Wall Street Menguat Tipis, Saham Teknologi Jadi Penyelamat?

Avatar photo

- Penulis

Rabu, 4 Juni 2025 - 23:37 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Wall Street Menguat Tipis: Saham Teknologi Jadi Penopang di Tengah Data Ekonomi Lemah dan Ketidakpastian Perang Dagang Trump

Indeks-indeks utama Wall Street berhasil menunjukkan sedikit penguatan pada perdagangan Rabu (4/6). Penguatan ini terutama ditopang oleh kinerja solid saham-saham teknologi, yang berhasil mengimbangi tekanan dari data ekonomi domestik yang melemah serta ketidakpastian seputar kebijakan dagang pemerintahan Trump.

Hingga pukul 10:36 waktu setempat, Dow Jones Industrial Average naik 88,09 poin atau 0,20% menjadi 42.605,07. Diikuti oleh S&P 500 yang menguat 17,36 poin atau 0,29% ke 5.987,73, dan Nasdaq Composite bertambah 58,41 poin atau 0,31% ke 19.459,09. Kinerja positif ini tercermin dari 8 dari 11 sektor utama di indeks S&P 500 yang mencatat kenaikan, dipimpin oleh sektor komunikasi dengan kenaikan 1,2%, disusul sektor teknologi informasi sebesar 0,4%.

Namun, sentimen positif ini sedikit terbebani oleh serangkaian data ekonomi AS yang kurang meyakinkan. Sektor jasa Amerika Serikat, secara tak terduga, mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam hampir setahun pada Mei. Kondisi ini diperparah dengan peningkatan biaya input, yang menambah kekhawatiran pasar akan risiko “stagflasi”—fenomena perlambatan pertumbuhan ekonomi yang disertai lonjakan inflasi.

Selain itu, laporan ketenagakerjaan dari ADP juga menambah kekhawatiran. Data menunjukkan bahwa perekrutan tenaga kerja swasta di AS pada Mei hanya bertambah sedikit, mencetak level terendah dalam lebih dari dua tahun terakhir. Para investor kini menanti laporan kunci *nonfarm payrolls* yang akan dirilis pada Jumat (7/6) untuk mengukur lebih lanjut dampak ketidakpastian perdagangan terhadap pasar tenaga kerja. Larry Tentarelli, Chief Technical Strategist di Blue Chip Daily Trend Report, menyatakan, “Saya kira data ADP hanya menimbulkan volatilitas jangka pendek. Yang benar-benar penting adalah data *payrolls* nanti.”

Baca Juga :  Jadwal Lengkap dan Cara Mendapatkan Dividen Pam Mineral

Di tengah dinamika ekonomi domestik, kebijakan dagang pemerintahan Trump kembali menjadi sorotan. Pada hari yang sama, Presiden Donald Trump secara resmi melipatgandakan tarif impor baja dan aluminium menjadi 50%. Langkah ini diambil menjelang tenggat waktu yang telah ditetapkan Trump bagi mitra dagang untuk menyampaikan tawaran terbaik, sebelum gelombang tarif baru diberlakukan pada awal Juli.

Fokus utama pasar kini bergeser pada perkembangan negosiasi tarif antara Washington dengan mitra dagang utamanya, termasuk rencana pembicaraan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping yang diperkirakan akan berlangsung dalam pekan ini. Dinamika ini akan sangat menentukan arah pasar ke depan.

Meskipun demikian, indeks S&P 500 dan Nasdaq telah menunjukkan resiliensi yang signifikan sepanjang Mei, mencatat kinerja bulanan terbaik sejak November 2023. Kinerja impresif ini didorong oleh pelonggaran retorika dagang dari Trump serta laporan kinerja emiten yang solid. Indeks S&P 500 sendiri saat ini hanya terpaut kurang dari 3% dari rekor tertingginya pada Februari lalu. Barclays bahkan turut menaikkan target akhir tahun untuk indeks ini, mengutip meredanya ketegangan dagang dan harapan pertumbuhan laba yang kembali normal pada 2026.

Baca Juga :  Profil Lucky Air, Maskapai China yang Buka Penerbangan Dari dan Menuju Manado

Dari sisi emiten, beberapa saham berhasil mencatat kinerja positif. Saham Hewlett Packard Enterprise (HPE) naik 1,1% setelah membukukan kinerja di atas ekspektasi, didorong oleh permintaan tinggi pada segmen server AI dan layanan *cloud hybrid*. GlobalFoundries juga menguat 2,2% usai mengumumkan rencana peningkatan investasi menjadi US$16 miliar. Sementara itu, saham Wells Fargo naik 1,2% menyusul keputusan The Fed mencabut pembatasan aset senilai US$1,95 triliun yang diberlakukan sejak 2018 akibat skandal internal.

Namun, tidak semua emiten bernasib sama. Saham Tesla anjlok 3,8% setelah penjualan kendaraan listriknya turun untuk bulan kelima berturut-turut di pasar utama Eropa. CrowdStrike turun 4,7% setelah memproyeksikan pendapatan kuartalan di bawah ekspektasi pasar. Penurunan paling tajam dialami Dollar Tree, yang anjlok 10,2% karena memproyeksikan laba kuartal II bisa turun hingga 50% dibandingkan tahun lalu akibat volatilitas yang dipicu tarif.

Berita Terkait

DSNG Bagi Dividen Rp 254 Miliar, Cek Jadwal dan Besarannya!
Ledakan Kripto: 1 Juta Pengguna Baru Bergabung dalam Sebulan!
BEI Gebrak Aturan Dividen, Delisting Lebih Pasti! Investor Wajib Tahu!
BCA Libur Idul Adha 2025, Ini Jadwal Operasional Terbarunya!
Kerugian Negara Rp13 Triliun Akibat Pencurian Ikan, Ini Faktanya!
TLKM & BBRI Diborong Asing, Saham Apa Lagi yang Potensial?
OECD Pangkas Proyeksi Ekonomi RI, Ini Biang Keroknya!
Trump vs Musk, Saham Tesla Anjlok USD 150 Miliar!

Berita Terkait

Sabtu, 7 Juni 2025 - 00:52 WIB

DSNG Bagi Dividen Rp 254 Miliar, Cek Jadwal dan Besarannya!

Jumat, 6 Juni 2025 - 20:47 WIB

Ledakan Kripto: 1 Juta Pengguna Baru Bergabung dalam Sebulan!

Jumat, 6 Juni 2025 - 20:22 WIB

BEI Gebrak Aturan Dividen, Delisting Lebih Pasti! Investor Wajib Tahu!

Jumat, 6 Juni 2025 - 19:12 WIB

BCA Libur Idul Adha 2025, Ini Jadwal Operasional Terbarunya!

Jumat, 6 Juni 2025 - 17:17 WIB

Kerugian Negara Rp13 Triliun Akibat Pencurian Ikan, Ini Faktanya!

Berita Terbaru

politics

Prabowo, Puan, JK Salat Iduladha di Istiqlal, Momen Lengkap!

Sabtu, 7 Jun 2025 - 02:27 WIB

Food And Drink

Ayam Goreng Widuran: Hasil Lab Keluar, Aman Dimakan Tapi Non-Halal!

Sabtu, 7 Jun 2025 - 02:12 WIB