Jelajahi Museum Ruwa Jurai Lampung: Perayaan Hari Museum yang Tak Terlupakan

Avatar photo

- Penulis

Selasa, 20 Mei 2025 - 05:41 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Museum seringkali luput dari daftar destinasi wisata utama. Namun, bagi pelancong yang ingin memahami sejarah dan budaya suatu daerah secara mendalam, museum berperan sebagai penuntun yang berharga. Merayakan Hari Museum Internasional pada 18 Mei, saya ingin berbagi pengalaman menjelajahi Museum Lampung, yang juga dikenal sebagai Museum Ruwa Jurai.

Hari itu langit mendung. Setelah memarkir kendaraan, saya segera menuju bangunan museum yang megah dengan warna kuning dan jingga mendominasi. Desain eksteriornya menampilkan aksen dan motif khas Lampung yang cerah.

Museum ini terletak di Jalan H. Zainal Abidin Pagar Alam No.64, Gedung Meneng, tak jauh dari pusat kota Bandar Lampung.

Di halaman, beberapa koleksi unik terpampang. Terdapat meriam peninggalan kolonial, bola besi pembuka lahan transmigrasi, dan replika rumah adat Lampung. Sayangnya, hujan deras tiba-tiba mengguyur, sehingga saya tak bisa mengamati koleksi tersebut lebih dekat.

Museum tampak sepi. Hanya beberapa pengunjung yang kemudian beranjak pulang saat kedatangan saya. Saya pun menjelajahi museum sendirian, mungkin karena hari kerja. Tiket masuknya terjangkau, hanya Rp5.000 per orang.

Saatnya menjelajah.

Museum dua lantai ini menyimpan sekitar 4.700 koleksi yang terbagi dalam 10 kategori: arkeologi, etnografi, filologi, geologi, biologi, keramik, seni, teknologi, numismatik, dan koleksi bersejarah.

Lantai dasar menyajikan koleksi benda-benda prasejarah, fosil manusia, batuan dan mineral, flora fauna Lampung, aneka keramik, aksara Lampung, kain tapis, serta kisah pahlawan nasional Radin Inten II, yang namanya diabadikan sebagai nama bandara Lampung.

Gajah dan harimau dulunya melimpah di Lampung. Kini, habitat gajah terpusat di Way Kambas, sementara populasi harimau menyusut akibat alih fungsi lahan hutan menjadi pemukiman, usaha, dan perkebunan sawit. Lampung juga merupakan habitat penyu hijau.

Baca Juga :  Hallim Park, Miniatur Dunia di Pulau Jeju, Korea Selatan

Ada pula pojok khusus yang menceritakan tentang batu-batu yang diperkirakan berasal dari letusan Krakatau tahun 1883. Letusan tersebut melontarkan ribuan lava bom seukuran kerikil hingga radius 300 kilometer.

Peninggalan Megalitikum begitu memukau. Koleksi ini tersebar, ditemukan di Liwa, Lampung Barat, dan berbagai wilayah di Lampung Timur. Koleksi tersebut antara lain menhir, lumpang batu, arca, dan batu bergores.

Batu bergores, yang permukaannya terdapat lima goresan dan satu lubang, tampaknya merupakan sarana upacara sakral untuk memberi kekuatan gaib pada senjata tajam yang diasah di atasnya.

Museum ini juga menyimpan artefak agama Hindu, Buddha, dan Islam. Periode klasik Hindu-Buddha di Lampung berlangsung pada abad ke-7 hingga ke-16 Masehi. Koleksi yang tersimpan meliputi 8 prasasti, 3 candi, arca, relief arca, dan benda-benda upacara. Beberapa prasasti yang tersimpan di sini adalah Prasasti Palas Pasemah, Prasasti Bawang, dan Prasasti Batu Bedil.

Jejak Islam di masa lalu juga cukup banyak. Terdapat teko alpaka, talam bertuliskan Arab, Prasasti Dahlung (beraksara Arab, berbahasa Banten, tentang perdagangan lada), stempel marga Sabu, dan naskah kuno tentang mantra dan penangkal guna-guna.

Senjata tradisional, sejarah Jalur Sutra, dan perdagangan rempah juga dipamerkan. Kain sebagi, selendang dan penutup kepala perempuan, merupakan bukti budaya jalur rempah Lampung yang terpengaruh budaya India.

