GGRM Anjlok, Saham Gudang Garam Kehilangan Kilau di Bursa?

Avatar photo

- Penulis

Minggu, 22 Juni 2025 - 19:17 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Berikut adalah artikel yang sudah ditingkatkan:

Kemerosotan Saham Gudang Garam (GGRM): Ketika Raja Rokok Tersengat Tekanan Industri dan Pasar

JAKARTA, RAGAMUTAMA.COM – Saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM), raksasa industri rokok yang pernah berjaya, terus mencatatkan kinerja suram di lantai bursa. Dari puncak kejayaannya pada 2019 yang sempat menyentuh Rp 90.000 per lembar, nilai saham perusahaan rokok asal Kediri ini kini hanya diperdagangkan di kisaran Rp 9.100 per lembar pada penutupan Jumat, 20 Juni 2025. Kemerosotan dramatis ini menandai anjloknya nilai saham GGRM hingga lebih dari 80 persen dari rekor tertinggi.

Kejatuhan harga saham GGRM ini bukan sekadar volatilitas pasar biasa, melainkan cerminan dari persoalan mendalam yang berkaitan langsung dengan perubahan lanskap industri rokok di Indonesia serta lemahnya kinerja keuangan perusahaan itu sendiri. Dinamika eksternal dan internal telah berpadu menciptakan badai sempurna bagi Gudang Garam.

Industri rokok di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menghadapi tekanan hebat dari berbagai sisi. Salah satu faktor paling signifikan adalah kenaikan tarif cukai rokok yang nyaris terjadi setiap tahun. Kebijakan ini berdampak langsung pada harga jual eceran rokok, yang pada gilirannya menurunkan daya beli konsumen dan mengikis volume penjualan. Selain itu, produsen besar seperti Gudang Garam juga dihadapkan pada persaingan yang makin ketat dari pemain rokok skala menengah dan kecil yang menawarkan fleksibilitas harga lebih tinggi.

Baca Juga :  7 Tanda Bahaya Keuangan Anda: Peringatan Dini dari Kemenkeu

Tekanan ganda ini tercermin jelas dalam laporan keuangan terbaru perseroan. Mengutip *Kontan*, laba bersih Gudang Garam sepanjang 2024 anjlok hingga 81,57 persen menjadi Rp 980,8 miliar, jauh dibandingkan capaian tahun sebelumnya yang mencapai Rp 5,32 triliun. Pendapatan pun ikut merosot tajam dari Rp 118,95 triliun menjadi Rp 98,65 triliun, menegaskan kontraksi yang serius dalam operasional perusahaan.

Dampak dari penurunan kinerja ini tak hanya terbatas pada laporan keuangan, tetapi juga menciptakan tekanan ke hulu rantai pasok. Gudang Garam diketahui telah menghentikan pembelian tembakau dari petani di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, salah satu pusat produksi tembakau utama di Tanah Air. Langkah ini memicu kekhawatiran serius di kalangan petani lokal.

Bupati Temanggung, Agus Setyawan, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima penjelasan langsung dari manajemen Gudang Garam terkait keputusan tersebut. “Jadi memang tidak lagi kondusif untuk membeli bahan baku, khususnya dari Temanggung,” ujar Agus, dikutip dari *Antara*, Senin (16/6/2025). Menurutnya, melimpahnya stok tembakau di gudang perusahaan – bahkan cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi hingga empat tahun ke depan – menjadi alasan utama penghentian pembelian.

Wajar jika tekanan ini tercermin di pasar saham. Sepanjang satu tahun terakhir, nilai saham GGRM telah tergerus lebih dari 50 persen. Jika pada pertengahan 2024 saham ini masih diperdagangkan di angka Rp 18.550, kini hanya tersisa separuhnya. Bahkan, pada 8 April 2025, saham Gudang Garam sempat menyentuh titik terendah tahun ini di Rp 8.675 per lembar, mengindikasikan sentimen negatif yang kuat dari investor.

Baca Juga :  Arya Saloka Cerai, Keenan-Rudi Tuntut Ganti Rugi: 3 Berita Artis Paling Heboh Hari Ini

Kondisi ini memicu para investor untuk mempertanyakan prospek jangka panjang saham GGRM. Di tengah meningkatnya preferensi hidup sehat, ketatnya regulasi pemerintah, serta perubahan pola konsumsi masyarakat, industri rokok tak lagi sekuat dahulu. Saham perusahaan rokok yang dulu dianggap defensif dan stabil, kini justru menjadi salah satu yang paling tertekan dan berisiko tinggi.

Meskipun Gudang Garam masih mencatatkan total aset sebesar Rp 84,93 triliun dan ekuitas Rp 61,91 triliun, tekanan signifikan pada profitabilitas dan keberlangsungan operasional menunjukkan bahwa masa-masa keemasan mungkin telah berlalu. Kini, bola ada di tangan investor: menunggu pemulihan jangka panjang yang tidak pasti atau mulai mempertimbangkan diversifikasi portofolio ke sektor-sektor yang lebih adaptif terhadap perubahan zaman.

*Artikel ini bersumber dari pemberitaan di KONTAN berjudul “Tahun 2024, Laba Gudang Garam (GGRM) Anjlok 81,58 Persen”*

Berita Terkait

Harga Emas Antam Hari Ini, Stagnan di Rp 1.942.000: Cek Detailnya!
Serangan AS ke Iran: IHSG Anjlok, Modal Asing Berhamburan?
Emas: Kapan Harga Naik Lagi? Analisis & Prediksi Terbaru
Serangan AS ke Iran, Saham Tel Aviv Meroket Lampaui Rekor Tertinggi!
Perang AS-Iran? Pasar Saham Global Terancam Ketidakpastian dan Stres
Produksi Migas Naik, SKK Migas Optimis Capai Target?
Waspada Penipuan, BNI Ingatkan Nasabah Jaga Kode OTP!
Bank Jakarta IPO Tahun Depan, Pramono Anung Beri Perintah!

Berita Terkait

Senin, 23 Juni 2025 - 03:08 WIB

Harga Emas Antam Hari Ini, Stagnan di Rp 1.942.000: Cek Detailnya!

Senin, 23 Juni 2025 - 02:18 WIB

Serangan AS ke Iran: IHSG Anjlok, Modal Asing Berhamburan?

Minggu, 22 Juni 2025 - 22:57 WIB

Emas: Kapan Harga Naik Lagi? Analisis & Prediksi Terbaru

Minggu, 22 Juni 2025 - 21:23 WIB

Serangan AS ke Iran, Saham Tel Aviv Meroket Lampaui Rekor Tertinggi!

Minggu, 22 Juni 2025 - 20:58 WIB

Perang AS-Iran? Pasar Saham Global Terancam Ketidakpastian dan Stres

Berita Terbaru

War And Conflicts

AS Serang Iran, Koordinasi Rahasia dengan Israel Terungkap?

Senin, 23 Jun 2025 - 03:52 WIB

technology

Passkey Facebook: Login Lebih Aman, Apa Bedanya dengan Password?

Senin, 23 Jun 2025 - 03:43 WIB

Uncategorized

Teror Bom Jemaah Haji, Kemenag: Jangan Sampai Terulang!

Senin, 23 Jun 2025 - 03:23 WIB