UNGARAN, RAGAMUTAMA.COM Kabut tipis dan udara sejuk seakan menjadi ciri khas Ambarawa, Kabupaten Semarang, setiap pagi. Maka, menikmati hidangan berkuah hangat adalah pilihan tepat untuk memulai hari.
Tersembunyi di antara gang-gang sempit Ambarawa, terdapat sebuah warung yang namanya telah menjadi buah bibir berkat kelezatan soto dan sup ayam kampungnya.
Warung Nylempit Bu Mulyadi, nama yang sudah tak asing lagi, selalu ramai dikunjungi pembeli sejak pertama kali dibuka pada tahun 1999.
Warung yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman No.62, Kupangkidul, Ambarawa, ini melayani pelanggan mulai pukul 06.30 WIB hingga pukul 15.00 WIB.
“Warung ini berdiri sejak tahun 1999. Awalnya, bapak yang memasak ditemani ibu. Sekarang, giliran saya yang membantu ibu melayani para pelanggan,” ujar Yudi Purwantoro, pengelola Warung Nylempit Bu Mulyadi, pada hari Senin (12/5/2025).
Yudi menjelaskan bahwa menu andalan warungnya adalah soto dan sup ayam kampung yang selalu menjadi primadona.
Tak hanya itu, sup matahari juga menjadi favorit para pengunjung karena keunikannya yang jarang ditemui di tempat lain.
“Menu utama di sini memang tiga jenis itu. Sebagai pelengkap, kami juga menyediakan berbagai lauk dan gorengan. Harga untuk satu porsi sup matahari adalah Rp 15.000, jika ditambah nasi menjadi Rp 18.000. Sup ayam dihargai Rp 9.000, dan soto Rp 7.000,” terang Yudi.
Kuah sup yang kaya akan kaldu begitu terasa kelezatannya.
Meskipun demikian, kuahnya tetap ringan saat dinikmati hingga tetes terakhir. Kemudian, sup matahari dengan isian wortel, jamur, dan daging ayam, memberikan sensasi istimewa di setiap suapan.
Menurut Yudi, Warung Nylempit Bu Mulyadi selalu berusaha menjaga konsistensi rasa. “Pelanggan setia kami tidak hanya berasal dari pedagang Pasar Projo, tetapi juga banyak warga dari luar kota. Nama ‘Nylempit’ sendiri justru diberikan oleh para pelanggan,” katanya.
“Dulu, para polisi sering mampir ke sini setelah mengatur lalu lintas pagi. Karena lokasinya yang tersembunyi di gang kecil, mereka sering mengajak dengan sebutan ‘ayo sarapan nang soto nylempit’. Akhirnya, sebutan itu melekat dan menjadi nama warung kami,” jelas Yudi.
Seorang pelanggan setia, Hendro Teguh Hentepras, mengaku sudah menjadi pelanggan Warung Soto Nylempit sejak warung tersebut masih berjualan di pinggir jalan utama.
“Dulu, warungnya memang berada di pinggir jalan besar, kemudian pindah masuk ke dalam gang dan menjadi ‘nylempit’ seperti sekarang ini. Tapi, rasanya tetap sama enaknya seperti dulu, makanya pelanggannya tetap setia, termasuk saya yang sudah menganggap warung ini sebagai legenda,” ungkapnya.