Rupiah Diprediksi Menguat: Analis Ungkap Faktor Pendorong Utama Senin Ini

Avatar photo

- Penulis

Sabtu, 24 Mei 2025 - 20:20 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com – , Jakarta – Analis pasar keuangan, Ibrahim Assuaibi, memberikan proyeksi terbarunya mengenai pergerakan nilai tukar rupiah. Ia memperkirakan bahwa pada perdagangan Senin, 26 Mei, rupiah akan diperdagangkan dalam kisaran Rp 16.140 hingga Rp 16.220 per dolar Amerika Serikat. “Pada perdagangan awal pekan depan, nilai mata uang rupiah diperkirakan akan menunjukkan fluktuasi, namun pada akhirnya ditutup dengan kecenderungan menguat,” jelas Ibrahim dalam pernyataan tertulis yang dirilis pada Jumat, 23 Mei 2025.

Pada penutupan perdagangan Jumat sore, 23 Mei 2025, nilai tukar rupiah tercatat menguat dan berada pada level Rp 16.217 per dolar AS. Penguatan ini menunjukkan peningkatan sebesar 110 poin dibandingkan dengan penutupan sebelumnya yang berada di level Rp 16.327 per dolar AS.

Menurut Ibrahim, ada beberapa faktor sentimen, baik dari dalam maupun luar negeri, yang berpotensi memengaruhi dinamika pergerakan rupiah pada awal minggu depan. Salah satu faktor eksternal yang signifikan adalah keputusan Parlemen Amerika Serikat untuk mengesahkan Rancangan Undang-Undang Pemotongan Pajak, yang dinilai memberikan tekanan terhadap dolar AS.

Ibrahim menjelaskan, berdasarkan analisis Congressional Budget Office, RUU yang dikenal dengan sebutan “One Big Beautiful Bill” tersebut diperkirakan akan meningkatkan utang nasional Amerika Serikat sekitar US$ 3,8 triliun selama sepuluh tahun mendatang.

Baca Juga :  Tarif Trump Picu Bursa Asia Terjun Bebas: Dampak Signifikan Bagi Indonesia

Selain itu, penguatan nilai rupiah juga didorong oleh keputusan lembaga pemeringkatan kredit Moody’s yang menurunkan peringkat utang Amerika Serikat dari Aaa menjadi Aa1. Alasan di balik penurunan peringkat ini adalah beban utang dan biaya bunga negara tersebut yang dianggap lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain.

Faktor lain yang turut berpengaruh adalah sikap para negosiator perdagangan Amerika Serikat yang mendesak Uni Eropa untuk mengurangi tarif sepihak terhadap barang-barang impor. Mereka berpendapat bahwa negara-negara anggota Uni Eropa tidak dapat berpartisipasi dalam perundingan jika tidak bersedia menghindari penerapan tarif resiprokal tambahan sebesar 20 persen.

Ibrahim menambahkan bahwa para investor juga secara seksama memantau perkembangan putaran kelima perundingan antara Iran dan Amerika Serikat terkait program nuklir. Iran, di bawah kepemimpinan Masoud Pezeshkian, tetap bersikeras untuk melanjutkan pengayaan uranium, sementara Amerika Serikat menuntut penghentian total aktivitas tersebut. “Para investor dengan cermat menantikan informasi terbaru mengenai putaran kelima negosiasi nuklir antara Iran dan Amerika Serikat,” katanya.

Dari dalam negeri, penguatan rupiah didukung oleh pertumbuhan uang beredar (M2) sebesar 5,2 persen secara year on year pada bulan April 2025. Pertumbuhan M2 pada bulan sebelumnya tercatat sebesar 6,1 persen, dengan nilai mencapai Rp 9.390,0 triliun.

Baca Juga :  Rupiah Stabil: Dampak Kebijakan Suku Bunga The Fed Terukur?

Ibrahim juga menyoroti indikator pertumbuhan ekonomi lainnya, seperti penyaluran kredit yang meningkat sebesar 8,5 persen secara year on year pada bulan April 2025. Selain itu, tagihan bersih kepada pemerintah pusat mengalami kontraksi sebesar 21 persen secara year on year, setelah sebelumnya mengalami penurunan sebesar 8,7 persen. Pertumbuhan aktiva luar negeri juga tercatat sebesar 3,6 persen, setelah pada bulan Maret 2025 menunjukkan angka 6,0 persen.

Selain itu, pertumbuhan uang primer (M0) tercatat sebesar 13 persen pada bulan April 2025, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 21 persen. Ibrahim menjelaskan bahwa perkembangan ini didorong oleh pertumbuhan uang kartal yang diedarkan sebesar 7,3 persen secara year on year dan giro bank umum di Bank Indonesia yang telah disesuaikan sebesar 9,9 persen.

Pilihan Editor: Cadangan Devisa Menipis. Apa Risikonya Bagi Rupiah?

Berita Terkait

YUPI Bagi Dividen Rp187,25 per Saham: Cek Jadwalnya Sekarang!
Starlink Hadir di Wonogiri! BI Solo Percepat Wisata Digital
Surplus! Neraca Perdagangan Mei 2025 Cetak Rekor US$4,30 Miliar.
CIMB Niaga Mau Buyback Saham Jelang Spin Off Unit Syariah
IHSG Berbalik Melemah ke 6.909,23 di Sesi I, INKP, JPFA, BMRI Jadi Top Losers LQ45
Harga Tembaga Tetap Kuat di Tengah Keterbatasan Pasokan
IPO Chandra Daya Investasi (CDIA) Tawarkan Harga Rp 190 Per Saham, Listing Minggu Depan
Harga Emas Antam Naik 1 Juli 2025, Tembus Rp1,896 Juta per Gram

Berita Terkait

Selasa, 1 Juli 2025 - 15:29 WIB

YUPI Bagi Dividen Rp187,25 per Saham: Cek Jadwalnya Sekarang!

Selasa, 1 Juli 2025 - 14:53 WIB

Starlink Hadir di Wonogiri! BI Solo Percepat Wisata Digital

Selasa, 1 Juli 2025 - 14:34 WIB

Surplus! Neraca Perdagangan Mei 2025 Cetak Rekor US$4,30 Miliar.

Selasa, 1 Juli 2025 - 13:58 WIB

CIMB Niaga Mau Buyback Saham Jelang Spin Off Unit Syariah

Selasa, 1 Juli 2025 - 13:10 WIB

IHSG Berbalik Melemah ke 6.909,23 di Sesi I, INKP, JPFA, BMRI Jadi Top Losers LQ45

Berita Terbaru

travel

Aloha PIK 2: Harga Tiket, Jam Buka, & Panduan Lengkap!

Selasa, 1 Jul 2025 - 17:52 WIB

Family And Relationships

Gading Marten Panik? Gempi Desak Jawaban Soal Cerai dengan Gisel!

Selasa, 1 Jul 2025 - 17:29 WIB

politics

Prabowo Resmikan SPPG Polri di Hari Bhayangkara: Apa Artinya?

Selasa, 1 Jul 2025 - 17:16 WIB