RAGAMUTAMA.COM – JAKARTA. Kabar baik datang dari panggung ekonomi global. Konflik dagang yang selama ini mewarnai hubungan Amerika Serikat (AS) dan China menunjukkan sinyal positif, dengan kedua negara sepakat untuk mengurangi beban tarif impor.
Langkah maju ini adalah hasil dari serangkaian perundingan intens yang diselenggarakan di Jenewa, Swiss, selama dua hari penuh, tepatnya dari hari Sabtu (10/5) hingga Minggu (11/5).
Efek positifnya langsung terasa di pasar modal Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan selama dua hari perdagangan berturut-turut, dimulai pada hari Rabu (14/5) dan berlanjut hingga sesi pertama perdagangan Kamis (15/5). Bahkan, hingga penutupan sesi I hari ini (15/5), IHSG berhasil naik signifikan sebesar 1,13% atau 79,064 poin, mencapai level 7.058,944.
Martha Christina, Head of Investment Information Mirae Asset, memperkirakan bahwa IHSG akan bergerak dalam rentang antara 6.800 hingga 7.100 hingga akhir kuartal II-2025.
“Investor sebaiknya terus memantau perkembangan perang dagang, khususnya kesepakatan dagang antara Indonesia dan Amerika yang saat ini tengah dinantikan realisasinya,” ujar Martha dalam acara Media Day, Kamis (15/5).
Tembus ke Level 7.000, IHSG Ditopang Saham Bank Jumbo
Dalam jangka pendek, Martha memprediksi bahwa level IHSG akan mampu mempertahankan posisinya di atas 7.000 hingga akhir bulan Mei 2025. Namun, ia mengingatkan adanya faktor penting yang perlu diwaspadai, yaitu jatuh tempo utang pemerintah dalam jumlah besar pada bulan Juni mendatang. Kondisi ini berpotensi memengaruhi sentimen pasar dan menjadi perhatian utama bagi para pelaku pasar dan investor.
Lebih jauh lagi, sektor perbankan dan komoditas diyakini akan menjadi pendorong utama kinerja IHSG hingga akhir Mei, terutama didorong oleh potensi penguatan harga komoditas seiring dengan meredanya ketegangan perdagangan global.
Untuk itu, Martha merekomendasikan saham-saham perbankan terkemuka seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) untuk menjadi fokus perhatian.
Sementara itu, di sektor komoditas, saham-saham yang bergerak di bidang Crude Palm Oil (CPO) seperti PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) disarankan untuk dibeli saat terjadi koreksi harga atau buy on weakness.
Selain itu, saham-saham pertambangan emas seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) juga dinilai menarik selama harga emas dunia tetap stabil di atas US$ 3.000 per ons troi.
BBCA Chart by TradingView