Ragamutama.com –, Kediri – Perkembangan Bandara Dhoho Kediri dirasakan belum secepat yang diharapkan. Muncul seruan agar pemerintah memberikan dukungan yang lebih konkret demi kelancaran operasional Bandara Dhoho, yang notabene merupakan proyek strategis nasional.
Dadang Supriyatno, pengamat transportasi dari Universitas Surabaya, menekankan bahwa keberadaan Bandara Dhoho sangat penting untuk membuka aksesibilitas udara di wilayah selatan Jawa Timur. “Bandara Dhoho ini memberikan alternatif moda transportasi udara di Jawa Timur, sehingga masyarakat tidak selalu harus menuju Surabaya (Juanda),” ujar Dadang kepada Tempo, Sabtu, 17 Mei 2025.
Oleh karena itu, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memfasilitasi operasional Bandara Dhoho, dengan cara mengidentifikasi rute-rute potensial dan menyediakan infrastruktur pendukung yang memadai.
Dadang memberikan contoh sukses Bandara Banyuwangi, yang sempat mengalami masa-masa sulit akibat minimnya jumlah penumpang dan maskapai penerbangan. Namun, kini bandara tersebut berhasil bangkit dan menjadi salah satu bandara yang ramai.
Keberhasilan ini dicapai berkat sinergi antara pemerintah dan Kementerian Perhubungan yang aktif menghidupkan bandara tersebut. Pemerintah melakukan kajian mendalam untuk menemukan rute-rute yang memiliki potensi, sehingga menarik minat maskapai swasta untuk membuka jalur penerbangan di Banyuwangi.
“Selama ini, urusan (membuka pasar) seringkali diserahkan sepenuhnya kepada maskapai. Komitmen pemerintah terkesan hanya sebatas di atas kertas, sehingga maskapai harus berjuang sendiri dalam menciptakan pasar,” kritik Dadang.
Dadang menyarankan agar pemerintah melakukan evaluasi ulang terhadap konsep Bandara Dhoho dengan melibatkan para ahli dan akademisi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi semua kendala yang menghambat operasional Bandara Dhoho dan mencari solusi bersama. Hal ini termasuk penataan wilayah udara di selatan Jawa Timur yang sebelumnya digunakan sebagai area latihan pesawat tempur Lanud Iswahjudi.
“Perlu ada intervensi dari pemerintah pusat untuk mengajak seluruh pemangku kepentingan dan ahli transportasi duduk bersama, agar cita-cita mewujudkan akses transportasi udara yang lebih baik di wilayah selatan Jawa Timur dapat terwujud,” tegas Dadang.
Sejak diresmikan pada April 2024, Bandara Dhoho belum banyak membuka rute penerbangan. Bahkan, terakhir kali penerbangan dibuka di bandara ini hanya satu kali dalam seminggu. Beberapa maskapai penerbangan yang sebelumnya berencana untuk bergabung, akhirnya mengurungkan niatnya karena kurangnya minat dari masyarakat.
Bandara Dhoho dibangun atas inisiatif dan keberanian PT Surya Dhoho Investama, yang merupakan anak perusahaan PT Gudang Garam Tbk. Pembangunan ini sepenuhnya didanai oleh pihak swasta tanpa ada dukungan anggaran dari pemerintah.
Bandara ini dirancang dengan landas pacu sepanjang 3.300 x 60 meter, apron komersial berukuran 548 x 141 meter, apron VIP berukuran 221 x 97 meter, 4 taxiway, dan area parkir seluas 37.108 meter persegi. Di sisi darat, bandara ini memiliki terminal penumpang seluas 18.000 meter persegi yang mampu menampung 1,5 juta penumpang per tahun.
Kehadiran Bandara Dhoho memberikan harapan baru bagi masyarakat Jawa Timur untuk mendapatkan akses transportasi udara yang lebih cepat dan efisien. Selain menghubungkan 13 kota dan kabupaten di Jawa Timur, Bandara Dhoho diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor ekonomi, pariwisata, dan religi.
Bandara ini juga diharapkan dapat membuka rute perjalanan Umroh langsung dari Kediri ke tanah suci, sehingga memberikan layanan penerbangan Umroh yang lebih cepat dan nyaman.
Pilihan Editor: Retret Kepala Daerah Berlanjut. Buat Apa?