Daftar Saham MSCI Menyusut: Dampak ke Dana Asing di BEI

Avatar photo

- Penulis

Rabu, 14 Mei 2025 - 20:35 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

“`html

Ragamutama.com JAKARTA. Morgan Stanley Capital International (MSCI), selaku penyedia indeks global terkemuka, baru-baru ini merilis hasil tinjauan berkala terhadap konstituen indeks saham mereka. Pengumuman ini mencakup perubahan pada Global Standard Index, Small Cap Index, dan Micro Cap Index dan diumumkan pada hari Rabu (14/5).

Berdasarkan pengumuman tersebut, MSCI hanya menambahkan dua emiten ke dalam MSCI Indonesia Index. Kedua perusahaan yang beruntung tersebut adalah PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA).

Kedua saham tersebut akan menjadi bagian dari MSCI Indonesia Small Cap Index. Sayangnya, jumlah saham yang dikeluarkan dari indeks ini lebih banyak daripada yang ditambahkan. Emiten-emiten yang harus rela melepas posisinya adalah PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

Tidak ada perubahan signifikan pada konstituen MSCI Indonesia Global Standard Index maupun MSCI Indonesia Micro Cap Index. Perubahan hasil evaluasi ini dijadwalkan efektif berlaku mulai 2 Juni hingga 1 September 2025.

MTEL dan MBMA Masuk MSCI Indonesia Small Cap, Geser HRUM, INDY, SMRA, WIKA

Menurut CEO Pinnacle Investment Indonesia, Guntur Putra, masuknya suatu saham ke dalam indeks global memiliki dampak positif, terutama dalam menarik potensi aliran dana. Hal ini disebabkan oleh banyaknya dana pasif dan aktif global yang menggunakan indeks tersebut sebagai tolok ukur kinerja.

Namun, Guntur menyoroti fakta bahwa jumlah saham yang dikeluarkan lebih banyak daripada yang ditambahkan. Hal ini, menurutnya, dapat menjadi indikasi bahwa eksposur Indonesia dalam portofolio investasi global cenderung stagnan, bahkan berpotensi mengalami penurunan dalam jangka pendek.

Baca Juga :  Viral Tangisan 8 Ribu Buruh Sritex Sukoharjo,Kena PHK Massal Sehari jelang Ramadan 2025

“Implikasinya, *foreign flow* (aliran dana asing) bisa menjadi lebih terbatas, khususnya dari investor pasif yang secara ketat mengikuti pergerakan MSCI. Namun, investor aktif masih memiliki peluang untuk mencari keuntungan di luar konstituen indeks,” ujarnya kepada Kontan pada hari Rabu (14/5).

Guntur menambahkan bahwa dinamika keluar masuknya saham dari indeks MSCI merupakan pertimbangan krusial, terutama bagi manajer investasi yang mengelola produk investasi dengan mandat mengikuti *benchmark* global.

“Namun, bagi manajer investasi lokal, *rebalancing* indeks global ini lebih berfungsi sebagai sinyal pasar, bukan satu-satunya panduan dalam menyusun alokasi portofolio,” jelas Guntur.

Menilik Peluang ANTM Masuk Indeks MSCI

Direktur Infovesta Utama, Parto Kawito, mengungkapkan bahwa bobot saham Indonesia dalam indeks MSCI saat ini hanya sekitar 1,5%. Angka ini menunjukkan bahwa representasi pasar saham Indonesia masih relatif kecil di mata investor global.

Ia menjelaskan bahwa bobot pasar Indonesia yang masih kecil ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk likuiditas, prospek pertumbuhan, diversifikasi industri, transparansi, dan regulasi pasar.

“Jika bobot pasar sahamnya saja kecil, mengapa investor asing harus memberikan perhatian lebih?” tanya Parto.

Budi Frensidy, seorang pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia, menambahkan bahwa dengan semakin banyaknya saham Indonesia yang dikeluarkan dari indeks, bobot keseluruhan pasar saham Indonesia dalam indeks akan semakin mengecil.

“Hal ini yang menyebabkan investor asing cenderung melakukan penjualan (rebalancing) karena perubahan komposisi indeks,” ungkapnya.

Ironisnya, saham-saham penggerak utama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), seperti emiten Grup Barito, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), tidak termasuk dalam daftar indeks global kali ini.

