UNESCO: Warisan Budaya Takbenda Dunia Selain Indonesia, Apa Saja?

Avatar photo

- Penulis

Kamis, 19 Juni 2025 - 18:33 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Berikut adalah artikel yang sudah ditingkatkan:

Merayakan Keberagaman: Mengenal 8 Warisan Budaya Takbenda Terbaru yang Diakui UNESCO di Tahun 2024

Budaya bukanlah sekadar peninggalan masa lalu, melainkan denyut nadi kehidupan yang terus berdenyut, membentuk identitas, dan merajut masa depan sebuah bangsa. Pengakuan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda menjadi bukti nyata bahwa tradisi dan seni memiliki nilai universal yang harus dijaga dan dilestarikan. Dengan pengakuan ini, warisan tersebut bukan hanya sekadar artefak sejarah, melainkan bagian vital dari keberlangsungan peradaban manusia.

Dilansir dari daftar resmi UNESCO *Intangible Cultural Heritage*, tahun 2024 kembali menyaksikan bertambahnya deretan warisan budaya takbenda dari berbagai negara yang kini diakui secara global. Mari kita selami delapan di antaranya:

Reog Ponorogo, Indonesia
Indonesia patut berbangga! Seni pertunjukan khas dari Ponorogo, Jawa Timur, ini resmi masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO pada tahun 2024 dan memerlukan perlindungan mendesak. Tari teatrikal yang telah berusia ratusan tahun ini kerap menjadi primadona dalam berbagai upacara adat seperti tolak bala, bersih desa, hingga perayaan keagamaan dan nasional, menampilkan perpaduan harmonis antara gerak, musik, dan cerita yang memukau.

Ritual Wosana, Botswana
Dari gurun Botswana, hadir Ritual Wosana, sebuah tradisi pemanggil hujan yang berakar kuat pada komunitas Bakalanga di Botswana dan beberapa desa di perbatasan Zimbabwe. Budaya ini juga terdaftar sebagai Warisan Budaya Takbenda yang memerlukan perlindungan mendesak oleh UNESCO pada tahun 2024. Sebagai tradisi leluhur, Wosana melibatkan serangkaian doa, jamuan, nyanyian, dan tarian dalam upacara kolektif yang dipimpin oleh tokoh adat, mencerminkan kearifan lokal dalam menjaga keseimbangan alam.

Kopi Arab, Arab
Sebuah ritual sosial yang mendalam, tradisi minum Kopi Arab kini resmi masuk dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan UNESCO pada tahun 2024. Pengakuan ini merupakan kontribusi kolektif dari Uni Emirat Arab, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan negara pengusul baru, Yordania. Tradisi ini merefleksikan nilai luhur keramahan dan kemurahan hati dalam masyarakat Arab. Penyajian kopi Arab tak sekadar rutinitas harian, tetapi juga menjadi bagian integral dari berbagai seremoni penting, seperti pernikahan dan majelis adat untuk rekonsiliasi atau penyelesaian konflik.

Baca Juga :  3 Anak Polisi Jadi Peraih Adhi Makayasa 2025

Rubab, Afghanistan
Mengembara ke Asia Tengah dan Selatan, kita menemukan Rubab, alat musik petik kuno yang memikat. Instrumen ini resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO pada tahun 2024 melalui pengajuan bersama Afghanistan, Iran, Tajikistan, dan Uzbekistan. Terbuat dari kayu murbei kering yang dikumpulkan dari gurun, rubab dimainkan dalam berbagai peristiwa, mulai dari perayaan, pernikahan, pemakaman, hingga ritual penyembuhan. Rubab juga menjadi bagian penting dalam pertunjukan musik orkestra dan kontemporer lintas negara, menunjukkan universalitas melodinya.

Dry Stone Construction, Kroasia
Kecermatan dan keahlian tradisional terwujud dalam seni konstruksi batu kering atau *dry stone construction*. Praktik kuno ini resmi masuk dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda UNESCO tahun 2024, berkat kolaborasi 13 negara Eropa, termasuk Kroasia, Prancis, Italia, Yunani, hingga Irlandia. Teknik ini merujuk pada praktik membangun struktur hanya dengan batu, tanpa menggunakan bahan pengikat apa pun. Keahlian ini menuntut pemahaman mendalam terhadap geometri dan fisika, serta ketelitian dalam memilih dan menyusun batu agar kokoh, menyatu dengan kontur tanah, dan iklim setempat.

