Ragamutama.com, JAKARTA — Pekan lalu menjadi saksi optimisme di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan capital inflow atau aliran dana asing yang cukup signifikan, mencapai Rp5,05 triliun. Daya tarik utama investor asing tertuju pada sejumlah saham unggulan, terutama saham perbankan seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI).
Berdasarkan data yang dirilis oleh BEI, terlihat jelas bagaimana dana asing mulai membanjiri pasar saham dalam negeri selama sepekan terakhir. Pada penutupan perdagangan Jumat (16/5/2025), tercatat nilai beli bersih asing (net buy) mencapai Rp528,29 miliar.
Meski demikian, secara kumulatif sejak awal tahun 2025 hingga saat ini (year to date/YtD), pasar saham Indonesia masih mencatatkan angka jual bersih (net sell) asing yang cukup besar, yaitu sebesar Rp48,79 triliun.
Namun, tren positif terlihat nyata pada periode 14 – 16 Mei 2025, di mana net buy asing melonjak menjadi Rp5,05 triliun, berbanding terbalik dengan pekan sebelumnya yang masih mencatatkan net sell sebesar Rp3,26 triliun.
Selama pekan tersebut, beberapa saham menjadi primadona di kalangan investor asing. Saham-saham bank dengan kapitalisasi pasar besar (bank jumbo) secara konsisten mencatatkan nilai beli bersih (net buy) yang tinggi.
: BEI Catat 9 Calon Emiten Punya Aset Jumbo Masuk Antrean IPO
Saham BBRI memimpin dengan net buy asing sebesar Rp2,04 triliun dalam sepekan. Menyusul kemudian, saham BMRI dengan net buy asing sebesar Rp1,54 triliun.
Selanjutnya, saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga mencatatkan kinerja positif dengan net buy asing mencapai Rp672 miliar. PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) pun tak ketinggalan dengan net buy asing sebesar Rp458 miliar.
Selain sektor perbankan, saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) juga menarik perhatian dengan net buy asing sebesar Rp425 miliar, serta PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dengan net buy asing sebesar Rp188 miliar.
Miftahul Khaer, seorang analis dari Kiwoom Sekuritas Indonesia, berpendapat bahwa performa impresif pasar saham Indonesia dalam sepekan terakhir dipengaruhi oleh sentimen positif terkait meredanya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Seperti yang diketahui, AS dan China telah mencapai kesepakatan mengenai tarif pada hari Senin (12/5/2025). Kesepakatan tersebut mencakup pengurangan tarif oleh kedua negara dalam periode 90 hari ke depan.
Dalam rinciannya, AS akan menurunkan tarif impor dari China menjadi 30% dari sebelumnya 145%. Sementara itu, China akan mengurangi bea masuk impor dari AS menjadi 10% dari sebelumnya 125%.
: Prospek Harga Emas Pekan Depan, Mampu Rebound?
Eskalasi yang mereda dalam perang dagang ini kemudian berdampak positif pada aliran modal asing yang masuk ke pasar saham dalam negeri. Investor asing mulai kembali berinvestasi di pasar saham Asia, termasuk Indonesia, setelah sebelumnya terjadi arus keluar modal yang signifikan.
“Optimisme terhadap kemajuan negosiasi perdagangan serta penurunan sementara tarif, menurut kami, mendorong investor untuk kembali berinvestasi di kawasan ini,” jelas Miftahul Khaer kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Angga Septianus, Community & Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas, juga berpendapat bahwa dengan berkurangnya ketegangan perang dagang, seharusnya inflow atau arus masuk modal asing kembali ke pasar saham Indonesia.
“Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga menjadi faktor pendukung,” tambah Angga kepada Bisnis.
Lebih lanjut, Angga menjelaskan bahwa aliran dana asing biasanya akan terlebih dahulu menyasar saham-saham bank dengan kapitalisasi pasar besar (bank jumbo).
“Akan terjadi [aliran dana asing] ke saham-saham bluechip perbankan seperti BBCA, BMRI, BBRI, dan BBNI, sebagai penopang indeks,” pungkas Angga.