Ragamutama.com – , Jakarta – Isu mengejutkan datang dari mantan Presiden Joko Widodo atau Jokowi, yang membuka kemungkinan untuk mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PSI. Hal ini diungkapkannya kepada media saat ditemui di sebuah restoran di Solo, Jawa Tengah, pada hari Rabu, 14 Mei 2025.
Jokowi berujar, “Saya masih mempertimbangkan, jangan sampai jika saya maju, justru hasilnya tidak sesuai harapan.” Ia menambahkan bahwa pendaftarannya belum dilakukan karena masa pendaftaran masih cukup panjang. Mengenai kemungkinan Kaesang Pangarep, putranya, turut mendaftar, Jokowi mengaku belum mengetahui. “Waktunya masih lama, setahu saya sampai Juni,” ungkapnya.
Saat ini, PSI berada di bawah kepemimpinan Kaesang Pangarep. Menanggapi potensi persaingan dengan putranya sendiri, Jokowi berkelakar bahwa calon lain mungkin akan mengundurkan diri jika ia memutuskan untuk ikut serta. “Mungkin, kalau saya mendaftar, yang lain jadi enggan mendaftar,” tuturnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum PSI, Andy Budiman, menegaskan bahwa semua kader memiliki hak untuk mencalonkan diri sebagai ketua umum. PSI bahkan membuka pintu lebar bagi kemungkinan mantan presiden Jokowi untuk turut meramaikan bursa calon ketum PSI.
Menurut Andy, pemilihan umum raya PSI terbuka bagi setiap kader yang memiliki kartu tanda anggota (KTA) partai. “Apakah Pak Jokowi akan menjadi calon? Mari kita nantikan dan doakan,” kata Andy di Kantor DPP PSI, Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada hari Selasa, 13 Mei 2025.
Menanggapi isu ini, Dosen Ilmu Politik Universitas Udayana (Unud), Efatha Filomeno Borromeu Duarte, berpendapat bahwa Jokowi tampaknya berupaya mempertahankan pengaruhnya yang berpotensi memudar pasca-pilpres 2024.
Efatha menilai, melalui serangkaian manuver politiknya, Presiden ke-7 RI tersebut ingin menjaga relevansinya dalam kancah politik Indonesia. Oleh karena itu, Jokowi tampaknya membatalkan status pensiun politiknya.
“Mungkin beliau sedang menyiapkan wadah bagi para loyalis, relawan potensial, serta keluarga. Namun, jika ditelaah lebih dalam, ada kebutuhan yang lebih besar, yaitu memastikan warisan kebijakan infra-populisnya tidak dilupakan begitu saja,” jelas Efatha kepada Tempo melalui keterangan tertulis pada Kamis, 15 Mei 2025.
Efatha menjelaskan bahwa PSI merupakan kendaraan politik yang lincah dan adaptif, tanpa beban ideologis seperti PDIP atau faksi-faksi internal yang saling bersaing seperti Golkar. Aturan pemilihan yang jelas, yaitu one man one vote yang diadopsi dari gagasan Jokowi tentang partai super terbuka dan e-voting, memberikan kesan meritokrasi namun juga memudahkan konsolidasi jika Jokowi benar-benar mencalonkan diri dalam pemilu raya PSI.
Lebih lanjut, Efatha menyoroti pelaksanaan kongres yang akan diselenggarakan di Solo pada 19 Juli 2025. “Dari perspektif makro, langkah ini kemungkinan merupakan upaya membangun poros ketiga Jokowi, melepaskan diri dari bayang-bayang PDIP, sekaligus berdiri cukup kuat di koalisi Prabowo–Gibran yang kini memegang kendali pemerintahan,” ujarnya.
Dengan memposisikan PSI sebagai kekuatan penyeimbang, Efatha berpendapat bahwa Jokowi sedang mempersiapkan berbagai opsi untuk tahun 2029, yaitu berkoalisi dengan pihak manapun sambil tetap memegang kendali.
Apa yang Terjadi Jika Jokowi Jadi Ketum PSI?
Sementara itu, Efatha memprediksi bahwa jika Jokowi benar-benar mencalonkan diri dan terpilih sebagai ketum PSI, partai tersebut berpotensi mengalami lonjakan elektabilitas hingga dua atau tiga kali lipat. Selain itu, kemungkinan terjadi perubahan fundamental dalam DNA politik partai.
Efatha mengidentifikasi tiga konsekuensi yang mungkin terjadi, yaitu reposisi kader dengan perpindahan loyalis pro-Jokowi ke PSI. Kedua, munculnya friksi internal, yang berarti sayap progresif yang sebelumnya menentang politik dinasti akan terpecah antara idealisme dan peluang meraih kursi di DPR.
Terakhir, PSI berpotensi bertransformasi dari partai kecil menjadi swing factory. “Dalam parlemen periode 2024-2029, 4-8 persen suara dapat menentukan menang-kalahnya koalisi dalam isu-isu strategis yang dibahas di parlemen,” jelas Efatha.
Efatha melanjutkan, “Kehadiran Jokowi akan melejitkan PSI sekaligus menggoyahkan keseimbangan partai-partai besar, namun juga berpotensi menggerus nilai-nilai progresif yang menjadi identitas partai selama ini. PSI harus memilih, menjadi gerakan berbasis gagasan atau menjadi mesin elektoral baru dalam pertarungan politik,” tegasnya.
Sebelumnya, pada hari Selasa, 13 Mei 2025, PSI secara resmi membuka pendaftaran bakal calon ketua umum partai. Proses registrasi “Pemilihan Raya” ini akan berlangsung hingga akhir Mei. Penetapan dan pengumuman nama-nama calon ketua umum dijadwalkan akan dilakukan hingga 18 Juni 2025. Setelah itu, para calon ketum akan memulai proses kampanye dari tanggal 19 Juni hingga 11 Juli 2025.
Selanjutnya, PSI akan mengumumkan daftar pemilih tetap untuk pemilihan raya partai pada 10 Juli 2025. Masa pencoblosan akan berlangsung dari tanggal 12 hingga 19 Juli 2025. Rangkaian tahapan pemilu raya ini akan mencapai puncaknya pada Kongres PSI. Pengumuman hasil pemilu raya PSI direncanakan akan dilakukan dalam Kongres PSI pada tanggal 19 Juli 2025, di Solo, Jawa Tengah.
Ni Kadek Trisna Cintya Dewi, Daniel Ahmad Fajri, Septia Ryanthie dan Ervana Trikarinaputri berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan editor: Rupa-rupa Bursa Calon Ketua Umum PSI Lewat Pemilu Raya