Dolar AS Menguat: Akhir Perang Dagang Redakan Isu Resesi Global?

Avatar photo

- Penulis

Selasa, 13 Mei 2025 - 00:15 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com – Pada hari Senin (12/5), nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan signifikan setelah adanya kesepakatan antara AS dan China untuk sementara waktu mengurangi tarif pembalasan yang saling dikenakan.

Inisiatif ini berhasil meredakan kekhawatiran tentang potensi perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia yang bisa memicu resesi global.

Sebagai bagian dari kesepakatan, AS akan menurunkan tarif tambahan untuk barang-barang impor dari China dari yang semula 145% menjadi 30%.

Sementara itu, China akan mengurangi tarif untuk produk-produk yang berasal dari AS dari 125% menjadi 10%. Kebijakan ini akan berlaku selama periode 90 hari.

Sejumlah Mata Uang Utama Keok Terhadap Dolar AS, Ini Sebabnya

Penurunan ketegangan ini melampaui perkiraan pasar, mengingat banyak investor sebelumnya skeptis bahwa perundingan awal akan membuahkan hasil yang substansial atau bahkan kesepakatan apa pun.

“Ini hanya berlaku untuk 90 hari, jadi pada dasarnya kita hanya membeli lebih banyak waktu. Saya rasa AS sedikit mengalah dalam hal ini,” kata Marc Chandler, Kepala Strategi Pasar di Bannockburn Global Forex, New York.

“Secara pribadi, saya tidak setuju dengan penerapan tarif ini sejak awal, tetapi setelah diberlakukan, AS seolah mundur tanpa mendapatkan banyak imbalan. Kita menghentikan tarif pembalasan kita, mereka juga, dan akhirnya kita kembali ke titik awal.”

Baca Juga :  BI Rate Turun, Dapen BCA Yakin Investasi Makin Untung!

Dolar Perkasa, Euro dan Yen Tertekan

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama termasuk euro dan yen, naik 1,2% mencapai level 101,58.

Euro mengalami penurunan tajam sebesar 1,17% menjadi US$1,1115, menandai penurunan harian terbesar sepanjang tahun 2025.

Kesepakatan AS-China: Tarif Dipangkas, Dolar Menguat Tajam!

Aset berisiko juga mengalami kenaikan, dengan indeks S&P 500 meningkat lebih dari 2%, sementara mata uang safe haven seperti yen dan franc Swiss berada di bawah tekanan.

Dolar menguat 1,91% terhadap yen, mencapai level 148,12—tertinggi sejak 3 April. Terhadap franc Swiss, dolar naik 1,4% menjadi 0,843, level tertinggi sejak 10 April.

Poundsterling Inggris juga mengalami pelemahan sebesar 0,8% menjadi US$1,3198, yang merupakan penurunan harian terbesar sejak 7 April.

Meskipun dolar telah menunjukkan penguatan selama tiga minggu berturut-turut karena ekspektasi positif terhadap kesepakatan dagang, greenback masih mencatat penurunan sebesar 2,2% sejak 2 April, hari ketika mantan Presiden Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif besar-besaran yang sempat menggoyahkan kepercayaan pasar terhadap aset-aset AS.

Bill Gates Janji Sumbang Ratusan Miliar Dolar, Sebut Elon Musk ‘Pembunuh’ Anak Miskin

Fokus ke Data Inflasi AS

Saat ini, perhatian pasar tertuju pada data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang akan dirilis pada hari Selasa (14/5), serta data penjualan ritel April pada hari Kamis (16/5), untuk mengevaluasi dampak ketegangan perdagangan terhadap ekonomi dan kemungkinan arah kebijakan suku bunga The Fed.

Baca Juga :  Profil Pandu Sjahrir, Ponakan Luhut yang Jadi CIO Danantara

Ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan Bank Sentral Eropa (ECB) juga mengalami penurunan pada hari Senin, seiring dengan membaiknya prospek pertumbuhan ekonomi.

Saat ini, pasar memperkirakan bahwa pemangkasan suku bunga acuan AS sebesar 25 basis poin kemungkinan besar baru akan terjadi pada pertemuan The Fed di bulan September, bukan di bulan Juli seperti yang diperkirakan pada minggu sebelumnya.

Di pasar mata uang Asia, yuan China menguat 0,64% terhadap dolar AS, mencapai level 7,194 per dolar, yang semakin memperkuat sentimen risiko.

Rupiah Melemah ke Rp 16.534 Per Dolar AS Hari Ini (12/5), Mata Uang Asia Bervariasi

Ketegangan Geopolitik Mereda

Pasar juga menerima dorongan positif dari meredanya ketegangan geopolitik. India dan Pakistan mengumumkan gencatan senjata setelah empat hari bentrokan yang sempat menimbulkan gejolak di pasar global.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyatakan kesiapannya untuk bertemu langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Turki pada hari Kamis (16/5).

Jika terealisasi, pertemuan tersebut akan menjadi dialog langsung pertama antara kedua pemimpin sejak awal invasi Rusia pada tahun 2022.

Berita Terkait

Saham Pilihan Asing: Intip Daftar Koleksi Terpopuler Minggu Ini!
Asing Kabur dari BBRI & BBCA? Cek Daftar Saham Terlaris!
Logam Industri Fluktuatif: Peluang & Tantangan di Tengah Ketidakpastian
Saham Konsumsi: 4 Pilihan Cerdas Diversifikasi Portofolio Anda
35 Ribu Pekerjaan Baru dari Proyek Baterai Listrik ANTAM-IBC-CBL!
Rupiah Menguat Awal Pekan? Cek Faktor Pendorongnya!
IHSG Terancam Inflasi & Tarif Impor AS? Cek Proyeksi Senin!
IHSG 2024: Proyeksi Akhir Tahun & Rekomendasi Saham Analis

Berita Terkait

Senin, 30 Juni 2025 - 01:41 WIB

Saham Pilihan Asing: Intip Daftar Koleksi Terpopuler Minggu Ini!

Minggu, 29 Juni 2025 - 23:52 WIB

Asing Kabur dari BBRI & BBCA? Cek Daftar Saham Terlaris!

Minggu, 29 Juni 2025 - 23:16 WIB

Logam Industri Fluktuatif: Peluang & Tantangan di Tengah Ketidakpastian

Minggu, 29 Juni 2025 - 22:05 WIB

Saham Konsumsi: 4 Pilihan Cerdas Diversifikasi Portofolio Anda

Minggu, 29 Juni 2025 - 21:29 WIB

35 Ribu Pekerjaan Baru dari Proyek Baterai Listrik ANTAM-IBC-CBL!

Berita Terbaru

Food And Drink

Asam Sunti Aceh: Bumbu Dapur Alami, Rasa Khas, Ramah Lingkungan

Senin, 30 Jun 2025 - 03:29 WIB

technology

Touchpad Laptop Bermasalah? 5 Solusi Ampuh Ini Dijamin Berhasil

Senin, 30 Jun 2025 - 03:17 WIB

Society Culture And History

Letkol Teddy: Sekolah Rakyat Kunci Hidup Sejahtera!

Senin, 30 Jun 2025 - 02:58 WIB