Ragamutama.com – JAKARTA. Optimisme pasar masih menyelimuti pergerakan nilai tukar rupiah. Analis memperkirakan penguatan mata uang Garuda terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan berlanjut memasuki sesi perdagangan Senin (26/5).
Kendati demikian, momentum positif ini diperkirakan tidak akan terlalu besar. Volume transaksi yang cenderung tipis akibat hari libur nasional di Amerika Serikat menjadi salah satu faktor pembatas.
Menurut data yang dirilis Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (23/5), rupiah mencatatkan penguatan sebesar 0,67% di pasar spot, berakhir di level Rp 16.217 per dolar AS.
Rupiah Konsisten Menguat di Pekan Ini, Terdorong Sentimen Global dan Domestik
Di sisi lain, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang diterbitkan Bank Indonesia menunjukkan rupiah menguat 0,15%, mencapai Rp 16.289 per dolar AS.
Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, mengungkapkan bahwa penguatan yang dialami rupiah selama sepekan terakhir sejalan dengan tren positif yang juga dialami oleh mata uang Asia lainnya.
Fenomena ini didorong oleh adanya pergeseran investasi dari investor global ke aset-aset yang berada di kawasan Asia, yang dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran terkait dengan kondisi fiskal di Amerika Serikat.
“Pelemahan dolar AS secara umum disebabkan oleh kekhawatiran fiskal yang berkelanjutan, sehingga menarik minat investor untuk berinvestasi pada aset-aset di kawasan Asia,” jelas Josua kepada Kontan, Jumat (23/5).
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa masuknya arus modal asing juga terlihat dari peningkatan indeks harga saham gabungan (IHSG) dan penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun.
Kurs Rupiah Menguat di Tengah Arus Masuk Dana Asing, Jumat (23/5)
Selain itu, keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan (BI rate) juga turut memberikan sentimen positif bagi pasar domestik.
Namun demikian, Josua memperkirakan bahwa pergerakan rupiah akan cenderung stabil (sideways) pada awal pekan depan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas perdagangan yang terbatas karena adanya libur Memorial Day di Amerika Serikat.
Pendapat senada juga diungkapkan oleh Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo. Ia berpendapat bahwa volume transaksi yang relatif tipis dan sikap *wait and see* dari para pelaku pasar berpotensi untuk menahan laju pergerakan rupiah.
“Adanya libur Memorial Day di AS akan menyebabkan likuiditas pasar menjadi terbatas. Selain itu, investor juga cenderung menunggu arah kebijakan dari The Fed serta rilis data ekonomi penting, seperti data inflasi dan ketenagakerjaan,” ungkap Sutopo.
Kompak, Rupiah Jisdor Menguat 0,15% ke Rp 16.289 per Dolar AS pada Jumat (23/5)
Sutopo juga menambahkan bahwa faktor-faktor global lainnya, seperti ketegangan geopolitik, kinerja ekonomi di China dan kawasan Eropa, serta pergerakan harga komoditas utama seperti minyak, batubara, dan crude palm oil (CPO) juga akan turut memberikan pengaruh terhadap arah pergerakan rupiah.
Untuk perdagangan pada hari Senin (26/5), Sutopo memprediksi bahwa nilai tukar rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 16.250–Rp 16.350 per dolar AS.
Sementara itu, Josua memperkirakan bahwa rupiah akan bergerak dalam rentang yang lebih sempit, yaitu antara Rp 16.175–Rp 16.275 per dolar AS.