Guncangan Geopolitik Bayangi IHSG: BI Tahan Suku Bunga, Ini Proyeksi & Rekomendasi Saham Terbaru
JAKARTA – Di tengah bayangan ketidakpastian ekonomi global dan memanasnya tensi konflik geopolitik di Timur Tengah, Bank Indonesia (BI) mengambil langkah strategis. Melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni 2025, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate pada level 5,5%. Keputusan ini selaras dengan ekspektasi mayoritas pelaku pasar, mencerminkan kehati-hatian dalam menghadapi dinamika ekonomi terkini.
Mengomentari kondisi pasar, Oktavianus Audi, seorang analis sekaligus VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas, mengungkapkan kekhawatiran para pelaku pasar terhadap lonjakan harga komoditas. Kenaikan signifikan pada harga minyak mentah, misalnya, dikhawatirkan dapat memicu inflasi lebih lanjut. Audi memprediksi, serangkaian sentimen negatif ini berpotensi membuat The Fed – bank sentral Amerika Serikat – menunda pemangkasan suku bunga acuannya, bahkan hingga Desember 2025, dengan potensi penurunan yang sangat terbatas, yakni hanya sekitar 25-50 basis poin.
Penundaan pemangkasan suku bunga global ini tentu membawa implikasi signifikan terhadap ekonomi domestik. Audi menjelaskan, lambatnya penurunan suku bunga acuan dapat menekan daya beli masyarakat dan mengurangi permintaan kredit, seiring dengan membengkaknya *cost of fund* atau biaya dana bagi perbankan dan korporasi. Kondisi ini, lanjut Audi, berpotensi memberikan dampak negatif pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), mengingat biaya pendanaan yang lebih mahal juga akan menghambat aksi ekspansi para emiten. Pernyataan ini disampaikan Audi pada Rabu (18/6).
Merespons gejolak ini, Audi memaparkan proyeksinya untuk pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir Juni 2025. Dalam skenario paling optimis, IHSG diperkirakan akan bergerak di rentang 7.225–7.250. Sementara itu, untuk proyeksi yang lebih moderat, IHSG kemungkinan akan berada di kisaran 7.150–7.200. Namun, jika sentimen negatif terus mendominasi, Audi tidak menampik kemungkinan IHSG melemah hingga mencapai level pesimis, yakni sekitar 6.950–7.000 pada akhir bulan ini.
Lebih lanjut, Audi menyoroti bahwa sentimen utama yang akan terus memengaruhi pasar saham dalam waktu dekat adalah dinamika konflik geopolitik antara Iran dan Israel yang belum mereda. Di sisi lain, kenaikan harga komoditas, baik energi maupun bahan baku, justru akan memberikan dampak positif dan berkorelasi langsung dengan harga saham emiten-emiten yang bergerak di sektor terkait.
Di tengah bayang-bayang ketidakpastian global yang kian meningkat, Audi menambahkan bahwa musim dividen yang masih berlangsung saat ini menjadi salah satu faktor positif yang dapat menopang pasar.
Untuk para investor, Audi menyarankan agar mencermati emiten-emiten dengan tema yang relevan, khususnya di sektor barang baku dan energi, mengingat kuatnya sentimen yang melingkupi pasar saat ini. Secara spesifik, ia merekomendasikan *trading buy* untuk tiga saham pilihan: PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dengan target harga Rp 540 per saham, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang diproyeksikan mencapai Rp 3.750 per saham, serta PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) dengan target harga Rp 800 per saham.