Ambisi BIPI: Bidik Kinerja Gemilang 2025 Sambil Gencar Ekspansi ke Energi Terbarukan
JAKARTA – Ragamutama.com. PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) menunjukkan tekad kuat untuk mendongkrak kinerja keuangan pada tahun 2025. Perusahaan ini tengah merancang strategi komprehensif, tidak hanya untuk memacu performa finansialnya tetapi juga untuk menjajaki ekspansi bertahap menuju proyek-proyek energi terbarukan yang lebih berkelanjutan.
Laporan tahunan BIPI yang dirilis pada akhir Mei 2025 mengungkap dinamika kinerja sepanjang tahun 2024. Pendapatan perseroan tercatat menyusut 13,53% secara tahunan (yoy), dari US$ 651,05 juta menjadi US$ 562,96 juta. Meskipun menghadapi tekanan pada lini pendapatan, BIPI berhasil mencatatkan kenaikan laba tahun berjalan yang signifikan, mendaki 23,19% (yoy) dari US$ 8,45 juta menjadi US$ 10,41 juta. Namun, di level *bottom line*, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sedikit turun 0,75%, dari US$ 6,58 juta pada tahun 2023 menjadi US$ 6,53 juta.
Kurniawati Budiman, Corporate Secretary Astrindo Nusantara Infrastruktur, menjelaskan bahwa volatilitas harga batubara menjadi faktor dominan yang mempengaruhi kinerja BIPI tahun lalu. “Selama tahun 2024, harga batubara mengalami penurunan yang sangat signifikan. Hal ini menjadi faktor utama penyebab pendapatan BIPI turun 13,53% bila dibandingkan dengan tahun 2023,” terang Kurniawati kepada Kontan.co.id pada Minggu (8/6). Mengingat kontribusi terbesar pendapatan BIPI masih berasal dari segmen pertambangan batubara, koreksi harga komoditas ini berdampak langsung.
Meski demikian, manajemen BIPI berhasil menggenjot efisiensi dari berbagai pos beban, termasuk beban pokok pendapatan, beban administrasi, dan beban lain-lain. Upaya ini menjadi kunci yang memungkinkan perolehan laba bersih perseroan tetap relatif stabil di kisaran US$ 6,5 juta, di tengah tantangan penurunan pendapatan.
Optimisme di Tengah Tantangan dan Strategi Pertumbuhan 2025
Menatap tahun 2025, Kurniawati optimistis BIPI dapat menumbuhkan kinerjanya, meskipun ia belum merinci target pendapatan dan laba bersih yang spesifik. “Proyeksi kinerja pendapatan dan laba bersih BIPI masih dapat tumbuh pada tahun 2025 dengan harapan bahwa harga batubara bisa stabil pada harga rata-rata tahun 2024,” jelasnya.
Laporan keuangan kuartal I-2025 BIPI masih dinantikan, dengan target rilis pada akhir Juni 2025. Kurniawati mengindikasikan bahwa faktor cuaca berupa curah hujan yang tinggi dan fluktuasi harga batubara masih menjadi katalis utama yang memengaruhi pendapatan perseroan di awal tahun ini. Meski demikian, ia menegaskan bahwa kinerja operasional BIPI selama periode tersebut masih sejalan dengan ekspektasi. “Gambaran kinerja untuk produksi batubara di kuartal I-2025 masih sesuai target,” imbuhnya.
Untuk menopang keberlanjutan kinerja, BIPI menyiapkan belanja modal (capex) sekitar US$ 85 juta pada tahun ini. Hingga kuartal I-2025, serapan capex masih terbilang minim, sekitar 6%. Dana ini, yang bersumber dari internal, terutama dialokasikan untuk *coal processing* dan *land compensation*.
Melangkah Hijau: Ekspansi Bertahap ke Proyek Energi Terbarukan
Di samping konsolidasi bisnis pertambangan batubara, BIPI secara proaktif menyiapkan transisi strategis menuju proyek-proyek energi terbarukan atau energi hijau. Langkah ini menjadi bagian integral dari fokus utama BIPI pada tahun 2025. “Fokus dan strategi BIPI lebih tertuju pada mempertahankan efisiensi operasi sambil meraih produksi sesuai target dan melakukan ekspansi bertahap menuju energi terbarukan dan/atau energi hijau,” papar Kurniawati.
Salah satu proyek energi hijau yang tengah dijajaki BIPI adalah pengolahan sampah menjadi energi (Waste-to-Energy). Saat ini, perseroan sedang dalam tahap studi kelayakan (feasibility study/FS) untuk menggarap proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL). Meski rinciannya belum diungkapkan, Kurniawati menyebutkan bahwa BIPI akan menggandeng mitra strategis yang memiliki keahlian dan teknologi di bidang Waste-to-Energy. Proyek pengelolaan sampah ini dinilai sangat dibutuhkan, bahkan mendesak, di kota-kota besar. Namun, tantangan utama terletak pada faktor keekonomiannya, yang menurut Kurniawati, “Untuk mendukung ini perlu kebijakan atau insentif baru dari pemerintah.”
Dalam paparan publik akhir tahun lalu, Direktur Utama Astrindo Nusantara Infrastruktur, Ray Anthony Gerungan, sempat membeberkan estimasi total capex untuk proyek Waste-to-Energy BIPI mencapai Rp 2,2 triliun.
Selain PSEL, BIPI juga tengah menggarap proyek pabrik gas alam cair mini atau *Liquefied Natural Gas (LNG) plant*. Inisiatif ini bertujuan untuk menangkap peluang dari kebutuhan gas sebagai komoditas strategis dalam transisi energi, khususnya di sektor manufaktur. Rencananya, BIPI akan membangun mini LNG Plant dengan kapasitas hingga 10 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD). Estimasi capex untuk proyek ini mencapai Rp 350 miliar, dengan sekitar Rp 230 miliar akan bersumber dari pinjaman perbankan dan sisanya dari ekuitas BIPI.
Ray Anthony Gerungan mengungkapkan bahwa BIPI memiliki serangkaian proyek yang sedang dan akan digarap sebagai bagian dari rencana ekspansi jangka panjang. Rencana ini terbagi dalam empat segmen utama: energi dan infrastruktur, *mid-stream* industri, industri hilir, serta *value-added green industry*.
Komitmen BIPI terhadap energi hijau semakin ditegaskan melalui inisiatif pengembangan proyek pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Ini mencakup pembangkit tenaga surya atau Solar PV (roof & floating) dengan rencana kapasitas 5 Megawatt (MW), serta proyek tenaga angin atau *wind turbine* (off-shore) berkapasitas 5 MW. Tak berhenti di situ, rencana proyek energi hijau BIPI lainnya termasuk pembangkit listrik tenaga mini hydro sungai, serta pembangkit listrik tenaga biomassa berbasis sawit (Palm Kernel Shell/PKS) dan kayu, masing-masing dengan rencana kapasitas 2 x 7,5 MW.
Dengan strategi ganda yang berfokus pada penguatan kinerja inti batubara sembari melangkah progresif ke sektor energi terbarukan, BIPI berupaya membangun fondasi pertumbuhan yang lebih kuat dan berkelanjutan di masa depan.