Minecraft: Dampak dan Cara Bijak Mengatasi Kecanduan Game Online pada Anak

- Penulis

Sabtu, 10 Mei 2025 - 17:56 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Minecraft, permainan komputer terlaris sejagat, kini hadir dalam bentuk film layar lebar yang bisa disaksikan di berbagai bioskop.

AJ Minotti, seorang ayah dari tiga anak, menyaksikan betul bagaimana Minecraft memikat buah hatinya.

Kedua putrinya yang berusia 10 tahun dan putra bungsunya yang berumur enam tahun, tanpa henti menuangkan kreativitas mereka membangun dunia virtual dengan blok-blok yang tak terbatas di dalam gim tersebut.

Minotti, yang berprofesi di bidang pemasaran dan berdomisili di Ohio, tak jarang merasa takjub melihat hasil kreasi anak-anaknya.

“Ayah, coba lihat ini!” seru salah seorang putrinya suatu hari, sembari menyodorkan layar Nintendo Switch miliknya.

Di layar, avatar sang putri berdiri dengan bangga di depan sebuah air terjun yang megah.

Dengan sekali sentuhan tombol di dalam gim, air terjun itu seketika berhenti mengalir, mengungkap sebuah pintu rahasia menuju sebuah gua tersembunyi.

Di dalam gua tersebut, terdapat sebuah ruang bawah tanah yang lengkap dengan sistem pencahayaan interaktif dan area khusus untuk memamerkan barang-barang berharga yang telah dikumpulkannya selama bermain.

“Intinya, gua itu adalah rumah mewah bawah tanah,” ujar Minotti dengan nada kagum.

“Saya benar-benar terkesan dengan imajinasinya.”

Menurut penuturan putrinya, ‘rumah mewah’ tersebut dibangun setelah ia menonton beberapa video tutorial di YouTube, namun sebagian besar desainnya adalah hasil ide orisinalnya.

“Rasanya seperti saya kembali ke masa kecil, asyik bermain di depan komputer,” kenang Minotti.

Mengapa Minecraft begitu digandrungi anak-anak?

Minecraft adalah fenomena global. Sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 2009, gim ini telah mencatatkan penjualan lebih dari 300 juta kopi hingga tahun 2023.

Gim ini, serta gim-gim lain yang sejenis seperti Roblox dan Terraria, menjadi sumber hiburan bagi gamer dari berbagai usia, mulai dari anak-anak kecil hingga orang dewasa.

Kemampuan gim ini untuk menarik perhatian anak-anak selama berjam-jam patut diacungi jempol, mengingat distraksi yang melimpah di era digital ini.

Namun, sebagian orang tua merasa khawatir jika minat anak-anak mereka terhadap Minecraft berkembang menjadi obsesi yang tidak sehat, bahkan kecanduan.

Popularitas Minecraft yang luar biasa ini akhirnya menginspirasi lahirnya film Hollywood berjudul A Minecraft Movie, yang dibintangi oleh aktor ternama seperti Jack Black dan Jason Mamoa, dan dijadwalkan rilis pada April 2025.

  • Anak kecanduan game online: ‘Memegang pisau’ dan ‘memukul wajah ibu’, dirawat di rumah sakit jiwa
  • Gim komputer menggoda anak untuk menghabiskan uang, begini taktiknya
  • Warga Myanmar danai perlawanan terhadap junta militer lewat gim online

Para ahli berpendapat bahwa ada faktor psikologis mendalam, bahkan berakar pada evolusi manusia, yang menjelaskan kesuksesan Minecraft dan gim-gim sejenisnya.

Menurut para ahli, gim-gim tersebut memanfaatkan insting bawaan manusia, insting yang menjadi landasan keberhasilan spesies kita: hasrat untuk membangun.

Jika direnungkan, anak-anak memang selalu senang menciptakan sesuatu, mulai dari istana pasir, benteng dari selimut, rumah pohon, dan banyak lagi.

