Ragamutama.com – Bagaimana reaksi harga Bitcoin (BTC) terhadap perkembangan kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok? Hal ini berpotensi mengungkap apakah mata uang kripto ini benar-benar berfungsi sebagai aset pelindung nilai (safe haven) bagi investor di seluruh dunia.
Menurut laporan Cointelegraph pada Senin (12/5), analis kripto, Daan Crypto, mengamati bahwa Bitcoin menunjukkan resiliensi yang luar biasa ketika pasar saham global mengalami tekanan setelah pengumuman tarif oleh Presiden AS Donald Trump bulan lalu.
Sempat menyentuh angka US$75.000 pada tanggal 7 April, harga BTC kemudian pulih dengan baik, bahkan melesat 27% hingga mencapai sekitar US$95.000 di penghujung bulan.
Pasar Saham Panik, Bitcoin Naik! Apakah Ini Jadi Pertanda Safe Haven Baru
Sebaliknya, indeks saham utama seperti S&P 500 dan Nasdaq justru mencatatkan penurunan selama periode yang sama.
“Jika ketidakpastian dalam perdagangan global memicu penguatan Bitcoin, maka seharusnya kinerja BTC akan mereda setelah adanya pengumuman kesepakatan dagang,” tulis Daan dalam sebuah unggahan di platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter).
Namun, jika harga Bitcoin tetap stabil atau bahkan meningkat setelah kesepakatan tercapai, Daan berpendapat bahwa tarif perdagangan “kemungkinan besar tidak secara langsung memengaruhi cara BTC dipandang atau digunakan.”
Pada tanggal 11 Mei, Gedung Putih mengumumkan bahwa pembicaraan perdagangan antara AS dan Tiongkok telah mencapai ‘kemajuan yang substansial’, meskipun belum ada pernyataan resmi mengenai kesepakatan yang final.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan, “Kami akan menyampaikan rinciannya besok. Namun, saya dapat mengonfirmasi bahwa pembicaraan berjalan dengan produktif.”
Steak ‘n Shake Menerima Pembayaran dengan Bitcoin Mulai 16 Mei 2025
Sementara itu, beberapa analis lain memperkirakan bahwa harga Bitcoin justru dapat mengalami lonjakan jika kesepakatan benar-benar terwujud, khususnya jika hal ini juga diiringi dengan ekspektasi penurunan suku bunga.
“Investor institusional saat ini menunjukkan kepercayaan yang lebih besar terhadap Bitcoin dan aset kripto secara umum, seiring dengan prospek kesepakatan perdagangan AS-Tiongkok yang semakin positif dan meningkatnya kemungkinan penurunan suku bunga,” kata Jeff Mei, COO BTSE, kepada Cointelegraph.
Jupiter Zheng, seorang peneliti di HashKey Capital, juga berpendapat bahwa kesepakatan perdagangan dapat menjadi indikasi stabilitas pasar global dan mendorong aliran dana ke aset-aset alternatif, termasuk mata uang kripto.
Akan tetapi, analis Will Clemente mengingatkan bahwa hanya pengumuman resmi dan konkret dari kedua negara yang dapat mempertahankan momentum penguatan Bitcoin.
Bitcoin Tembus Lagi US$100.000, Regulasi Kian Ramah Prospek Makin Cerah
“Tanpa adanya pengumuman tersebut, tren BTC berpotensi kehilangan momentum,” tulisnya.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, harga Bitcoin tercatat berada di level US$104.481,57 pada pukul 15.19 WIB, meningkat sebesar 10,30% dalam satu minggu terakhir.