Gasifikasi Batu Bara: Negara Mana Saja yang Sudah Menerapkannya?

Avatar photo

- Penulis

Minggu, 1 Juni 2025 - 04:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Proyek Gasifikasi Batu Bara: Asa Hilirisasi di Tengah Gejolak Harga Komoditas

Di tengah gejolak harga batu bara yang terus melandai, isu gasifikasi batu bara kembali mengemuka sebagai wacana strategis. Para pengusaha sektor tambang, melihat potensi besar dalam proyek hilirisasi ini, kini mendesak pemerintah untuk segera mempercepat implementasinya.

Bukan kali pertama, wacana proyek gasifikasi batu bara atau yang dikenal dengan proyek Dimetil Eter (DME) ini telah “timbul tenggelam” dalam agenda pemerintah. Sejak pertama kali diusulkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tahun 2009, rencana hilirisasi komoditas strategis ini seolah menghilang tanpa jejak. Namun, tekanan pada harga batu bara global kini kembali memantik dorongan kuat untuk mewujudkan inisiatif ini.

Di tengah dinamika tersebut, pengalaman global menunjukkan bahwa gasifikasi batu bara bukanlah konsep baru. Berbagai negara telah sukses mengembangkan hilirisasi batu bara dalam skala besar, dengan fokus yang bervariasi mulai dari produksi listrik, pemanfaatan di bidang kimia, hingga penciptaan bahan bakar alternatif. Mari kita telaah beberapa contoh penerapan gasifikasi batu bara di berbagai belahan dunia:

Cina: Pelopor dan Produsen Terbesar DME
Cina berdiri sebagai salah satu pionir dalam implementasi gasifikasi batu bara, memulai langkahnya sejak tahun 2002. Keberhasilan ini ditopang oleh kolaborasi strategis, salah satunya pembangunan pabrik Dimetil Eter (DME) pertama oleh Toyo Engineering Corporation (TOYO) asal Jepang. Pabrik ini, yang dibangun atas permintaan Lutianhua Group Inc., sebuah produsen pupuk raksasa di Provinsi Sichuan, awalnya bergantung pada gas alam. Namun, TOYO berhasil menggantinya dengan gas yang diproduksi dari batu bara sebagai bahan baku utama, menandai transformasi signifikan. Tidak mengherankan, berdasarkan data dari *Fortunes Business Insight*, Cina saat ini diakui sebagai produsen DME terbesar di dunia.

Baca Juga :  Sempat ke Rp 8.170 Per Dolar versi Google, Begini Proyeksi Rupiah untuk Senin (3/2)

Afrika Selatan: Kisah Sukses Sasol dalam Bahan Bakar Sintetis
Afrika Selatan menyajikan kisah sukses yang inspiratif melalui South African Coal Oil and Gas Corporation, atau yang lebih dikenal sebagai Sasol. Pada tahun 2016, Sasol berhasil memproduksi gas sintetik dalam jumlah masif, mencapai 55 juta Nm3 per hari menggunakan teknologi penggas Lurgi. Selain itu, mereka juga menghasilkan minyak sintetik hingga 150 ribu barel per hari melalui sintesis Fischer-Tropsch, menunjukkan kapasitas produksi yang luar biasa. Dampak ekonomi Sasol tidak main-main; perusahaan ini menyumbang sekitar 4 persen dari PDB Afrika Selatan, setara dengan sekitar US$ 7 miliar. Lebih jauh, Sasol juga berperan vital dalam ketahanan energi nasional, memenuhi 40 persen kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) domestik Afrika Selatan, dengan 28 persen di antaranya berasal dari batu bara.

India: Menuju Misi Gasifikasi Nasional
Tidak ketinggalan, India juga menunjukkan komitmennya terhadap gasifikasi batu bara. Melalui misi gasifikasi nasional yang ambisius, negara ini telah merancang serangkaian langkah strategis. Sebagai langkah awal dan bukti keseriusan, pembangunan pabrik percontohan telah dimulai di negara bagian Odisha, yang diharapkan menjadi titik tolak bagi penerapan teknologi ini secara lebih luas.

Baca Juga :  IHSG Hari Ini Diperkirakan Menguat Terbatas, Simak Analisis dan Rekomendasi Saham Rabu

Tantangan dan Kemunduran: Amerika Serikat, Belanda, dan Australia
Namun, perjalanan gasifikasi batu bara tidak selalu mulus. Tiga negara besar seperti Amerika Serikat, Belanda, dan Australia, yang sempat mengembangkan teknologi ini, justru menunjukkan kemunduran signifikan. Kendala utama terletak pada biaya produksi yang sangat tinggi, khususnya dalam menghasilkan metanol dan berbagai bahan kimia lain dari batu bara. Selain faktor ekonomi yang kurang kompetitif, ketatnya regulasi lingkungan juga menjadi penghambat besar, membuat proyek gasifikasi sulit untuk dipertahankan dan dikembangkan lebih lanjut di ketiga negara tersebut.

Pengalaman negara-negara ini memberikan gambaran komprehensif mengenai potensi serta tantangan yang menyertai proyek gasifikasi batu bara. Bagi Indonesia, pembelajaran dari keberhasilan dan kegagalan global akan menjadi kunci dalam menentukan arah strategis hilirisasi batu bara di masa depan.

Nandito Putra berkontribusi dalam artikel ini.

Pilihan Editor: Mengapa Pengurusan Izin Tenaga Kerja Asing Rawan Korupsi

Berita Terkait

Dividen Gede Blue Chip, Rp 1,79 Triliun, Ini Rekomendasi Sahamnya!
IHSG Fluktuatif? Cek Rekomendasi Saham WIFI, SMGR, dan ISAT Hari Ini!
Lo Kheng Hong Raup Rp 48,9 Miliar dari Dividen Saham Blue Chip?
Raja Ampat Digoyang Evaluasi Tambang Nikel, Bahlil Turun Tangan!
BBYB Tahan Laba, Bank Neo Commerce Absen Dividen Tahun Ini?
Inggris Gugat Abramovich? Hasil Penjualan Chelsea Jadi Sengketa!
Google Bayar Rp8,1 Triliun, Upaya Perbaiki Kepatuhan?
PGAS Bagi Dividen Rp 182,08 per Saham, Catat Jadwalnya!

Berita Terkait

Rabu, 4 Juni 2025 - 08:27 WIB

Dividen Gede Blue Chip, Rp 1,79 Triliun, Ini Rekomendasi Sahamnya!

Rabu, 4 Juni 2025 - 08:12 WIB

IHSG Fluktuatif? Cek Rekomendasi Saham WIFI, SMGR, dan ISAT Hari Ini!

Rabu, 4 Juni 2025 - 06:57 WIB

Raja Ampat Digoyang Evaluasi Tambang Nikel, Bahlil Turun Tangan!

Rabu, 4 Juni 2025 - 04:42 WIB

BBYB Tahan Laba, Bank Neo Commerce Absen Dividen Tahun Ini?

Rabu, 4 Juni 2025 - 03:57 WIB

Inggris Gugat Abramovich? Hasil Penjualan Chelsea Jadi Sengketa!

Berita Terbaru

technology

Samsat Keliling Bali Rabu Ini, Cek Jadwal & Lokasi Terdekat!

Rabu, 4 Jun 2025 - 08:42 WIB

Education And Learning

Masuk Sekolah Jam 6 Pagi: Alasan Menteri Pendidikan Abdul Mu’ti Terungkap

Rabu, 4 Jun 2025 - 07:57 WIB