Baca Juga :  Bank DKI Belum Konsultasi OJK Meski RUPS Setujui IPO

BEI Beri Usulan ke MSCI Terkait Kriteria Saham UMA dan FCA, Ini Rinciannya

Hingga penutupan perdagangan pada hari Rabu (14/5), kapitalisasi pasar BREN mencapai Rp 826 triliun, setara dengan 6,92% dari total kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ini menjadikan BREN sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI.

Kemudian, TPIA menyusul di urutan ketiga dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 783 miliar, yang mewakili 6,46% dari total kapitalisasi pasar saham di Indonesia.

Alasan utama BREN, TPIA, dan PT Petrosea Tbk (PTRO) tidak dimasukkan ke dalam indeks MSCI adalah kekhawatiran mengenai tingkat investabilitas saham-saham tersebut, termasuk potensi masalah terkait konsentrasi kepemilikan saham.

“Seharusnya BREN dan TPIA memenuhi syarat untuk masuk ke dalam indeks MSCI, asalkan tidak masuk dalam papan pemantauan khusus dan tidak berada dalam pengawasan ketat karena indikasi *Unusual Market Activity* (UMA),” kata Budi.

Untuk mengatasi masalah ini, Budi menyarankan agar otoritas bursa lebih transparan dan berhati-hati dalam menerapkan status UMA, papan pemantauan khusus, suspensi, dan sanksi lainnya. Sementara itu, Parto mengusulkan agar otoritas melakukan penyaringan yang lebih ketat terhadap perusahaan yang akan melakukan Initial Public Offering (IPO).

Parto berpendapat bahwa BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu memprioritaskan perusahaan-perusahaan dengan fundamental yang kuat dan prospek yang menjanjikan untuk dapat melantai di pasar saham. Otoritas juga perlu memperbaiki proses penjatahan saham agar lebih adil, transparan, dan efisien.

“Selain itu, perusahaan sekuritas asing dapat didorong dan difasilitasi untuk mengadakan *roadshow* guna menarik minat investor asing,” jelas Parto.

“`

Berita Terkait

Asing Obrak-abrik Portofolio: Daftar Saham yang Diobral Saat IHSG Naik!
Monopsoni: Panduan Lengkap Pengertian, Ciri, Faktor, Keuntungan, dan Contohnya
Samsung Gelontorkan Rp27,8 Triliun, Akuisisi FläktGroup Perkuat Posisi Pasar
Keluarga Widjaja Tingkatkan Tawaran Akuisisi Sinarmas Land Setelah Dikritik Pemegang Saham
Kadin Rancang SOP Proyek Cilegon: Respons Permintaan Pengusaha
Tarif Impor Dipangkas: Peluang Emas Emiten Eksportir? Analis Ungkap Strateginya!
Rupiah Menguat Signifikan: Peluang Investasi Setelah Sentuh Rp 16.561 per Dolar AS
Harga Minyak Diprediksi Naik Tipis: Analisis dan Sentimen Pasar Terbaru

Berita Terkait

Kamis, 15 Mei 2025 - 02:23 WIB

Asing Obrak-abrik Portofolio: Daftar Saham yang Diobral Saat IHSG Naik!

Kamis, 15 Mei 2025 - 01:16 WIB

Monopsoni: Panduan Lengkap Pengertian, Ciri, Faktor, Keuntungan, dan Contohnya

Kamis, 15 Mei 2025 - 00:31 WIB

Samsung Gelontorkan Rp27,8 Triliun, Akuisisi FläktGroup Perkuat Posisi Pasar

Kamis, 15 Mei 2025 - 00:11 WIB

Keluarga Widjaja Tingkatkan Tawaran Akuisisi Sinarmas Land Setelah Dikritik Pemegang Saham

Rabu, 14 Mei 2025 - 22:47 WIB

Kadin Rancang SOP Proyek Cilegon: Respons Permintaan Pengusaha

Berita Terbaru

sports

Cesc Fabregas: Lebih dari Sekadar Pelatih di Como!

Kamis, 15 Mei 2025 - 03:35 WIB

entertainment

Syahrini Blokir Netizen: Komentar Pedas Pemicu Aksi di Instagram

Kamis, 15 Mei 2025 - 03:31 WIB

sports

Alwi Farhan Menangi Duel Sengit di Thailand Open 2025!

Kamis, 15 Mei 2025 - 03:23 WIB

sports

Jorge Martin Hengkang? Ini 4 Tim MotoGP Potensial Baginya!

Kamis, 15 Mei 2025 - 03:15 WIB