Prospek Saham Kalbe Farma (KLBF) Bersinar: Mampu Jaga Kinerja di Tengah Tantangan Daya Beli dan Volatilitas Rupiah
Di tengah bayang-bayang pelemahan daya beli masyarakat dan potensi lonjakan harga bahan baku, prospek kinerja saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) justru diprediksi tetap cerah. Para analis optimistis, raksasa farmasi ini memiliki strategi jitu untuk menjaga stabilitas margin dan mendorong pertumbuhan, terutama melalui ekspansi ke segmen alat kesehatan dan farmasi.
Indy Naila, Investment Analyst dari Edvisor Profina Visindo, mengakui adanya kekhawatiran terkait tingginya biaya bahan baku dan daya beli yang belum pulih sepenuhnya. Namun, ia menekankan potensi besar Kalbe Farma untuk menjaga stabilitas margin. “Margin akan terjaga seperti *net profit margin* di 9%-12%,” ungkap Indy, seraya menyoroti kemampuan perseroan dalam mengelola biaya operasional secara efisien.
Kinerja cemerlang KLBF pada kuartal I 2025 menjadi bukti nyata ketangguhan perusahaan. Pendapatan konsolidasi mencapai Rp 8,84 triliun, melonjak 5,74% secara tahunan (YoY). Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan volume penjualan dan penyesuaian harga jual rata-rata (ASP) pada berbagai produk, terutama saat momen Ramadan. Segmen kesehatan konsumen menunjukkan performa impresif dengan lonjakan 32,3% secara kuartalan (QoQ) menjadi Rp 1,36 triliun, utamanya berkat tingginya permintaan produk Antasida. Sementara itu, penjualan obat resep juga membukukan pertumbuhan solid 13% YoY mencapai Rp 2,5 triliun, didukung kontribusi kuat dari produk onkologi dan biologis.
Efisiensi operasional juga terlihat jelas, dengan margin kotor yang berhasil diekspansi menjadi 41,6% dan rasio *opex to sales* yang turun menjadi 25,9%. Kontribusi laba dari entitas asosiasi, Livzon Pharma, sebesar Rp 16 miliar semakin memperkuat kinerja laba bersih perusahaan.
Sarkia Adelia, Analis dari Panin Sekuritas, menegaskan bahwa segmen farmasi akan tetap menjadi tulang punggung pertumbuhan Kalbe Farma. Strategi peningkatan ASP, ekspansi volume, penetrasi pasar ekspor, serta komersialisasi produk bioteknologi seperti *stem cell* dan *sekretom* menjadi pendorong utama. “Dua fasilitas radiofarmaka yang akan dibuka tahun ini juga menjadi katalis pertumbuhan yang signifikan,” imbuh Sarkia.
Sarkia juga melihat prospek KLBF tetap cerah meski ada volatilitas nilai tukar rupiah. Dengan cadangan kas dolar AS sebesar US$ 52 juta dan aset bersih US$ 40 juta, Kalbe Farma memiliki eksposur minimal terhadap pelemahan rupiah. “Setiap pelemahan Rp 100 per dolar AS hanya berdampak sekitar 0,1% terhadap margin perusahaan,” jelasnya, menunjukkan ketahanan finansial KLBF.
Lebih lanjut, Indy Naila menyoroti langkah strategis Kalbe Farma dalam melakukan *joint venture* di China. Kolaborasi ini tidak hanya berpotensi meningkatkan margin kotor, tetapi juga secara signifikan mengurangi risiko *supply chain disruptions*. “Strategi ini sangat menarik untuk efisiensi operasional, mengingat biaya impor dari China bisa lebih murah,” tambahnya, menggarisbawahi keuntungan jangka panjang dari langkah tersebut.
Dengan berbagai faktor positif dan strategi adaptif tersebut, kedua analis sepakat merekomendasikan *buy* untuk saham KLBF. Indy Naila merekomendasikan *buy on weakness* dengan target harga Rp 1.700 – Rp 1.800, sementara Sarkia Adelia juga merekomendasikan *buy* dengan target harga Rp 1.750, memperkuat optimisme terhadap prospek kinerja Kalbe Farma ke depan.