Ragamutama.com – Tragedi jatuhnya EgyptAir 990 di Samudra Atlantik pada 31 Oktober 1999, menelan seluruh nyawa penumpang dan awak pesawat. Kejadian ini meninggalkan luka mendalam dan pertanyaan yang hingga kini masih dibahas.
Penerbangan Boeing 767-366 tersebut memulai perjalanan dari Los Angeles menuju Kairo, Mesir, dengan persinggahan di New York. Pesawat dengan kode registrasi SU-GAP mengangkut 203 penumpang dan 14 kru.
Berdasarkan laporan The Guardian, Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat (NTSB) menyimpulkan bahwa kopilot sengaja menjatuhkan pesawat, diduga sebagai aksi balas dendam atas dugaan pelecehan seksual. Namun, otoritas Mesir mengajukan penjelasan berbeda, menunjuk pada kegagalan mekanis sebagai penyebab kecelakaan.
Mari kita telusuri kronologi peristiwa nahas ini.
Kronologi Tragedi EgyptAir 990
Penerbangan EgyptAir 990 dari Los Angeles berlangsung normal hingga transit di New York. Setelah lepas landas dari New York menuju Kairo sekitar pukul 01.20 waktu setempat, pesawat melintasi Samudra Atlantik.
Kurang dari 25 menit kemudian, pesawat mencapai ketinggian 33.000 kaki (10.000 meter). Namun, sekitar pukul 01.50, pesawat mengalami penurunan drastis dengan sudut kemiringan mencapai 40 derajat, hingga ketinggian 16.000 kaki (4.900 meter).
Selama penurunan tersebut, kecepatan pesawat mendekati kecepatan suara, jauh melampaui batas aman untuk Boeing 767. Setelah penurunan singkat ini, pesawat sempat naik kembali hingga sekitar 25.000 kaki (7.600 meter) dan mengubah arah. Namun, penurunan fatal terjadi kembali, dengan hilangnya mesin kiri sebelum akhirnya pesawat jatuh ke Samudra Atlantik.
Rekaman Suara Insiden EgyptAir 990
Meskipun Mesir berhak menyelidiki kecelakaan tersebut berdasarkan perjanjian penerbangan internasional, investigasi awal diserahkan kepada NTSB. Lebih dari 70 persen puing pesawat ditemukan di kedalaman 230 kaki (70 meter) dan perekam suara berhasil diangkat.
Berdasarkan rekaman, terungkap bahwa Gamil el-Batouty, kopilot pembantu, mengambil alih kursi kopilot hanya 22 menit setelah lepas landas atas permintaannya sendiri. Padahal, seharusnya ia bertugas lima jam kemudian dalam penerbangan 10 jam tersebut.
El-Batouty memasuki kokpit dan meminta kopilot utama untuk bergeser. Saat itu, pilot Ahmed el-Habashi sedang meninggalkan kokpit menuju toilet. El-Batouty kemudian mengucapkan “Saya Mengandalkan Tuhan”, lalu mematikan autopilot dan mengarahkan pesawat menuju penurunan tajam.
Penurunan ini begitu cepat, mensimulasikan kondisi gravitasi nol. Pilot kembali ke kokpit dan bertanya, “Apa yang terjadi, Gamil? Apa yang terjadi?”. El-Batouty kembali mengatakan “Saya mengandalkan Tuhan” dan mematikan bahan bakar kedua mesin. El-Habashi pun berteriak, “Apa ini? Apakah Anda mematikan mesinnya? Tarik dengan saya! Tarik dengan saya!”
Pesawat sempat naik kembali, namun akhirnya kehilangan tenaga dan jatuh bebas ke Samudra Atlantik.
Butuh Bantuan?
Depresi dan pikiran untuk mengakhiri hidup bisa muncul kapan saja. Jika Anda sedang berjuang dengan hal serupa, ingatlah bahwa Anda tidak sendirian. Jangan menyerah.
Layanan konseling dapat memberikan dukungan dan bantuan yang Anda butuhkan. Untuk mendapatkan akses ke layanan kesehatan jiwa dan berbagai alternatif konseling, silakan kunjungi laman Into the Light Indonesia.