Meskipun Filipina adalah bagian dari ASEAN, negara ini belum sepopuler Singapura, Malaysia, atau Thailand sebagai tujuan wisata utama.
Sebenarnya, kita bisa menemukan berbagai hidangan khas Filipina yang tergolong street food jika kita menjelajahi jalanan di sekitar Manila. Namun, jika Anda mengunjungi Filipina dan menginap di sebuah resor, misalnya di Cebu City, wilayah Visayas, Filipina Tengah, akan sulit menemukan kuliner otentik Filipina. Yang seringkali tersedia hanyalah menu standar hotel.
Ketika saya berkunjung ke Filipina untuk menghadiri seminar, perjalanan dimulai dari Jakarta menuju Manila, mendarat di Bandara Ninoy Aquino. Karena seminar diadakan di Cebu City, saya langsung melanjutkan penerbangan domestik. Mengingat Filipina adalah negara kepulauan, Manila terletak di Pulau Luzon, sementara Cebu City berada di Pulau Cebu, sehingga tidak memungkinkan untuk mencapai tujuan dengan transportasi darat.
Dari Bandara Internasional Mactan Cebu, saya langsung menuju resor, sehingga pupuslah harapan untuk mencicipi kuliner khas Filipina.
Untungnya, saat kepulangan, masih ada waktu beberapa jam tersisa di Manila. Setelah menitipkan bagasi di konter check-in, saya menyempatkan diri berjalan-jalan di sekitar Manila.
Namun, bagi teman-teman Muslim, penting untuk berhati-hati saat berburu kuliner di Filipina. Walaupun sebagian penduduk Filipina di Pulau Mindanao beragama Islam, mayoritas penduduknya beragama Katolik, sehingga banyak hidangan yang berbahan dasar daging babi.
Untuk lebih amannya, saya membagi daftar kuliner menjadi dua kategori: halal dan non-halal.
Kuliner Halal
* Puso, kue dari tepung beras yang dikukus dalam bungkusan daun pisang.
* Suman, kue dari beras ketan yang dikukus bersama santan kelapa.
* Buko Pie, pai yang terbuat dari campuran santan dan daging kelapa muda yang manis.
* Kwek-kwek, telur puyuh yang digoreng dan disajikan dengan saus berwarna oranye yang manis.
* Lunpia, disajikan basah atau digoreng, berisi campuran daging udang dan sayuran yang dibungkus kulit lunpia. Mirip dengan lumpia khas Semarang.
* Kinilaw, hidangan ikan mentah yang direndam dalam bumbu asam pedas, menyerupai sashimi di Jepang.
* Chicken Inasal, ayam yang dibumbui dengan serai, merica, dan bawang putih, kemudian dibakar.
* Beef Caldereta, semur daging sapi yang disajikan bersama kentang, wortel, saus tomat, dan sedikit cuka.
* Sinigang, sup daging dan sayuran dengan rasa asam segar dari buah asam (tamarind).
Kuliner Non Halal
* Adobo, daging babi (atau ayam) yang direbus dalam cuka, kecap, merica, dan bawang putih.
* Lechon, daging babi panggang yang sangat lembut dengan kulit yang renyah.
* Kare-kare, daging babi yang disiram dengan saus kacang tanah yang memiliki cita rasa khas.
* Sisiq, hati babi yang diolah secara khusus dan disajikan bersama telur dadar.
* Crispy Pata, kaki babi yang digoreng hingga kering dan renyah, disajikan dengan saus asam manis.
* Gising-gising, daging babi (atau daging lainnya) yang dicincang, dicampur dengan bumbu dan sayuran, serta cabai.
Minuman
* Halo-halo, es campur dengan isian ubi ungu, nangka, kacang merah, dan berbagai bahan lainnya, disajikan dengan es serut dan susu.
* Palamig, minuman bening yang disajikan dingin dengan rasa manis yang menyegarkan.
* Salabat, minuman hangat yang terbuat dari jahe, kunyit, dan gula.
Cukup banyak pilihan, beruntung saya pergi bersama rombongan, sehingga bisa saling berbagi. Jika sendirian, harus benar-benar memilih, kalau tidak, program diet bisa berantakan.
Ragam Kuliner Filipina
Kuliner Filipina sangat beragam, karena dipengaruhi oleh masakan China, Spanyol, dan Amerika Serikat.
Kini, di Jakarta pun sudah ada restoran yang menyajikan kuliner khas Filipina, tetapi kebanyakan adalah hidangan non-halal.