Saham Garuda Indonesia (GIAA) Meroket 9,38% Pasca Suntikan Modal Rp6,65 Triliun dari BPI Danantara
JAKARTA — Saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) terpantau melonjak signifikan, meroket 9,38% ke level Rp70 per lembar pada penutupan perdagangan Selasa (24/6/2025) hari ini. Kenaikan tajam ini dipicu oleh suntikan modal senilai US$405 juta atau setara Rp6,65 triliun dari Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia kepada maskapai penerbangan pelat merah tersebut.
Berdasarkan data *RTI Business*, pergerakan saham GIAA mencapai level tertinggi di Rp70 dan terendah di Rp69 per lembar sepanjang sesi perdagangan. Dalam sebulan terakhir, kinerja saham GIAA tercatat telah melonjak impresif sebesar 27,27%, dan bahkan terbang 94,44% dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Dengan performa ini, kapitalisasi pasar perseroan kini mencapai Rp6,31 triliun.
Injeksi modal dari BPI Danantara Indonesia sebesar US$405 juta (Rp6,65 triliun) ini merupakan bagian dari komitmen dukungan pembiayaan yang lebih besar, dirancang mencapai US$1 miliar. Dukungan ini hadir dalam bentuk pinjaman pemegang saham awal, sekaligus menjadi kelanjutan dari upaya restrukturisasi yang telah dijalankan Garuda Indonesia sejak tahun 2022. Langkah ini menandai dimulainya tahapan penyehatan jangka panjang bagi perseroan.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, menyambut baik keputusan Danantara untuk menjadi mitra strategis dalam mendukung transformasi jangka panjang perusahaan. “Dengan dukungan Danantara Indonesia, Garuda memproyeksikan penguatan kapabilitas operasional melalui optimalisasi bisnis dan kinerja agar dapat mengokohkan posisi sebagai maskapai kelas dunia,” ujar Wamildan pada Selasa (24/6/2025).
Pada fase awal kolaborasi ini, fokus utama akan diarahkan pada perawatan dan peningkatan kesiapan operasional armada Garuda Indonesia Group, meliputi Garuda sebagai *full service carrier* (FSC) dan Citilink sebagai *low cost carrier* (LCC). Selanjutnya, Danantara dan Garuda akan melanjutkan transformasi dengan menitikberatkan pada optimalisasi kinerja operasional dan finansial, sebagai bagian dari agenda jangka panjang menuju maskapai berkelanjutan.
Chief Operating Officer Danantara Indonesia, Dony Oskaria, menegaskan bahwa pendekatan transformasi ini tidak hanya mencakup pendanaan, tetapi juga pendampingan institusional berbasis prinsip tata kelola dan akuntabilitas. Dony juga memastikan bahwa Danantara Indonesia akan melakukan evaluasi secara berkala terhadap capaian transformasi yang dijalankan oleh Garuda. “Melalui Danantara Asset Management, kami akan memastikan proses transformasi berjalan sesuai rencana, dan setiap tahapan akan dievaluasi berdasarkan capaian dan prinsip akuntabilitas,” pungkasnya.
Optimisme terhadap suntikan dana ini juga diamini oleh para analis pasar. Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus, menyatakan bahwa pergerakan saham GIAA selama sebulan terakhir didorong oleh optimisme akan suntikan dana segar dari Danantara. “Kenaikan harga saham ini didorong oleh isu yang tersebar yakni adanya potensi suntikan dana dari Danantara untuk GIAA senilai US$500 juta,” jelas Indri kepada Bisnis pada Rabu (11/6/2025).
Indri menilai bahwa suntikan dana dari Danantara akan sangat membantu GIAA membalikkan kondisi bisnis dan keuangannya, mengingat maskapai ini masih memiliki utang sekitar US$1,4 miliar hingga Desember 2024 lalu. Di sisi lain, meskipun dalam kondisi merugi, GIAA tetap menunjukkan komitmen dalam pelayanan penerbangan yang sangat baik, terbukti dengan keberhasilan memberangkatkan 91 ribu jamaah haji dengan *on time performance* (OTP) sebesar 96,4%—capaian OTP tertinggi operasional penerbangan haji selama tiga tahun berturut-turut. “GIAA memiliki peluang besar untuk dapat bangkit dari keterpurukannya, mengingat Presiden RI Prabowo Subianto juga gencar memberikan stimulus berupa penurunan harga tiket pesawat sehingga *traffic* perjalanan udara berpotensi meningkat dan berdampak positif bagi GIAA,” tambah Indri. Namun, GIAA juga tetap dihadapkan pada tantangan, yaitu potensi peningkatan harga bahan bakar, mengingat harga komoditas minyak saat ini sudah kembali bergerak normal karena pasokan yang terjaga.
Senada, Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis Setyo W., juga mengamini bahwa rencana suntikan modal Danantara memang menjadi katalis pendorong pergerakan saham GIAA. Abdul Azis menambahkan bahwa kondisi GIAA saat ini sudah menunjukkan adanya perbaikan kinerja. Maskapai ini berhasil menyusutkan rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi US$76,48 juta per kuartal I/2025, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$87,03 juta. Penyusutan kerugian GIAA ini didorong oleh kinerja pendapatan usaha yang naik 1,62% secara tahunan (*year on year/yoy*) menjadi US$723,56 juta pada kuartal I/2025, dibandingkan US$711,98 juta pada kuartal I/2024. “Hal ini [penurunan kerugian] menandakan memang ada perbaikan secara fundamental sektoral mengingat mobilitas yang meningkat dengan banyaknya hari besar dan cuti bersama,” kata Azis kepada Bisnis pada Rabu (11/6/2025). Meski demikian, Azis menilai bahwa masih terdapat tantangan bagi GIAA, yakni daya beli masyarakat yang lemah, meskipun pemerintah telah merilis diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada tiket pesawat.
_________
*Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. RAGAMUTAMA.COM tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.*