Pojok Khusus Radin Inten II dan Aksara Lampung

Radin Inten II, pahlawan nasional Lampung (lahir 1 Januari 1834, wafat 5 Oktober 1854), memimpin perlawanan melawan monopoli perdagangan lada dan penjajahan Belanda di Kalianda, Lampung Selatan.

Baca Juga :  Menelusuri Jejak Calcada Portuguesa: Dari Makau yang Eksotis Hingga Lisboa yang Klasik

Radin Inten II menerapkan strategi perjuangan yang cerdik dan taktis. Ia memiliki benteng, meriam, dan pasukan rahasia bertopeng yang disebut tupping, yang disebar ke desa-desa. Topeng tupping hingga kini dilestarikan dalam kesenian tari tupping. Terdapat 12 jenis topeng tupping dengan desain sederhana.

Aksara Lampung, yang mirip kombinasi aksara Pallawa dan Arab, diperkirakan masuk ke Lampung pada masa Kerajaan Sriwijaya. Aksara ini juga menyerupai aksara Rencong dari Aceh. Terdiri dari 20 huruf dan dibaca dari kiri ke kanan. Ada Apa di Lantai Dua?

Lantai dua menampilkan kesenian, kebudayaan, dan aktivitas masyarakat Lampung. Dipamerkan berbagai upacara adat, dari kelahiran hingga kematian, dengan kain tapis sebagai elemen penting. Proses pembuatan kain tenun tapis, aneka motif, dan jenis-jenisnya juga ditunjukkan.

Lampung memiliki alat musik tradisional bernama gamolan, yang juga terdapat pada relief Candi Borobudur. Mirip gambang, alat musik ini terbuat dari bambu betung dan dimainkan dengan sekhdam untuk mengiringi tari, sastra lisan, lagu, dan upacara adat.

Koleksi lantai dua juga mencakup baju pengantin tradisional, pelaminan, replika rumah adat, dan perahu tradisional nelayan, yaitu perahu lesung dan perahu kajang.

Kesunyian museum memungkinkan saya menikmati seluruh koleksi. Waktu berlalu cepat, museum hampir tutup. Selamat Hari Museum Internasional! Dengan tema tahun ini, “Masa Depan Museum di Komunitas yang Berubah Cepat”, semoga Museum Lampung dan museum lain tak hanya menjadi tempat penyimpanan benda bersejarah, tetapi juga berperan aktif dan bermanfaat bagi masyarakat.

Berita Terkait

United Society Council: Lembaga Pemberi Penghargaan Syahrini, Apa Bedanya dengan UNESCO?
20 Mei: Libur Nasional? Cek Fakta Hari Kebangkitan Nasional Disini!
Kegembiraan Rakyat Peru: Paus Leo XIV Dilantik, Rasa Dekat Terjalin
Luna Maya, Maxime Bouttier, & Gugatan Atalarik: 5 Berita Selebriti Terpanas Hari Ini
Terungkap: Sejarah dan Fakta Unik Lapangan Santo Petrus Saat Inaugurasi Paus
Tragis! Pelaut Belanda Dibuang dan Tewas di Pulau Terpencil Akibat Tuduhan Homoseksualitas
Tanggapan Luna Maya soal Ijab Kabul Maxime Bouttier yang Dianggap Tidak Sah
Intip Prosesi Liturgi Pelantikan Paus Leo XIV: Sakral dan Megah!

Berita Terkait

Selasa, 20 Mei 2025 - 05:41 WIB

Jelajahi Museum Ruwa Jurai Lampung: Perayaan Hari Museum yang Tak Terlupakan

Senin, 19 Mei 2025 - 19:08 WIB

United Society Council: Lembaga Pemberi Penghargaan Syahrini, Apa Bedanya dengan UNESCO?

Senin, 19 Mei 2025 - 16:01 WIB

20 Mei: Libur Nasional? Cek Fakta Hari Kebangkitan Nasional Disini!

Senin, 19 Mei 2025 - 10:37 WIB

Kegembiraan Rakyat Peru: Paus Leo XIV Dilantik, Rasa Dekat Terjalin

Senin, 19 Mei 2025 - 07:56 WIB

Luna Maya, Maxime Bouttier, & Gugatan Atalarik: 5 Berita Selebriti Terpanas Hari Ini

Berita Terbaru

entertainment

Shabrina Leanor: Perjalanan Juara Indonesian Idol 2025 Asal Belitung

Selasa, 20 Mei 2025 - 14:01 WIB