Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menggelar rapat mendesak bersama Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih, Selasa (17/6). Dilansir *AFP*, pertemuan penting ini berpusat pada perkembangan terkini konflik terbuka antara Iran dan Israel, serta kemungkinan besar AS akan bergabung dengan Israel dalam melancarkan serangan udara terhadap Iran.
Sesi mendesak ini, yang hanya berlangsung selama 20 menit, dibeberkan oleh sumber *AFP* di Gedung Putih yang meminta namanya dirahasiakan. Durasi singkat pertemuan tersebut menggarisbawahi urgensi dan sensitivitas tinggi dari isu yang dibahas.
Rapat ini merupakan kelanjutan dari komentar Trump sebelumnya, di mana ia secara tegas menyatakan bahwa AS tidak akan membunuh pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dalam waktu dekat. Pernyataan ini sempat meredakan spekulasi tentang tindakan agresif langsung terhadap kepemimpinan Iran.
Terlepas dari seruan tersebut, Trump juga mendesak Iran untuk menyerah tanpa syarat. Namun, imbauan itu kontras dengan realitas di lapangan, di mana Iran dan Israel masih terus saling berbalas tembakan rudal, menandai hari kelima konflik yang semakin memanas.
Seorang pejabat Gedung Putih menyebut bahwa Trump tetap membuka segala kemungkinan, sambil menekankan bahwa AS tidak memiliki sangkut paut langsung dengan kampanye militer Israel ke Iran saat ini. Namun, di balik penegasan itu, bayangan intervensi AS yang lebih besar tetap mengemuka.
Salah satu kemungkinan krusial yang dibahas adalah penggunaan bom pembasmi bunker canggih milik AS untuk menghantam fasilitas nuklir Fordow. Fasilitas ini dikenal sangat kokoh dan sejauh ini belum berhasil ditembus oleh persenjataan Israel, menjadikannya target strategis dalam upaya pelucutan nuklir Iran.
Indikasi lebih lanjut mengenai potensi keterlibatan AS juga dilaporkan oleh *New York Times*. Surat kabar tersebut memberitakan bahwa Angkatan Laut AS siap memberikan bantuan pengisian bahan bakar udara dari kapal induk mereka kepada pesawat tempur Israel, memungkinkan mereka untuk melakukan serangan jarak jauh yang lebih dalam ke wilayah Iran.
Namun demikian, prioritas utama Amerika Serikat saat ini tetap tidak berubah: melucuti program nuklir Iran secara tuntas. Sasaran ini menjadi inti strategi Washington di tengah eskalasi ketegangan di Timur Tengah.