Perang Israel-Iran Memasuki Hari Kelima: Tuntutan Trump, Serangan Rudal Sengit, dan Dampak Krusial pada Fasilitas Nuklir
Konflik berkepanjangan antara Israel dan Iran kini telah memasuki hari kelima pada Selasa, 17 Juni 2025. Serangan balasan yang terus terjadi di antara kedua negara yang berseteru ini semakin memicu kekhawatiran internasional akan eskalasi yang lebih luas dan destabilisasi di seluruh kawasan Timur Tengah. Dua musuh bebuyutan ini, yang telah lama terlibat dalam ‘perang bayangan’ melalui proksi dan operasi rahasia, kini saling berhadapan secara langsung. Terlebih lagi, Israel telah terlibat dalam konflik sengit dengan kelompok-kelompok yang didukung Iran, seperti Hamas di Jalur Gaza, sejak Oktober 2023. Kantor berita *AFP* melaporkan rangkuman terkini mengenai perkembangan krusial perang ini di hari kelima.
Di tengah memanasnya situasi, Presiden AS Donald Trump secara dramatis meningkatkan retorikanya terhadap pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Pada Selasa, Trump mengklaim di media sosial bahwa Amerika Serikat mengetahui lokasi Khamenei, namun tidak akan menargetnya untuk saat ini. Dalam unggahan terpisah, ia menuntut “penyerahan tanpa syarat” dari Iran, memicu spekulasi apakah AS akan bergabung dengan serangan Israel terhadap kepemimpinan dan fasilitas nuklir Teheran. Trump sendiri sebelumnya menyatakan keinginannya untuk mengakhiri konflik ini secara definitif, bukan sekadar gencatan senjata sementara. Seorang pejabat Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Trump sedang mengadakan pertemuan Dewan Keamanan Nasional guna membahas permusuhan yang terus berlangsung. Meskipun para pemimpin G7, termasuk Trump, pada Senin menyerukan “deeskalasi,” seruan tersebut diiringi dengan kritik tajam terhadap Iran dan penegasan hak Israel untuk mempertahankan diri. Sikap ini segera menuai teguran keras dari Teheran. Sementara itu, Beijing menuduh Trump “menuangkan minyak” ke dalam api konflik, dan Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan bahkan menuding Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai “ancaman terbesar bagi keamanan kawasan.”
Di medan perang, militer Israel melaporkan telah melancarkan setidaknya dua gelombang serangan pada Selasa, menargetkan lokasi rudal dan pesawat nirawak di Iran bagian barat. Wartawan *AFP* di Teheran menyaksikan langsung rentetan ledakan keras sepanjang hari, sementara media Iran juga melaporkan ledakan di Isfahan, kota yang menjadi lokasi fasilitas nuklir penting Iran. Israel mengklaim berhasil mencegat sebagian besar rentetan rudal yang ditembakkan dari Iran setelah sirene serangan udara meraung di Tel Aviv dan wilayah utara negara itu. Sebanyak tujuh peringatan rudal dikeluarkan oleh militer Israel untuk berbagai wilayah sejak tengah malam. Sirene serupa juga terdengar di Dimona, kota di Israel selatan yang menjadi lokasi fasilitas nuklir, meskipun tanpa laporan serangan. Pihak Iran menyatakan bahwa target serangan mereka di Israel mencakup lokasi keamanan yang “sensitif,” termasuk klaim serangan terhadap markas besar badan mata-mata Mossad dan pangkalan angkatan udara. Hingga Minggu, Kementerian Kesehatan Iran melaporkan sedikitnya 224 orang tewas dan lebih dari 1.200 orang terluka di Iran, termasuk komandan militer dan ilmuwan nuklir. Di sisi lain, kantor Netanyahu mencatat setidaknya 24 orang tewas dan 592 orang terluka akibat serangan Iran terhadap Israel.
Perdana Menteri Netanyahu menegaskan bahwa kampanye militer Israel bertujuan untuk melenyapkan program rudal balistik dan nuklir Iran, serta “poros kelompok bersenjata” yang merujuk pada kelompok-kelompok yang didukung Iran di Timur Tengah. Ia bahkan tidak mengesampingkan kemungkinan pembunuhan pemimpin tertinggi Iran. Menanggapi potensi eskalasi ini, Presiden Perancis Emmanuel Macron memperingatkan bahwa setiap upaya untuk mengubah pemerintahan di Iran akan berujung pada kekacauan yang lebih besar.
Selain serangan fisik, media Iran melaporkan gangguan internet yang meluas pada hari Selasa. Penyebab gangguan ini belum jelas, namun Iran memang telah memberlakukan pembatasan internet sejak Israel memulai serangan udaranya. Di hari yang sama, kantor berita *Fars* melaporkan adanya serangan siber yang melumpuhkan Sepah Bank, salah satu bank milik negara utama Iran, menambah dimensi baru pada konflik ini.
Isu fasilitas nuklir kembali mencuat setelah Israel berulang kali melancarkan serangan terhadap situs nuklir utama Iran, Natanz, meskipun ada peringatan keras dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pengawas nuklir PBB, yang menyatakan tindakan militer tersebut melanggar hukum internasional. IAEA pada Selasa mengonfirmasi bahwa mereka telah mendeteksi tanda-tanda dampak langsung pada bagian bawah tanah fasilitas pengayaan uranium Iran di Natanz, yang diserang pada Jumat, 13 Juni 2025. Penemuan ini menyoroti risiko tinggi dan konsekuensi serius dari konflik yang semakin melebar.
Dengan serangan balasan yang terus terjadi dan retorika yang semakin memanas dari kedua belah pihak serta aktor internasional, perang Israel-Iran diproyeksikan akan terus menjadi fokus utama perhatian global, dengan potensi dampak yang jauh melampaui batas-batas geografisnya.