Ramalan Sensasional Dustin Poirier untuk Oliveira vs. Topuria di UFC 317, Ungkap Nasib Sabuk Kelas Ringan!
Sebagai salah satu petarung paling disegani di kancah MMA, Dustin Poirier, sang “The Diamond” yang pernah merasakan pahitnya kekalahan dari Khabib Nurmagomedov, kini beralih menjadi peramal. Ia memberikan pandangan tajamnya mengenai duel krusial yang akan memperebutkan sabuk juara kelas ringan yang ditinggalkan Islam Makhachev: pertarungan antara Charles Oliveira dan Ilia Topuria di UFC 317.
Pertarungan yang dinanti-nantikan ini dijadwalkan pada akhir pekan mendatang, 29 Juni 2025, dan akan menjadi momen penting bagi divisi kelas ringan UFC. Dengan sabuk juara yang kini tanpa pemilik, tekanan ada pada Oliveira dan Topuria untuk membuktikan siapa yang layak menjadi raja baru. Dustin Poirier, yang dikenal dengan analisisnya yang cermat, tak ragu untuk menjagokan Ilia Topuria. Baginya, sulit membayangkan “Do Bronx” bisa keluar sebagai pemenang.
Poirier mengungkapkan bahwa satu-satunya celah bagi Charles Oliveira untuk meraih kemenangan adalah melalui kuncian. Namun, ia menekankan bahwa menjatuhkan Ilia Topuria ke posisi berbahaya bukanlah tugas yang mudah. “Ilia lebih pendek dibandingkan Charles dari segi ukuran tubuh,” jelas Poirier, seperti dilansir dari transkrip Championat.com.
“Saya tidak bisa membayangkan Oliveira mengalahkan dia, kecuali lewat cekikan yang menyakitkan… tetapi, hal itu akan sulit untuk dilakukan,” tambahnya. Poirier melanjutkan analisisnya dengan menyoroti gaya bertarung Charles Oliveira yang “biasa menerima banyak pukulan,” sementara di sisi lain, “Topuria bisa meng-KO lawannya.” Dustin Poirier pun menyatakan antusiasmenya, “Saya tak sabar menantikan duel ini,” memberikan gambaran betapa dinamisnya pertarungan ini.
Selain menjadi pengamat ulung, Dustin Poirier juga tengah mempersiapkan babak akhir dari karier gemilangnya di oktagon. Jagoan berusia 36 tahun ini tengah disibukkan dengan rencana pertarungan terakhirnya sebelum memutuskan pensiun, sebuah momen yang pasti akan emosional bagi para penggemarnya.
Duel perpisahan “The Diamond” direncanakan menghadapi jagoan tangguh, Max Holloway, di UFC 318 yang akan berlangsung pada bulan Juli mendatang. Meski harus menerima keputusan UFC, Poirier mengakui bahwa ia sempat punya pilihan lain untuk lawan terakhirnya. “Saya lebih memilih Justin Gaethje, ketimbang Max,” ungkapnya terus terang. “Tetapi, UFC ingin saya melawan dia. Saya sendiri tidak tahu pasti alasannya… mungkin karena Max memegang sabuk BMF,” imbuh Poirier, menyoroti kompleksitas di balik pemilihan lawan di ajang sekelas UFC.
Dustin Poirier bukanlah nama baru di jagat MMA; ia telah malang melintang dan berkompetisi secara profesional sejak tahun 2009. Perjalanan kariernya yang panjang membuatnya menjadi saksi dan pelaku sejarah, termasuk saat ia merasakan langsung kehebatan tak terbantahkan Khabib Nurmagomedov. Bertemu di oktagon pada tahun 2019 silam, Poirier harus mengakui keunggulan “The Eagle” setelah kalah dicekik pada ronde ketiga, tepatnya di menit 2:06. Pengalaman tersebut, bersama dengan segudang duel lainnya, telah membentuknya menjadi sosok petarung dan analis yang dihormati di dunia bela diri campuran.