Kita juga mengenal balok kayu, playdough, dan potongan Lego yang melegenda.

Minecraft, bisa dibilang, hanyalah versi modern dari permainan konstruktif ini, namun dalam format digital. Pertanyaannya, mengapa kegiatan membangun begitu menarik bagi anak-anak?

Peter Gray, seorang psikolog dari Boston College, Massachusetts, AS, yang fokus pada cara anak-anak belajar, memberikan pandangannya.

Menurutnya, semua mamalia bermain saat masih kecil. Hewan predator, misalnya, bermain mengejar mangsa. Hewan yang menjadi mangsa berlatih menghindar dan melarikan diri.

“Mereka melatih keterampilan yang paling penting untuk dikembangkan demi kelangsungan hidup dan kemampuan mereka untuk berkembang biak,” jelas Gray.

Manusia, lanjutnya, berbeda dari hewan lain karena kelangsungan hidup kita sangat bergantung pada kemampuan membangun sesuatu, mulai dari gubuk sederhana hingga peralatan berburu dan meramu.

“Tidak heran jika seleksi alam memberikan dorongan kuat pada generasi muda untuk bermain membangun sesuatu,” kata Gray.

  • Bermain gim video baik untuk kesehatan mental, kata penelitian Universitas Oxford
  • Wacana ‘haramkan’ PUBG: Bisakah video gim sebabkan kekerasan?
  • The Last of Us: ‘Serial adaptasi gim video terbaik yang pernah ada’

Ia menambahkan bahwa anak-anak juga bermain menggunakan bahasa dan imajinasi, atau menciptakan permainan dengan aturan dan interaksi sosial, yang semuanya berperan sebagai persiapan untuk masa dewasa.

Pilihan anak-anak dalam membangun sesuatu selama bermain, serta cara mereka membangunnya, cenderung mencerminkan budaya tempat mereka tumbuh, ujar Gray.

Baca Juga :  Bali Pelopor: Sensus Kebudayaan Pertama Digelar di Provinsi Ini!

“Seharusnya kita tidak terkejut jika anak-anak tertarik bermain di komputer saat ini, dan hal itu tidak seharusnya membuat kita khawatir.”

“Anak-anak tahu dalam hati mereka, melalui insting mereka, bahwa ini adalah keterampilan yang perlu mereka kembangkan.”

Julian Togelius, seorang ilmuwan komputer di Universitas New York, mengamati dorongan untuk membangun pada putranya yang bahkan belum genap berusia tiga tahun.

Di tempat penitipan anak, putranya langsung sibuk membuat terowongan untuk dilewati kereta api mainan dan truknya, ungkap Togelius.

Seiring bertambahnya usia, komputer mungkin menjadi daya tarik yang kuat bagi anak-anak.

Terutama, gim-gim sandbox seperti Minecraft, yang memberikan kebebasan kepada pemain untuk mengeksplorasi kreativitas mereka tanpa batasan tujuan tertentu, serta memfasilitasi interaksi dan eksplorasi di dunia digital, jelasnya.

“Di dunia Minecraft, menciptakan [sesuatu] terasa intuitif dan sederhana,” ungkap Togelius. “Jauh lebih mudah daripada menulis kode.”

  • Kisah gim Tetris buatan ahli matematika Uni Soviet yang menembus Tirai Besi dan mendunia
  • Fortnite: ‘Ibu saya menjadi pemain video gim profesional’
  • Kominfo buka blokir platform gim Steam, Dota, Counter Strike

Dengan kata lain, permainan semacam ini memuaskan hasrat bawaan manusia untuk membangun, terutama bagi anak-anak.

Namun, daya tarik permainan konstruktif bukanlah satu-satunya faktor.

Selain mode sandbox yang memberikan kebebasan berkreasi, Minecraft juga menawarkan Mode Bertahan Hidup, di mana pemain ditantang untuk melawan berbagai macam musuh.

Minotti juga menyoroti aspek sosial dalam permainan ini.

