Diduga kuat, ratusan pelajar dan sejumlah guru di wilayah Kota Bogor mengalami keracunan makanan. Insiden ini disinyalir berkaitan dengan program makan bergizi gratis (MBG) yang bersumber dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di kompleks Bosowa Bina Insani.
Salah satu keluarga yang terdampak dugaan keracunan ini adalah keluarga Bapak Aldi. Putra beliau, yang masih bersekolah di Taman Kanak-kanak (TK), hingga saat ini masih harus dirawat intensif di Rumah Sakit Hermina.
Bapak Aldi menuturkan bahwa gejala diare yang dialami putranya mulai terasa sejak Rabu (7/5/2025) pagi. Bahkan, akibat kondisi tersebut, sang anak tidak dapat masuk sekolah.
“Kejadiannya bermula hari Rabu. Tiba-tiba saja pagi itu anak saya mengalami diare. Seharusnya dia masuk sekolah, tapi terpaksa absen hari itu,” ujar Bapak Aldi saat ditemui di Rumah Sakit Hermina pada hari Jumat (9/5/2025).
Beliau sempat mencari tahu makanan apa saja yang dikonsumsi putranya sehari sebelumnya. Ternyata, kondisi serupa juga dialami oleh beberapa siswa lainnya.
“Ternyata, ada beberapa teman sekelasnya yang juga tidak masuk sekolah pada hari yang sama, dengan gejala yang mirip, yaitu diare dan demam,” ungkapnya.
Awalnya, putranya hanya beristirahat (bed rest) di rumah. Namun, ada juga siswa lain yang sampai dilarikan ke instalasi gawat darurat (IGD), dan bahkan seorang guru dilaporkan harus dirawat di rumah sakit.
“Kemudian, pada hari Kamis, demam dan diare masih berlanjut, bahkan disertai muntah. Akhirnya kami memutuskan untuk membawanya ke sini (rumah sakit),” lanjut Bapak Aldi.
Hingga hari ini, putra Bapak Aldi telah menjalani rawat inap selama satu malam. Meskipun kondisinya mulai menunjukkan perbaikan, beliau menyebutkan bahwa putranya masih mengalami diare.
“Kondisinya saat ini alhamdulillah sudah lebih baik, sudah tidak lemas lagi, tetapi masih diare,” kata Bapak Aldi.
Terkait diagnosis, beliau mengatakan bahwa berdasarkan hasil tes darah, putranya mengalami dehidrasi. Beliau juga masih menunggu hasil tes feses diare yang diperkirakan akan keluar malam ini.
Menurut informasi yang diperoleh, imbuh Bapak Aldi, menu makan bergizi gratis (MBG) yang disajikan pada hari itu adalah telur saus barbeque dan sayur tahu toge. Namun, ia belum dapat memastikan apakah makanan tersebut yang menjadi penyebab keracunan.
Sebagai orang tua, Bapak Aldi menyatakan tidak mempermasalahkan menu MBG yang disajikan. Namun, ia menekankan pentingnya evaluasi terhadap suplai bahan baku atau kebersihan dapur. “Serta tempat yang mendapatkan (MBG),” tambahnya.
Wakil Wali Kota Bogor, Jenal Mutaqin, menjelaskan bahwa sebagian besar pasien yang diduga mengalami keracunan dan sedang mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Hermina sudah mulai menunjukkan perkembangan positif.
“Beberapa kondisi sebagian besar sudah mulai membaik, mualnya, demamnya. Tadi ada anak TK yang saya ajak bercanda agar tersenyum, juga ada anak SMP,” ujar Jenal setelah menjenguk para korban.
Namun demikian, Jenal juga mencatat bahwa masih ada beberapa pasien yang mengeluhkan gejala seperti diare dan mual.
Ia meyakini bahwa dengan penanganan medis yang tepat, para pasien akan segera pulih. Oleh karena itu, Jenal berpesan kepada pihak rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang terbaik.
“Saya memohon kepada pihak Hermina untuk memberikan yang terbaik kepada anak-anak kami,” tegasnya.
Pemerintah Kota Bogor juga berkomitmen untuk menanggung seluruh biaya pengobatan bagi korban yang tidak memiliki asuransi kesehatan ataupun BPJS Kesehatan.
Dinas Kesehatan Kota Bogor mencatat bahwa total korban dugaan keracunan makanan mencapai 171 orang dari enam sekolah hingga Kamis (8/5/2025). Dari jumlah tersebut, 21 orang saat ini masih menjalani rawat inap di rumah sakit.
- Pemkot Bogor Tanggung Pengobatan Korban Dugaan Keracunan MBG
- Keracunan Makanan MBG di Bogor Terus Bertambah, Ada 171 Korban
- Saran DPRD bagi Dapur MBG di Bogor usai Kasus Dugaan Keracunan