PDIP Balas Fadli Zon, Sejarah Tandingan Ditulis Ulang!

Avatar photo

- Penulis

Rabu, 18 Juni 2025 - 01:32 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kontroversi Pernyataan Fadli Zon tentang Rudapaksa Massal Mei 1998 Picu Debat Penulisan Ulang Sejarah

Pernyataan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, yang secara tegas menyatakan ketiadaan bukti kasus rudapaksa massal dalam peristiwa Mei 1998, telah memantik gelombang kecaman dari berbagai pihak. Sorotan tajam terutama datang dari Koalisi Masyarakat Sipil dan para pegiat Hak Asasi Manusia (HAM), yang merasa pernyataan tersebut mencederai keadilan dan memicu amnesia sejarah.

Di tengah polemik ini, proyek penulisan ulang sejarah yang digagas Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) juga tidak luput dari perhatian. Ketua DPP PDIP, Bambang Wuryanto, yang akrab disapa Bambang Pacul, menyoroti potensi subjektivitas yang tak terhindarkan dalam proses tersebut. “Ini soal penulisan sejarah, subjektivitas pasti ikut campur, 100% ikut campur subjektivitas, kan begitu. Jadi siapapun yang akan menulis pasti akan ada kontranya,” ujar Bambang Pacul saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan.

Menyikapi inisiatif Kemenbud tersebut, Bambang Pacul menegaskan bahwa PDIP juga akan mengambil langkah serupa. “Terhadap penulisan sejarah ini gimana Pak Pacul? yang diinisiasi oleh Pak Menteri Kebudayaan, Fadli Zon ini gimana sikap PDI Perjuangan? PDI perjuangan juga akan menulis sejarah,” terangnya, mengisyaratkan adanya narasi tandingan yang akan dihadirkan.

Baca Juga :  Apakah Pramono Ikut Retreat di Magelang? Ini Kata Rano Karno

Meskipun demikian, Kepala Kantor Komunikasi Presiden (PCO), Hasan Nasbi, mengimbau masyarakat untuk tidak terburu-buru mengambil kesimpulan. Ia meminta publik memberikan waktu kepada para ahli sejarah dalam menyusun ulang sejarah Indonesia dan mengajak masyarakat untuk turut mengawal secara langsung proses penulisan ulang tersebut demi menjaga objektivitas.

Sebagai respons tegas terhadap pernyataan Fadli Zon, Koalisi Masyarakat Sipil Melawan Impunitas menyatakan kekecewaannya mendalam. Mereka menilai pernyataan yang menyebut tidak ada bukti kekerasan terhadap perempuan, termasuk perkosaan massal, dalam peristiwa Mei 1998, menunjukkan sikap nirempati terhadap korban dan seluruh perempuan yang berjuang bersama korban. “Pernyataan Fadli Zon menunjukkan sikap nirempati terhadap korban dan seluruh perempuan yang berjuang bersama korban. Ia telah gagal dalam memahami kekhususan dari kekerasan seksual dibandingkan dengan bentuk-bentuk kekerasan lainnya, terlebih lagi ada kecenderungan untuk secara sengaja menyasar pihak yang dijadikan korban, yaitu perempuan Tionghoa,” demikian keterangan resmi dari Koalisi, yang salah satunya adalah Direktur Eksekutif Amnesty International.

Baca Juga :  Macron Ungkap Alasan Kedekatan Erat dengan Prabowo: Bukan Kebetulan!

Menanggapi kritikan tersebut, Fadli Zon memberikan penjelasan mengenai alasannya melontarkan pernyataan kontroversial itu. Menurutnya, peristiwa huru-hara yang terjadi pada 13-14 Mei 1998 memang menimbulkan silang pendapat, termasuk perdebatan sengit tentang keberadaan pemerkosaan massal. Ia menyoroti bahwa bahkan liputan investigatif sebuah majalah terkemuka pada masanya pun tidak mampu mengungkap fakta-fakta kuat yang mendukung dugaan pemerkosaan massal kala itu.

Lebih lanjut, Fadli Zon menambahkan bahwa Laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) pada masa itu “hanya menyebut angka tanpa data pendukung yang solid baik nama, waktu, peristiwa, tempat kejadian atau pelaku.” Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya kehati-hatian dan ketelitian dalam menyikapi isu ini karena menyangkut kebenaran dan reputasi bangsa. “Jangan sampai kita mempermalukan nama bangsa sendiri,” tegas Fadli Zon melalui akun media sosial X-nya, menggarisbawahi urgensi verifikasi data historis. Polemik ini terus bergulir, menyoroti kompleksitas memori kolektif bangsa dan tantangan dalam meluruskan narasi sejarah.

Berita Terkait

Pulau Pari Gugat PTUN, Ekosistem Laut Rusak Akibat Apa?
Bendera Aceh: Sengketa Pulau Rampung, Pengesahan Segera?
Trump Geram, Tuntut Iran Menyerah Tanpa Syarat di Hari Kelima Perang Israel
Trump Pertimbangkan Opsi Serangan Iran Bersama Israel, Rapat Dewan Keamanan Nasional
Muzakir Manaf Bergerak: Rencana Pasca 4 Pulau Kembali ke Aceh
Hashim Diajak Maruarar Sirait Tinjau Langsung Rumah Subsidi, Ada Apa?
Prabowo Turun Tangan: Sengketa 4 Pulau Aceh-Sumut Memanas, Ada Apa?
Geger G7, Trump Cabut! Konflik Iran-Israel Jadi Biang Kerok?

Berita Terkait

Rabu, 18 Juni 2025 - 10:18 WIB

Pulau Pari Gugat PTUN, Ekosistem Laut Rusak Akibat Apa?

Rabu, 18 Juni 2025 - 09:32 WIB

Bendera Aceh: Sengketa Pulau Rampung, Pengesahan Segera?

Rabu, 18 Juni 2025 - 08:53 WIB

Trump Geram, Tuntut Iran Menyerah Tanpa Syarat di Hari Kelima Perang Israel

Rabu, 18 Juni 2025 - 08:48 WIB

Trump Pertimbangkan Opsi Serangan Iran Bersama Israel, Rapat Dewan Keamanan Nasional

Rabu, 18 Juni 2025 - 08:42 WIB

Muzakir Manaf Bergerak: Rencana Pasca 4 Pulau Kembali ke Aceh

Berita Terbaru

finance

PHK Massal Grab? Lebih dari 50% Mitra Diduga Jadi Korban

Rabu, 18 Jun 2025 - 10:22 WIB

politics

Pulau Pari Gugat PTUN, Ekosistem Laut Rusak Akibat Apa?

Rabu, 18 Jun 2025 - 10:18 WIB

Society Culture And History

Taman Budaya Bali di Polandia, Kebanggaan Masyarakat Bali Diresmikan!

Rabu, 18 Jun 2025 - 10:08 WIB