Ketika anak-anaknya tidak bisa bertemu dengan teman-teman atau sepupu mereka secara langsung, mereka bisa berinteraksi secara daring di dunia Minecraft.

“Ini menjadi semacam tempat berkumpul virtual.”

Minecraft sebaiknya dipandang sebagai arena atau taman bermain virtual, di mana anak-anak dapat menemukan zona nyaman mereka sendiri, karena mereka memiliki kebebasan untuk memilih dari beragam aktivitas dan gaya bermain.

Kepribadian Tercermin dalam Permainan

Julian Togelius, sang ilmuwan komputer, juga meneliti bagaimana perilaku pemain Minecraft dapat mengungkap aspek-aspek kepribadian mereka.

Menurutnya, kebebasan yang ditawarkan dalam gim ini memudahkan pemain untuk mengekspresikan diri dibandingkan dengan, misalnya, permainan arcade klasik Asteroids, di mana pemain hanya menembaki asteroid yang berdatangan.

Sebagai bagian dari penelitiannya, Togelius dan timnya meminta peserta dewasa untuk mengisi kuesioner yang mengungkap detail kepribadian mereka.

Hasil kuesioner tersebut kemudian dibandingkan dengan cara setiap peserta memainkan Minecraft.

Perilaku peserta dalam permainan ternyata berkorelasi dengan sifat-sifat tertentu.

“Kemandirian seseorang dapat dinilai dari apakah mereka menyelesaikan misi utama permainan atau tidak,” jelas Togelius.

Selain itu, orang-orang yang mengaku menjunjung tinggi nilai-nilai keluarga dalam jawaban kuesioner mereka, secara tidak sadar menunjukkan hal itu melalui aktivitas mereka dalam permainan.

“Mereka membangun rumah-rumah kecil dan benteng dengan pagar atau semacamnya.”

Meskipun Togelius belum mengulangi penelitian ini pada anak-anak, ia meyakini bahwa kepribadian mereka juga dapat terwujud melalui permainan.

Ia juga menemukan bahwa pemain Minecraft dalam surveinya memiliki karakteristik yang berbeda dari populasi umum, yaitu rasa ingin tahu yang lebih tinggi dan kecenderungan yang lebih rendah untuk memendam dendam.

  • Babi dapat bermain gim video, ilmuwan sebut ‘bukan pencapaian kecil’
  • Crackonosh: Siasat peretas bagikan gim komputer gratis akhirnya terbongkar
  • Super Mario Bros: Mengenal gim video ikonik yang merayakan peringatan 40 tahun

Bailey Brashears, seorang psikolog di Texas Tech University, menambahkan bahwa gim sandbox menawarkan begitu banyak kemungkinan sehingga menarik bagi beragam pemain.

Tahun lalu, ia menerbitkan tesis tentang bagaimana Minecraft dapat digunakan sebagai alat penelitian psikologis.

Bailey mengidentifikasi lima aspek permainan yang berbeda.

Di antaranya adalah elemen sosial, peluang untuk merasa kompeten dalam permainan berbasis pertempuran atau eksplorasi, aspek teknis, kreativitas, dan permainan berbasis bertahan hidup.

“Kebanyakan permainan hanya menawarkan satu atau dua dari elemen-elemen tersebut,” ungkapnya.

“Anda akan menemukan permainan yang fokus pada aspek sosial dan bertahan hidup, seperti Fortnite.”

Apa Dampak Positif dan Negatif Gim Online?

Tentu saja, waktu yang dihabiskan anak-anak untuk bermain Minecraft menimbulkan kekhawatiran tentang durasi mereka terpapar layar secara keseluruhan.

Namun, Minotti menekankan bahwa anak-anaknya memiliki variasi kegiatan yang seimbang. Mereka menikmati kegiatan di luar ruangan seperti bermain bola basket, serta bermain gim video.

