JAKARTA – Jumat (20/6) menjadi hari yang menantang bagi pasar modal Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah signifikan ke level 6.907,1, menyeret sejumlah saham unggulan ke zona merah. Tiga emiten besar dari indeks LQ45, yakni PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), tak luput dari tekanan jual yang membuat harga saham mereka “memerah”.
### Kinerja Saham ANTM Tertekan di Pasar Memerah
Memulai analisis dari PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau saham ANTM, emiten pertambangan ini harus menutup perdagangan Jumat (20/6) dengan koreksi. Harga saham ANTM terpaku pada Rp 3.200 per saham saat bursa ditutup. Angka ini mencerminkan penurunan tajam sebesar 3,90% dibandingkan penutupan hari sebelumnya, Kamis (19/6), yang berada di level Rp 3.330. Meskipun sempat dibuka pada harga yang sama dengan penutupan sebelumnya, yakni Rp 3.330 per saham, ANTM gagal mempertahankan posisinya. Sepanjang hari, saham ini bergerak di rentang harga tertinggi Rp 3.340 dan terendah Rp 3.160, yang pada akhirnya ditutup anjlok Rp 130 per saham dalam satu hari perdagangan.
Kinerja mingguan ANTM juga menunjukkan tren negatif; sejak 13 Juni 2025, harga saham ANTM telah terkoreksi 3,03% dari harga Rp 3.300. Namun, menilik performa jangka panjang, saham ANTM justru menunjukkan kenaikan impresif sebesar 163,37% dalam setahun terakhir (sejak 20 Juni 2024), dari harga Rp 1.215. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat nilai transaksi yang cukup besar untuk ANTM, mencapai Rp 718,40 miliar dengan volume perdagangan mencapai 2.237.446 lot.
### Saham BBRI Turut Memerah di Tengah Penurunan IHSG
Tak hanya sektor pertambangan, emiten perbankan kelas kakap PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga tak luput dari sentimen negatif pasar. Harga saham BBRI mengakhiri hari perdagangan dengan pelemahan tipis, ditutup pada level Rp 3.790 per saham. Penurunan sebesar 0,26% ini terjadi dari harga penutupan Kamis (19/6) yang berada di Rp 3.800. Saham BBRI dibuka lebih rendah dari hari sebelumnya, yaitu Rp 3.740, dan mencatatkan pergerakan harian antara harga tertinggi Rp 3.840 dan harga terendah Rp 3.740, berakhir dengan koreksi Rp 10 per saham.
Dalam perspektif mingguan, performa saham BBRI juga kurang menggembirakan, dengan penurunan 5,25% sejak 13 Juni 2025 dari harga Rp 4.000. Parahnya, dalam setahun terakhir (sejak 20 Juni 2024), harga saham BBRI telah merosot 11,24% dari harga Rp 4.270. Catatan BEI menunjukkan nilai transaksi saham BBRI mencapai angka fantastis Rp 1.955,20 miliar, dengan total volume perdagangan sebesar 5.161.779 lot, mengindikasikan tingginya minat investor meskipun pasar sedang lesu.
### Saham BBCA Turun Hampir 1% Akibat Tekanan Pasar
Penurunan juga tak terhindarkan bagi raksasa perbankan lainnya, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Harga saham BBCA mengakhiri perdagangan di Rp 8.700 per saham, terkoreksi 0,85% dari penutupan Kamis (19/6) di Rp 8.775. Dibuka pada harga yang sama dengan penutupan, yaitu Rp 8.700 per saham, BBCA bergerak dinamis antara Rp 8.875 (tertinggi) dan Rp 8.625 (terendah) sebelum akhirnya ditutup merosot Rp 75 per saham.
Secara mingguan, saham BBCA mencatat penurunan 3,60% sejak 13 Juni 2025 dari level Rp 9.025. Performa tahunan juga menunjukkan tren negatif, dengan penurunan 7,69% dari harga Rp 9.425 sejak 20 Juni 2024. Volume transaksi saham BBCA tergolong sangat tinggi di BEI, mencapai Rp 3.883,00 miliar dengan 4.459.151 lot saham berpindah tangan, menjadikannya salah satu saham dengan nilai transaksi terbesar di hari tersebut.