Asturian Cider Culture, Spanyol
Pesona budaya lokal dari Spanyol terwujud dalam Budaya Minum Sari Apel di Asturias. Tradisi ini mencakup seluruh ruang dan proses pembuatan, penyajian, hingga kenikmatan mencicipi cider alami hasil fermentasi sari apel lokal. Cider menjadi simbol jati diri masyarakat Asturias yang merefleksikan relasi mendalam antara komunitas pedesaan dan lingkungan alam mereka. Minuman ini juga menjadi bagian penting dalam kuliner lokal dan perayaan tradisional, mulai dari festival kastanye (*amagüestos*), pesta cider (*espichas*), hingga kompetisi menuang dan mencicipi yang memperkuat ikatan sosial serta menjaga kelestarian lanskap pedesaan secara berkelanjutan.

Baca Juga :  Perusakan Makam Bantul-Yogyakarta: Fakta Terungkap & Imbauan Bijak untuk Masyarakat

Betashar, Kazakhstan
Melangkah ke dataran luas Kazakhstan, kita mengenal Betashar, ritual tradisional pernikahan yang penuh makna. Upacara ini menandai momen ketika wajah pengantin perempuan diperlihatkan untuk pertama kali kepada khalayak. Tradisi ini berakar dari masa ketika calon pengantin pria jarang melihat pasangannya sebelum pernikahan, menjadikannya momen yang sangat dinanti dan sakral dalam budaya Kazakhstan.

Csárdás, Hungaria
Irama dinamis dari Hungaria hidup dalam tradisi tari Csárdás. Tarian ini dibawakan secara berpasangan, biasanya pria dan wanita, dengan banyak pasangan yang menari bersamaan dalam lingkaran besar atau kecil. Setiap daerah memiliki gaya, gestur, dan pola gerakan khas yang tetap mengacu pada aturan baku namun dieksekusi secara improvisasi. Csárdás hidup dalam tradisi desa maupun kota, menjadi bagian dari pesta pernikahan, acara komunitas, hingga pertunjukan panggung, dan biasanya diiringi musik gesek seperti biola, viola, dan kontrabas yang energik.

Pengakuan dari UNESCO ini membawa dampak yang sangat signifikan bagi pelestarian warisan budaya. Selain meningkatkan kesadaran masyarakat global akan pentingnya menjaga budaya, status warisan dunia juga mendorong kolaborasi internasional dan memperluas apresiasi terhadap keragaman budaya manusia. Lebih jauh, pengakuan ini dapat menguatkan ekonomi kreatif dan sektor pariwisata lokal. Tradisi yang telah disahkan akan lebih terlindungi dari klaim budaya negara lain, sekaligus memberikan inspirasi dan kebanggaan kolektif bagi bangsa pemiliknya. Oleh karena itu, pengakuan ini bukan sekadar pelestarian, melainkan pemantik untuk terus memperkenalkan dan mengembangkan budaya lokal ke ranah global.


Berita Terkait

MAKI Bongkar: Pejabat Kemenag ‘Titip’ Keluarga Haji 2024!
Arsy Hermansyah Jadi Petugas Upacara 17-an 2025? Ini 7 Potretnya!
Tragis! Bocah Sukabumi Meninggal Penuh Cacing Usai Ziarah Makam Raya
Wakil Bupati Kulon Progo Sigap Ikat Tali Sepatu Paskibraka HUT RI
IKN: Semangat Persatuan Berkibar di Upacara Penurunan Bendera
Xandy Dharwika: Sosok Danki Paskibraka Upacara Penurunan Bendera
Live Streaming & Jadwal Penurunan Bendera: Jangan Sampai Ketinggalan!
Kolonel Amril Hairuman: Komandan Upacara HUT RI ke-80 dari Kopassus

Berita Terkait

Kamis, 21 Agustus 2025 - 07:42 WIB

MAKI Bongkar: Pejabat Kemenag ‘Titip’ Keluarga Haji 2024!

Rabu, 20 Agustus 2025 - 20:09 WIB

Arsy Hermansyah Jadi Petugas Upacara 17-an 2025? Ini 7 Potretnya!

Rabu, 20 Agustus 2025 - 18:45 WIB

Tragis! Bocah Sukabumi Meninggal Penuh Cacing Usai Ziarah Makam Raya

Senin, 18 Agustus 2025 - 07:49 WIB

Wakil Bupati Kulon Progo Sigap Ikat Tali Sepatu Paskibraka HUT RI

Senin, 18 Agustus 2025 - 04:33 WIB

IKN: Semangat Persatuan Berkibar di Upacara Penurunan Bendera

Berita Terbaru

Public Safety And Emergencies

Gempa Bekasi M 4.9: Kondisi Karawang Terkini, Info Terbaru!

Jumat, 22 Agu 2025 - 06:27 WIB

Uncategorized

Gempa Bekasi M 4.9: Karawang Waspada? Kondisi Terkini dan Analisis

Jumat, 22 Agu 2025 - 04:42 WIB

Uncategorized

Bagnaia Ogah Jadi Bayangan Marquez? Pilih Jalur Sendiri!

Jumat, 22 Agu 2025 - 03:18 WIB