Baca Juga :  Arsenal Waspadai Comeback Real Madrid: Statistik Buktikan Kemenangan 3-0 Belum Aman di Liga Champions

Meskipun demikian, ia terkadang perlu mengingatkan mereka untuk tidak bermain gim video secara berlebihan.

Ia bahkan ikut campur dalam menyetujui permintaan pertemanan secara daring.

“Kami tidak membiarkan mereka bermain gim secara bebas di internet,” tegasnya.

NSPCC, sebuah lembaga amal anak-anak di Inggris, telah menerbitkan panduan tentang cara menjaga keamanan anak-anak saat bermain Minecraft dan gim sejenisnya.

Ada beberapa kasus serius terkait pelecehan dan kekerasan terhadap anak yang terjadi di dalam Minecraft.

CEO Roblox juga baru-baru ini memicu perdebatan sengit setelah menyatakan bahwa orang tua sebaiknya menjauhkan anak-anak mereka dari platform gim perusahaannya jika mereka khawatir anak-anak mereka akan terpapar konten berbahaya melalui gim tersebut.

Secara umum, Minotti merasa nyaman dengan waktu yang dihabiskan anak-anaknya di Minecraft, karena ia mengawasi aktivitas mereka. Selain itu, ia melihat bahwa anak-anaknya menggunakan Minecraft secara kreatif.

“Pada dasarnya, Minecraft hanyalah taman bermain digital,” simpul Minotti.

  • Upaya para arkeolog menguak asal-usul video gim generasi awal yang terlupakan
  • Pahitnya kenyataan yang dihadapi para pemain gim video perempuan
  • Juara dunia eSports dari Indonesia: ‘Mengapa saya cuti kuliah untuk bermain gim menangkan Rp2,5 miliar’

Daya tarik Minecraft yang luas juga membuka peluang untuk terhubung dengan orang lain melalui cara-cara baru.

Profesor universitas, misalnya, memanfaatkan Minecraft untuk menyelenggarakan sesi pembelajaran daring selama masa awal pandemi Covid-19.

Dan guru sekolah dasar di Irlandia melaporkan keberhasilan dalam melibatkan seluruh siswa di kelas melalui Minecraft Education, sebuah versi permainan yang dirancang khusus untuk kegiatan kelas, menurut Éadaoin Slattery, seorang dosen psikologi di Universitas Teknologi Shannon Midwest.

Penelitian Slattery, yang melibatkan wawancara dengan 11 guru di Irlandia, didanai oleh Microsoft, perusahaan pemilik Minecraft.

Slattery menceritakan contoh seorang guru yang memutuskan untuk membuat permainan di dalam Minecraft Education untuk membantu siswanya belajar bahasa Gaelik.

“Guru itu membuat restoran dan menyajikan berbagai makanan di Minecraft. Hal ini membantu siswa mempelajari berbagai macam kosakata,” jelasnya.

Penelitian terpisah menunjukkan bahwa penggunaan Minecraft di kelas dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengerjakan tugas sekolah, memecahkan masalah, membaca, menulis, dan keterampilan lainnya.

Aktivitas edukasional di Minecraft mungkin memanfaatkan “flow state,” yaitu kondisi mental ketika seseorang sepenuhnya terfokus dan terlibat dalam suatu aktivitas, sehingga mereka merasa asyik, lupa waktu, dan tidak terganggu oleh hal lain.

  • Buto Ijo dan Timun Mas, karya pembuat gim Indonesia, akan dijual di 26 negara
  • Perundungan, gim, dan tantangan viral – ‘Sekolah masih tergagap-gagap menghadapi kasus bully’
  • Anak kecanduan game online: ‘Memegang pisau’ dan ‘memukul wajah ibu’, dirawat di rumah sakit jiwa

Fenomena ini dikaitkan dengan banyak aktivitas yang berbeda, tetapi sangat umum di kalangan penggemar Minecraft sehingga menjadikannya subjek penelitian.

Itulah sebagian alasan mengapa anak-anak bisa begitu asyik bermain sambil mengabaikan segala hal yang terjadi di sekitar mereka.

