Ragamutama.com, JAKARTA. Nilai tukar rupiah menunjukkan tren positif dengan penutupan yang menguat terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Para analis memprediksi bahwa momentum penguatan ini berpotensi berlanjut hingga penutupan pekan perdagangan.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Bloomberg, pada hari Kamis (15/5), nilai rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 16.529 per dolar AS, menunjukkan apresiasi sebesar 0,20% dibandingkan hari sebelumnya. Demikian pula, data dari Jisdor Bank Indonesia (BI) mencatat penguatan rupiah sebesar 0,19% menjadi Rp 16.535 per dolar AS.
Hosianna Evalita Situmorang, seorang ekonom dari PT Bank Danamon Indonesia Tbk, menjelaskan bahwa penguatan nilai mata uang Garuda ini sejalan dengan tren penguatan yang terlihat pada sejumlah mata uang Asia lainnya.
Faktor utama yang mendorong sentimen positif ini adalah kemajuan dalam negosiasi perdagangan global, yang secara keseluruhan memberikan tekanan pada nilai dolar AS.
Rupiah Mengakhiri Hari dengan Penguatan ke Level Rp 16.529 Per Dolar AS (15/5)
Meskipun sentimen global cenderung melemahkan dolar AS, Hosianna mencatat bahwa permintaan dolar dari kalangan korporasi domestik masih cukup tinggi menjelang pertengahan bulan.
“Kondisi ini membatasi potensi penguatan rupiah lebih lanjut,” ungkap Hosianna kepada Kontan.co.id pada hari Kamis (15/5).
Dari sisi domestik, fundamental ekonomi dan pasar modal Indonesia terpantau relatif stabil. Data Transaksi Bank Indonesia menunjukkan bahwa premi credit default swap (CDS) Indonesia dengan tenor 5 tahun per tanggal 8 Mei 2025 berada pada level 89,65 bps.
“Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mencatatkan peningkatan yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir,” imbuh Hosianna.
Untuk sesi perdagangan hari Jumat (16/5), pergerakan rupiah diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh potensi tekanan dari permintaan valuta asing oleh korporasi domestik, serta pergerakan yield US Treasury yang berpotensi memberikan tekanan baru pada mata uang negara-negara berkembang.
Sementara itu, Direktur Utama PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyampaikan bahwa fokus pasar saat ini tertuju pada serangkaian data ekonomi AS yang akan dirilis, serta pidato Jerome Powell, Ketua Federal Reserve (Fed), sebagai petunjuk lebih lanjut mengenai prospek ekonomi global.
Data inflasi indeks harga produsen (PPI) untuk bulan April dirilis beberapa hari setelah pembacaan indeks harga konsumen (CPI) yang lebih rendah dari perkiraan.
Rupiah Terus Menunjukkan Kekuatan, Bergerak ke Rp 16.536 Per Dolar AS di Pertengahan Sesi (15/5)
“Penurunan inflasi yang berkelanjutan diperkirakan akan meningkatkan ekspektasi pasar terhadap potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada tahun ini,” kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Kamis (15/5).
Selain itu, rilis data penjualan ritel AS pada hari Kamis (15/5) diharapkan memberikan indikasi lebih lanjut mengenai belanja ritel di tengah tensi perang dagang antara China dan AS.
“Meskipun dalam hasil pertemuan FMOC (Federal Open Market Committee) sebelumnya, The Fed menegaskan tidak ada rencana untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, Powell diperkirakan akan memberikan penjelasan mengenai kerangka kebijakan moneter, cetak biru yang digunakan The Fed untuk menentukan targetnya dalam memaksimalkan lapangan kerja, stabilitas harga, dan suku bunga,” jelas Ibrahim.
Dalam analisisnya, Ibrahim memproyeksikan bahwa nilai rupiah pada perdagangan hari Jumat (16/5) akan menguat dalam kisaran Rp 16.470 – Rp 16.530 per dolar AS.
“Perkiraan saya, rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.450 – Rp 16.550 per dolar AS, dengan kecenderungan penguatan terbatas seiring dengan sentimen pelemahan dolar AS secara global,” pungkas Hosianna.