Greta Thunberg Ditangkap Israel, Kapal Bantuan Gaza Akan Dideportasi?

Avatar photo

- Penulis

Selasa, 10 Juni 2025 - 01:52 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ketegangan di Mediterania: Kapal Madleen Pembawa Bantuan Gaza Dicegat Israel, Greta Thunberg Klaim ‘Diculik’

**Pemerintah Israel menyatakan seluruh awak kapal *Madleen*, yang mengangkut belasan aktivis dari Freedom Flotilla Coalition (FFC) termasuk Greta Thunberg, “tidak terluka” dan berada dalam kondisi “selamat” saat dalam perjalanan menuju Israel. Namun, di sisi lain, Greta Thunberg dan para aktivis bersikukuh bahwa mereka “diculik pasukan Israel”, memicu perdebatan sengit mengenai insiden di perairan internasional ini.

Ketidakjelasan masih menyelimuti kapan kapal layar tersebut akan tiba di kota pelabuhan Ashdod, Israel. Seorang pejabat Israel mengonfirmasi bahwa kapal masih dalam perjalanan menuju pelabuhan tersebut. Insiden ini segera mendapat tanggapan internasional, dengan Kementerian Luar Negeri Palestina menyerukan perlindungan bagi keselamatan para aktivis, sementara seorang pejabat PBB mendesak lebih banyak kapal untuk “berlayar bersama” guna membawa bantuan esensial ke Gaza.

Insiden Pencegatan Kapal Madleen: Kronologi dan Perbedaan Versi**

Kapal layar *Madleen*, yang ditumpangi oleh 12 aktivis solidaritas Palestina—salah satunya adalah aktivis iklim terkemuka Greta Thunberg—dicegat oleh pasukan Israel saat berlayar menuju Gaza, Palestina. Kapal ini dilaporkan hilang kontak pada Minggu (08/06) malam. Hingga kini, lokasi pasti kapal dan waktu serta tempat penangkapannya masih simpang siur, menyusul adanya perbedaan laporan antara otoritas Israel dan media lokal.

Informasi awal mengenai penghadangan kapal ini diterima BBC sekitar pukul 05:30 waktu setempat, dengan lokasi kapal terdeteksi berlayar di dekat pantai di sebelah utara Mesir. Operator kapal *Madleen*, yaitu koalisi armada kebebasan atau Freedom Flotilla Coalition (FFC)—yang juga menaungi Greta Thunberg—mengunggah foto di Telegram yang memperlihatkan orang-orang memakai jaket pelampung duduk dengan tangan terangkat. “SOS! Para relawan di Madleen telah diculik oleh pasukan Israel,” demikian tegas Greta Thunberg dalam unggahan tersebut.

Klaim Israel vs. Tudingan Aktivis: Siapa yang Benar?

Menanggapi tudingan “penculikan” tersebut, Kementerian Luar Negeri Israel segera memberikan klarifikasi. Mereka menyatakan bahwa seluruh awak kapal “tidak terluka” dan “selamat”, serta kini tengah dalam perjalanan menuju Israel sebelum dipulangkan ke negara masing-masing. Tak lama setelah itu, sekitar pukul 08:00 waktu setempat, Menteri Pertahanan Israel menambahkan bahwa kapal beserta awaknya akan dibawa ke kota pelabuhan Ashdod, Israel.

David Mencer, juru bicara pemerintah Israel, memastikan bahwa pasukan Israel telah menyediakan “banyak makanan dan minuman” kepada 12 aktivis di kapal pesiar tersebut. Mereka juga kembali menegaskan rencana pemulangan Greta dan rekan-rekannya ke negara asal. Sementara itu, FFC sebelumnya telah menyatakan misi mereka adalah “untuk mengakhiri blokade ilegal Israel terhadap Gaza” dan bahwa *Madleen* membawa sejumlah bantuan simbolis, termasuk beras dan susu formula bayi, sebagai bentuk protes dan dukungan kemanusiaan.

Baca Juga :  Kebijakan Transmigrasi Rempang: Pemerintah Didorong Lakukan Kajian Ulang Mendalam

Para Penumpang Kapal Madleen: Dari Aktivis Iklim hingga Jurnalis

Kapal *Madleen* yang berlayar dari Pelabuhan Catania, Sisilia, Italia, pada 1 Juni membawa 12 individu berdedikasi. Di antara mereka adalah:

* Greta Thunberg, aktivis perubahan iklim asal Swedia yang terkenal secara global.
* Rima Hassan, anggota parlemen Eropa yang lahir di kamp pengungsi Palestina di Suriah.
* Yasemin Acar, aktivis Jerman keturunan Kurdi dari Turki.
* Thiago Avila, koordinator Freedom Flotilla Coalition di Brazil dan anggota Komite Pengarah koalisi.
* Yanis Mhamdi, jurnalis dan direktur Blas, sebuah media independen di Prancis.
* Omar Faiad, koresponden Al Jazeera Mubasher.
* Sergio Toribio, perwakilan dari LSM konservasi laut Sea Sheperd.

Selain nama-nama tersebut, di kapal juga terdapat dokter dan aktivis asal Prancis Baptise Andre; aktivis dari Turki Suayb Ordu; mahasiswa teknik asal Belanda Mark van Rennes; warga negara Prancis Reva Viard; dan Pascal Maurieras yang sebelumnya telah berpartisipasi dalam misi Freedom Flotilla.

Serangkaian Tantangan Freedom Flotilla: Insiden Kapal Conscience

Insiden pencegatan *Madleen* bukanlah pengalaman pertama bagi FFC dalam menghadapi tantangan di perairan menuju Gaza. Sekitar sebulan sebelumnya, kapal lain bernama *Conscience*, yang juga sedianya menuju Gaza dan dikelola oleh Freedom Flotilla Coalition, terbakar di lepas pantai Malta.