Meskipun demikian, ada bukti bahwa Minecraft tidak menarik bagi semua orang secara universal, dan mungkin ada ketidakseimbangan gender.

Sebuah studi di Australia, yang melibatkan survei terhadap lebih dari 700 orang tua, menemukan bahwa 54% anak laki-laki berusia 3-12 tahun bermain Minecraft, sementara hanya 32% anak perempuan dalam kelompok usia yang sama yang melakukannya.

Penulis studi tersebut menekankan pentingnya bagi gim atau platform daring untuk menarik minat anak perempuan sama seperti anak laki-laki, karena permainan ini membantu anak-anak mengembangkan keterampilan digital yang akan mereka butuhkan di masa depan.

AJ Minotti, misalnya, tidak khawatir putrinya akan kesulitan menggunakan komputer.

“Minecraft benar-benar menjadi kesukaan mereka,” ucapnya.

“Saya harus bertanya kepada mereka tentang apa yang sedang terjadi di dalam permainan.”

Dan meskipun anak-anaknya juga senang membuat sesuatu dengan balok Lego fisik, misalnya, Minotti mengakui bahwa mereka tidak memiliki cukup ruang untuk menyimpan semua potongan Lego di rumah.

Pada akhirnya, Minecraft menawarkan solusi yang praktis.

“Minecraft menyediakan semua potongan Lego yang bisa Anda bayangkan, tanpa batas,” pungkasnya.

Versi bahasa Inggris dari artikel ini, The psychology behind why children are hooked on Minecraft, bisa Anda simak di laman BBC Future.

Berita Terkait

Misteri Penyakit Langka di Brasil: Pernikahan Sepupu Jadi Penyebab Utama?
Minecraft Adiktif: Ini Alasan Anak-Anak Terus Memainkannya
Rizka Anungnata, Eks Penyidik KPK, Absen Beri Keterangan di Sidang Hasto
Rizka Anungnata, Eks Penyidik KPK, Absen dalam Sidang Hasto Kristiyanto: Mengapa?
Panduan Lengkap: Tips Aman & Nyaman Liburan dengan Bus Pariwisata
Ijazah Jokowi Diperkarakan: Rektor UGM dan Dosen Digugat di Sleman
Persib Bandung Ditahan Imbang Barito Putera, Skor Akhir 1-1 di Liga 1
Tragis! Turis India Terlantar: Penerbangan Batal, Bandara Malaysia Jadi Neraka

Berita Terkait

Sabtu, 10 Mei 2025 - 20:40 WIB

Misteri Penyakit Langka di Brasil: Pernikahan Sepupu Jadi Penyebab Utama?

Sabtu, 10 Mei 2025 - 18:00 WIB

Minecraft Adiktif: Ini Alasan Anak-Anak Terus Memainkannya

Sabtu, 10 Mei 2025 - 17:56 WIB

Minecraft: Dampak dan Cara Bijak Mengatasi Kecanduan Game Online pada Anak

Sabtu, 10 Mei 2025 - 15:04 WIB

Rizka Anungnata, Eks Penyidik KPK, Absen Beri Keterangan di Sidang Hasto

Sabtu, 10 Mei 2025 - 15:00 WIB

Rizka Anungnata, Eks Penyidik KPK, Absen dalam Sidang Hasto Kristiyanto: Mengapa?

Berita Terbaru

entertainment

Aldy Maldini Minta Maaf: Klarifikasi Lengkap Soal Dinner Bareng Fans

Sabtu, 10 Mei 2025 - 22:19 WIB

sports

Trent Alexander-Arnold Hengkang: Arne Slot Gigit Jari?

Sabtu, 10 Mei 2025 - 22:15 WIB

Society Culture And History

Penyakit Langka di Brasil: Pernikahan Sepupu Jadi Faktor Utama?

Sabtu, 10 Mei 2025 - 22:12 WIB