Ragamutama.com JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan performa gemilang dengan berhasil menembus level psikologis 7.000 pada bulan Mei 2025. Data penutupan perdagangan pada hari Jumat (25/5) mencatat IHSG berada pada posisi 7.214,16.
Performa positif ini tercermin dari penguatan IHSG sebesar 6,61% sepanjang bulan Mei 2025. Angka ini mengindikasikan bahwa fenomena pasar *Sell in May*, yang kerap menjadi kekhawatiran investor, tidak terjadi pada tahun ini.
Sebagai perbandingan, laju kenaikan IHSG pada Mei 2025 ini jauh lebih signifikan dibandingkan dengan periode awal pandemi Covid-19. Pada Mei 2020, IHSG hanya mencatatkan kenaikan sebesar 0,79%.
Dalam jangka pendek, optimisme pasar terkait dengan potensi meredanya ketegangan antara China dan Amerika Serikat (AS) diperkirakan masih akan menjadi sentimen positif yang menopang pergerakan IHSG. Namun, para analis mengingatkan bahwa penguatan IHSG berpotensi terbatas dan rentan terhadap koreksi.
IHSG Berpeluang Menguat Terbatas pada Senin (25/5), Ini Rekomendasi Saham Pilihannya
Oktavianus Audi, VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, menyoroti bahwa tren penguatan IHSG dalam beberapa hari terakhir menunjukkan penurunan volume transaksi.
“Hal ini memicu kekhawatiran terjadinya aksi *profit taking* oleh para investor, termasuk potensi koreksi di bulan Juni mendatang,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (25/5).
Audi berpendapat bahwa sentimen positif yang terjadi pada bulan April masih berpotensi menopang pergerakan IHSG dalam jangka pendek di bulan Juni. Namun, ia juga mengingatkan adanya potensi efek domino jika masalah utang AS mencapai titik puncak.
Meskipun investor asing mulai menunjukkan minat untuk kembali ke pasar saham Indonesia dalam sebulan terakhir, secara *year to date* (ytd), angka *net sell* asing masih mencapai Rp 46,7 triliun.
Di sisi lain, nilai aset *safe havens* seperti emas masih bertahan tinggi, di atas US$ 3.350 per *onz*. Audi juga mengamati bahwa pasar cenderung meminta imbal hasil yang lebih tinggi setelah Moody’s menurunkan peringkat kredit AS.
“Situasi ini masih mengindikasikan preferensi pasar terhadap aset yang lebih defensif,” jelasnya.
Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menambahkan bahwa kenaikan IHSG pada bulan Mei ini sudah cukup signifikan, sehingga meningkatkan risiko terjadinya koreksi.
Ia juga menyoroti bahwa batas waktu penundaan tarif 90 hari oleh AS akan segera berakhir. Nico menyatakan bahwa pelaku pasar dan investor akan fokus mencermati kelanjutan kebijakan tarif tersebut.
“Saat ini, IHSG sudah mengalami kenaikan yang cukup tinggi, dan semakin tinggi kenaikannya, semakin rentan terhadap koreksi. Level 7.000 menjadi level psikologis penting, sehingga penting untuk menjaga agar tidak turun di bawah level tersebut,” ungkapnya.
Berikut Proyeksi IHSG Pekan Depan, Ini Saham yang Bisa Dicermati pada Senin (26/5)
Nico memperkirakan bahwa IHSG akan bergerak dalam kisaran 7.110–7.300 pada bulan Juni 2025. Sementara itu, sektor-sektor yang menjadi pilihannya adalah sektor bahan baku, transportasi, dan infrastruktur.
Menurutnya, saham-saham seperti BBRI, BBCA, TPIA, BMRI, BRPT, AMRT, BREN, dan CUAN menarik untuk dicermati dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Secara spesifik, BBRI, BRPT, AMRT, dan BREN lebih cocok untuk investasi jangka pendek.
“TPIA juga menarik untuk diperhatikan. Sementara itu, CUAN berpotensi mengalami kenaikan harga setelah melakukan *stock split*,” kata Nico.
Sementara itu, Audi memproyeksikan bahwa dalam skenario optimis, IHSG akan bergerak dalam kisaran 7.225–7.250 hingga akhir Juni 2025. Dalam skenario moderat, ia memperkirakan IHSG akan berada di kisaran 7.150–7.200, dan dalam skenario pesimis, IHSG diprediksi akan bergerak di kisaran 6.950–7.000.