Aktivis dari koalisi itu menuduh bahwa kapal tersebut diserang oleh pesawat tanpa awak milik Israel di perairan internasional pada 2 Mei lalu. Tuduhan ini ditanggapi Israel dengan pernyataan bahwa mereka sedang menyelidiki insiden tersebut. FFC mengklaim bahwa insiden itu menyebabkan empat relawan sipil terluka, serta melumpuhkan dan membakar kapal di perairan Eropa. Pemerintah Malta mengonfirmasi bahwa semua orang di kapal selamat dan api berhasil dikendalikan. Ironisnya, Greta Thunberg awalnya dijadwalkan untuk berlayar dengan kapal *Conscience*, namun akhirnya bergabung dengan *Madleen* pada Jumat lalu. “Pemerintah di seluruh dunia diam ketika kapal *Conscience* dibom. Sekarang Israel menguji kebungkaman itu lagi,” ujar Tan Safi, seorang anggota koalisi Freedom Flotilla, menegaskan pola yang mereka rasakan.

Baca Juga :  Ketua KASBI Tegaskan: May Day Momentum Kritik Kebijakan Pemerintah

Misi Kemanusiaan di Tengah Krisis Gaza: Apa yang Dipertaruhkan?

Di balik drama pencegatan kapal, terdapat krisis kemanusiaan yang mendalam di Gaza. Lebih dari dua juta orang di wilayah tersebut menghadapi risiko kelaparan parah, demikian peringatan dari berbagai lembaga termasuk PBB pada awal bulan ini. Kepala Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, Volker Türk, bahkan menyatakan bahwa warga Palestina dihadapkan pada “pilihan yang paling suram: mati kelaparan atau berisiko terbunuh ketika mencoba mengakses makanan yang hanya sedikit disediakan itu.”

Meskipun Israel baru-baru ini mengizinkan pengiriman bantuan, jumlahnya masih sangat terbatas setelah pemberlakuan blokade darat selama tiga bulan. Distribusi bantuan yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat melalui Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) juga tidak luput dari kontroversi. Beberapa insiden mematikan terjadi selama minggu pertama operasionalnya, dengan puluhan warga Palestina tewas dan ratusan lainnya luka-luka saat berebut bantuan. Setidaknya enam orang dilaporkan tewas akibat tembakan Israel, klaim badan pertahanan sipil yang dikelola Hamas. Sistem pendistribusian GHF yang mengharuskan warga Palestina melintasi zona perang di reruntuhan selatan Gaza demi mendapatkan sekotak ransum semakin memperparah situasi, bahkan menyebabkan kantor pusat GHF menghentikan operasinya berkali-kali akibat kepadatan dan masalah keamanan.

Mengenal Freedom Flotilla Coalition (FFC): Gerakan Solidaritas Akar Rumput

Freedom Flotilla Coalition (FFC) mendefinisikan dirinya sebagai “gerakan solidaritas akar rumput antarmasyarakat” yang berkomitmen “untuk mengakhiri blokade ilegal Israel terhadap Gaza.” Koalisi ini dibentuk pada tahun 2010 dan menekankan bahwa mereka bekerja sama dengan “mitra masyarakat sipil”, bukan dengan partai, fraksi, atau pemerintah mana pun.

Kapal *Madleen*, yang namanya diambil dari nama nelayan pertama dan satu-satunya di Gaza, memulai pelayarannya dari Italia pada 1 Juni. Misinya adalah meningkatkan kesadaran akan kekurangan pangan yang melanda Gaza. Koalisi menegaskan bahwa kapal itu membawa sejumlah bantuan simbolis, termasuk beras dan susu formula bayi. Namun, otoritas Israel meremehkan jumlah tersebut, menyatakan bahwa kapal itu hanya membawa “kurang dari satu truk penuh bantuan.” Konflik narasi ini terus menyoroti ketegangan yang mendalam seputar upaya bantuan kemanusiaan di wilayah yang terkepung tersebut.

Berita Terkait

AHY Diharapkan Atasi Krisis Air Minum, Ini Kata Perpamsi
Greta Thunberg Diculik Israel? Pengakuan Mengejutkan dan Kata-Kata Terakhirnya
Indo Defence 2024 Siap Dibuka, Menhan Tinjau Langsung!
Greta Thunberg di Gaza, Israel Tangkap Kapal Aktivis
Dari Irak ke Perbatasan: Kendaraan Tempur AS Kini Jaga Meksiko
Raja Ampat Merana, Anggota DPR: Tambang Nikel Tak Sentuh Warga
Dasco Temui Megawati, Bawa Pesan Rahasia Prabowo?
OJK Terbitkan Aturan Co-Payment, DPR Panggil dan Dalami Alasan!

Berita Terkait

Selasa, 10 Juni 2025 - 01:52 WIB

Greta Thunberg Ditangkap Israel, Kapal Bantuan Gaza Akan Dideportasi?

Senin, 9 Juni 2025 - 22:22 WIB

AHY Diharapkan Atasi Krisis Air Minum, Ini Kata Perpamsi

Senin, 9 Juni 2025 - 21:57 WIB

Greta Thunberg Diculik Israel? Pengakuan Mengejutkan dan Kata-Kata Terakhirnya

Senin, 9 Juni 2025 - 21:07 WIB

Indo Defence 2024 Siap Dibuka, Menhan Tinjau Langsung!

Senin, 9 Juni 2025 - 10:32 WIB

Greta Thunberg di Gaza, Israel Tangkap Kapal Aktivis

Berita Terbaru

travel

Libur Iduladha di Sleman? Ini 3 Tempat Wisata Terpopuler!

Selasa, 10 Jun 2025 - 09:17 WIB