Pembelaan Tak Terduga untuk Francesco Bagnaia di Tengah Krisis Ducati: Jorge Lorenzo Ungkap Alasan Sebenarnya
Pembalap andalan Ducati Lenovo, Francesco Bagnaia, kembali menjadi sorotan setelah performanya yang belum optimal bersama motor Desmosedici GP25 di musim MotoGP saat ini. Di tengah krisis kepercayaan diri dan kesulitan menaklukkan tunggangannya, Bagnaia justru mendapatkan pembelaan kuat dari mantan juara dunia MotoGP tiga kali, Jorge Lorenzo. Pembelaan ini muncul seiring kian melejitnya performa rekan sesama penunggang Ducati, Marc Marquez, yang seolah membayangi kiprah Bagnaia.
Pembalap berjuluk Pecco itu, yang dikenal sangat sensitif terhadap karakter motornya, memang terlihat terus berjuang mencari setelan sempurna demi menunjang performa terbaik di lintasan. Kondisi ini kian terasa ironis, mengingat Marquez, yang baru mengendarai motor Ducati selama satu setengah musim, kini telah dipandang sebagai ahli di atas Desmosedici. Opini ini secara terang-terangan dilontarkan oleh Jorge Lorenzo. “Marquez lebih unggul di banyak aspek. Secara fisik, pengereman, hingga manajemen ban, dia telah menjelma menjadi seorang ahli,” ungkap Lorenzo, seperti dikutip dari Motosan.
Namun demikian, di balik pengakuannya terhadap kehebatan Marquez, Lorenzo justru menunjukkan empati dan membela Bagnaia. Ia membagikan pengalaman pribadinya yang pernah merasakan penderitaan serupa saat menunggangi Ducati selama dua musim, yakni pada tahun 2017 dan 2018. Saat itu, Lorenzo hanya mampu mencetak tiga kemenangan, yang semuanya diraih pada musim kedua di tahun 2018—tepatnya di GP Italia, GP Catalunya, dan GP Austria.
“Tetapi saya juga membela Pecco, karena saya telah mengalaminya sendiri; saya pernah menunggangi motor yang tidak saya sukai selama bertahun-tahun dan saya sangat menderita,” ucap Lorenzo. Ia melanjutkan, “Pada tahun 2018 dengan Ducati yang kami gunakan, saya sangat kesulitan hingga kami memodifikasi beberapa hal dan akhirnya saya memahaminya.” Berdasarkan pengalaman tersebut, Lorenzo sepenuhnya memahami dan memercayai keluhan Bagnaia yang merasa tidak nyaman dengan motornya. Ia yakin, jika Bagnaia merasa nyaman, ia akan mampu tampil lebih dekat dengan Marc Marquez.
Lebih lanjut, Lorenzo mengungkapkan bahwa Bagnaia sebetulnya sudah melayangkan keluhan sejak pramusim, di mana ia merasa didesak untuk memilih GP25, padahal preferensinya adalah Desmosedici GP24. Bagi Lorenzo, sikap Bagnaia yang terus mengeluhkan motornya sama sekali bukan bentuk serangan terhadap Ducati. “Dia (Bagnaia) sama sekali tidak bermaksud menyinggung Ducati, Pecco. Tidak, sama sekali tidak,” tegas Lorenzo. “Ia hanya mengutarakan masalahnya, mengakui kesulitannya, dan mengatakan apa yang memang perlu ia katakan. Yang mungkin bisa diperdebatkan adalah apakah hal tersebut harus dipublikasikan atau tidak,” tambahnya.
Pengalaman pribadi Lorenzo sebagai rekan setim Marc Marquez di tim Repsol Honda pada musim 2019, yang juga menjadi musim terakhirnya di MotoGP, turut memperkuat pembelaannya. “Ketika saya masih di Honda, saya sering mencoba setelan Marc,” kenang Lorenzo. Namun, ia menyadari bahwa setelan tersebut tidak cocok untuk jangka panjang. “Pada akhirnya itu bukan gaya Anda, dan Anda menyelesaikan putaran namun catatan waktunya tidak memuaskan. Karena mungkin Anda memasuki tikungan tanpa mengerem, sementara dia masuk dengan pengereman yang sangat agresif,” jelasnya.
Oleh karena itu, Lorenzo sangat memahami situasi yang dialami Bagnaia saat ini. Menurutnya, perbedaan performa antara dirinya dan Marc Marquez tidaklah terlalu signifikan, dan mungkin persepsi publik terhadap kesenjangan tersebut terlalu dibesar-besarkan mengingat situasi Bagnaia yang memang sedang kurang ideal. Pembelaan ini menjadi angin segar bagi Pecco, sekaligus menyoroti kompleksitas adaptasi seorang pembalap dengan tunggangannya, bahkan di level tertinggi seperti MotoGP.