Berikut adalah artikel yang telah ditingkatkan:
—
Dilema Emil Audero: Mentereng di Timnas Indonesia, Bakal Jadi Kiper Cadangan di Como 1907?
Kiper bertalenta, Emil Audero Mulyadi, kini tengah menghadapi realitas kontras dalam karier sepak bolanya. Gemilang bersama Timnas Indonesia, ia justru dibayangi ketidakpastian posisi di klubnya, Como 1907.
Di level internasional, nama Emil Audero tengah melambung tinggi. Kiper berusia 28 tahun ini menjalani debut impiannya bersama Timnas Indonesia pada jeda internasional Juni, tampil heroik dalam kemenangan 1-0 atas China di Jakarta. Performa cemerlang tersebut meyakinkan pelatih Patrick Kluivert untuk kembali menurunkannya melawan Jepang, bahkan menggeser posisi kiper utama sebelumnya, Maarten Paes, ke bangku cadangan. Dengan catatan *cleansheet* melawan China dan kontribusi vital dalam menahan gempuran Jepang, reputasi Emil sebagai penjaga gawang andalan Tim Garuda kian tak tergoyahkan.
Namun, cerita berbeda terukir di level klub. Setelah musim lalu menjadi pelapis Yann Sommer di Inter Milan, Emil Audero memilih hijrah ke Como 1907 di Liga Italia musim ini, klub yang dimiliki oleh pengusaha Indonesia, Hartono bersaudara. Awalnya, ia diplot sebagai kiper nomor satu oleh pelatih Cesc Fabregas saat Serie A musim 2024/2025 dimulai.
Sayangnya, kepercayaan itu tak bertahan lama. Memasuki pekan ke-11 Liga Italia, Fabregas mulai beralih kepada sosok sarat pengalaman berusia 42 tahun, Pepe Reina. Situasi kian pelik bagi Emil saat jendela transfer Januari dibuka. Manajemen Como 1907 merekrut kiper baru, Jean Butez. Penjaga gawang berusia 30 tahun ini segera menancapkan dominasinya dan menjadi kiper utama hingga akhir musim.
Terpinggirkan di belakang Butez dan Reina, Emil Audero akhirnya dipinjamkan ke Palermo, klub Serie B Italia, untuk paruh kedua musim 2024/2025. Di kasta kedua, kualitas Emil tak terbantahkan; pria kelahiran Mataram ini menyapu bersih 15 pertandingan bersama Palermo tanpa tergantikan, membuktikan dirinya terlalu tangguh untuk level tersebut.
Dengan berakhirnya masa peminjaman dan musim kompetisi, Emil kini dihadapkan pada keputusan krusial mengenai masa depannya. Meskipun Pepe Reina telah memutuskan pensiun, yang secara teoritis membuka satu tempat, prospek Emil di Como tampaknya akan tetap menjadi kiper “ban serep”. Bagi kiper dengan kaliber dan potensi Emil, peran sebagai penjaga gawang kedua di klub yang tidak berkompetisi di Eropa tentu akan terasa seperti membuang-buang waktu.
Kondisi ini semakin mendesak mengingat persaingan di Timnas Indonesia. Jika Maarten Paes terus tampil reguler bersama FC Dallas di MLS sementara Emil lebih sering menghuni bangku cadangan klub, bukan tidak mungkin pelatih Patrick Kluivert akan dengan mudah menentukan siapa kiper nomor satu Tim Garuda.
Kedewasaan dan profesionalisme Emil Audero sendiri diakui oleh rekan-rekannya di Timnas. Kiper pelapis Reza Arya, misalnya, bersaksi, “Dari Emil ya, pembawaannya itu dia sangat dewasa, sangat bisalah dijadiin *role model*. Karena dia sekarang main di Eropa (Como 1907) dan pembawaannya dewasa.”
Pertanyaan besar pun menggantung: Akankah Emil Audero Mulyadi rela terus berjuang untuk tempat utama di Eropa, ataukah godaan untuk kembali ke tanah air dan memastikan posisi sebagai kiper utama Timnas Indonesia akan menjadi pilihan?
—