MotoGP: Enea Bastianini Ungkap Frustrasi dengan Pengembangan KTM, Kontras dengan Gemilangnya Maverick Vinales di Tes Aragon
Musim MotoGP terkini terus memperlihatkan kesenjangan performa yang signifikan di antara para pembalap, tak hanya di kubu Ducati Lenovo antara Francesco Bagnaia dan Marc Marquez. Namun, tantangan serupa juga tengah dihadapi oleh Enea Bastianini dari Red Bull KTM Tech3, yang performanya kontras drastis dengan sang rekan setim, Maverick Vinales.
Sementara Bagnaia mulai mengeluhkan kesulitan menemukan perasaan terbaik di atas motornya, Bastianini mengalami permasalahan adaptasi yang lebih mendalam dengan KTM RC-16 miliknya. Pembalap berjuluk “The Beast” ini merasa bahwa arah pengembangan dan pengujian yang dibawa KTM belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhannya. Kesenjangan ini makin terasa jelas pada tes MotoGP Aragon, di mana Bastianini hanya mampu menempati posisi ke-15. Angka tersebut sangat jauh berbeda dengan Vinales yang justru berhasil menjadi pembalap tercepat, mengukuhkan dominasinya setelah sebelumnya juga memuncaki tes MotoGP Jerez. Dalam balapan sesungguhnya pun, Vinales telah dua kali finis di lima besar musim ini, sementara capaian terbaik Bastianini hanyalah finis ketujuh di MotoGP Americas.
Usai tes MotoGP Aragon, Enea Bastianini secara terbuka membagikan pandangannya, seperti dilansir via Motosan, mengenai kompleksitas pengujian yang dijalaninya. “Pagi ini kami mencoba beberapa *fairing* yang berbeda, dengan tiga atau empat kombinasi,” ujarnya. Ia melihat secercah harapan dari beberapa kombinasi tersebut. “Beberapa di antaranya memberikan hasil yang sangat baik, terutama untuk mengurangi beberapa masalah pada motor, seperti *wheelie* atau kesulitan mengubah arah.” Bastianini merasa telah memberikan “informasi yang berguna untuk ditingkatkan” kepada KTM.
Namun, suasana optimis tersebut tak berlanjut pada sesi sore hari. “Namun, pada sore hari, saya fokus pada *set-up*. Tapi saya tidak puas karena tidak ada yang berhasil,” ungkap Bastianini dengan nada kecewa. Ia bahkan menemukan situasi yang sulit dipercaya: “Sebagai contoh, dengan ban medium bekas selama 20 lap saya lebih cepat dibandingkan dengan ban belakang *soft* yang dipasang di akhir. Itu tidak bisa dipercaya.” Keterbatasan pilihan juga menjadi kendala, sebab ia merasa kompetitif “hanya dengan ban depan *hard* saya bisa kompetitif, tapi saya hanya punya satu ban.”
Menurut Bastianini, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan untuk memaksimalkan potensi motor. “Beberapa elemen motor masih membutuhkan lebih banyak waktu untuk dikembangkan,” jelasnya. Ia membedakan antara penyesuaian yang lebih mudah, seperti aerodinamika, dengan komponen fundamental lainnya. “Aerodinamika lebih mudah untuk disesuaikan, tetapi sisanya, apakah itu *swingarm* atau sasis, tidak bisa langsung digunakan, dan saat ini kami tidak memiliki pengembangan baru di bagian itu,” tambahnya, menyoroti kurangnya inovasi di area krusial tersebut.
Meski diliputi kesulitan, Bastianini tidak terkejut dengan kecepatan Maverick Vinales di tes Aragon. “The Beast” mengakui bahwa Vinales tampak sangat nyaman di atas motornya. “Dia (Vinales) sangat cepat hari ini dan saya pikir kami juga bisa, tapi hanya dengan ban bekas,” kata Bastianini. Ia menambahkan, “Apakah saya terkejut dengan Maverick? Tidak, karena dia selalu kompetitif dan dia sangat puas dengan apa yang dia uji.” Bastianini bahkan menduga Vinales tidak mencatat waktu terbaiknya dengan ban khusus, melainkan “ban standar” yang berwarna hitam, menunjukkan betapa nyamannya Vinales dengan RC-16 dan kemampuannya mendorong motor. “Tetapi ia merasa nyaman dengan RC-16 ini dan, ketika dia memacu motornya, ia bisa melakukannya,” imbuhnya.
Bagi Enea Bastianini, hasil tes ini adalah kombinasi dari optimisme dan tanda tanya besar. “Bagi saya, hasil tes ini adalah suntikan kepercayaan diri dan, pada saat yang sama, sebuah tanda tanya, karena itu berarti saya kehilangan sesuatu,” ia merenung. Dengan tegas, ia menyampaikan harapannya kepada tim pabrikan. “Secara umum, saya berharap lebih dari itu. Pabrikan bekerja keras, tetapi apa yang dia bawa tidak sesuai dengan kebutuhan saya,” pungkasnya. Komentar jujur Bastianini ini menggarisbawahi tantangan berkelanjutan yang dihadapinya dalam menemukan keseimbangan sempurna dengan KTM, di saat rekan setimnya justru semakin bersinar.