Untuk menghadapi pasar yang penuh tantangan ini, Alrich merekomendasikan saham MAIN, ARTO, TOWR, MTEL, dan ULTJ untuk menjadi radar para investor. Dengan strategi yang tepat, peluang keuntungan tetap terbuka lebar di tengah fluktuasi pasar.