ASII: Analisis Saham Astra, Rekomendasi Terbaru & Prospek Kinerja 2024

Avatar photo

- Penulis

Jumat, 9 Mei 2025 - 09:35 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

“`html

RAGAMUTAMA.COM – JAKARTA. Di tengah gelombang ketidakpastian ekonomi, baik di kancah domestik maupun global, PT Astra International Tbk (ASII) mengambil sikap bijaksana. Perseroan menerapkan strategi kehati-hatian dalam mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) untuk tahun fiskal 2025.

Presiden Direktur ASII, Djony Bunarto Tjondro, mengungkapkan bahwa alokasi belanja modal yang direncanakan untuk tahun 2025 adalah sebesar Rp 28 triliun. Akan tetapi, angka ini sangat mungkin mengalami penyesuaian, bahkan berpotensi menyusut menjadi Rp 25 triliun atau lebih rendah. Pertimbangan utama di balik penyesuaian ini adalah proyeksi pelemahan daya beli konsumen di dalam negeri serta sentimen ekonomi global yang kurang menggembirakan.

“Apakah angka capex Rp 28 triliun masih menjadi acuan utama? Kemungkinan ya. Namun, kami akan menyesuaikan dengan perkembangan situasi dan menerapkan prinsip kehati-hatian ekstra dalam mengelola belanja modal. Potensi penurunan anggaran capex sangat mungkin terjadi,” tegas Djony dalam konferensi pers yang digelar di Menara Astra, Kamis (8/5).

Sebagai informasi, realisasi belanja modal ASII hingga akhir kuartal pertama tahun ini telah mencapai angka Rp 4,5 triliun.

Djony menambahkan bahwa alokasi belanja modal tersebut akan diprioritaskan untuk mendukung sektor-sektor bisnis yang menjadi tulang punggung kinerja inti Astra. Sektor-sektor tersebut meliputi otomotif, jasa keuangan, alat berat pertambangan, agribisnis, infrastruktur, dan properti.

Astra International (ASII) Anggarkan Capex Rp 28 Triliun di Tahun 2025

“Fokus utama kami tetap pada bisnis inti, karena sektor-sektor inilah yang diharapkan dapat menjaga stabilitas profitabilitas perusahaan,” jelas Djony.

Di sektor otomotif, misalnya, Astra dan Toyota baru-baru ini mempererat kemitraan strategis mereka. Kolaborasi ini diperluas ke ranah bisnis mobil bekas (used car) di Indonesia, melalui kemitraan di PT Astra Digital Mobil (ADMO).

Dalam kerangka kerja sama ini, Toyota Motor Asia (Singapore) Pte. Ltd. (TMA) secara resmi mengakuisisi 40% saham ADMO. Transaksi ini dilakukan melalui mekanisme pembelian saham baru dan saham yang sudah beredar, dengan nilai total mencapai US$ 120 juta atau setara dengan Rp 2 triliun. Meskipun demikian, Astra tetap memegang kendali mayoritas melalui PT Astra Digital Internasional (ADI) dengan kepemilikan 60%, sehingga operasional ADMO tetap berada di bawah kendali Astra.

Baca Juga :  Gagal Lunasi Utang Jatuh Tempo Hari Ini, Saham WIKA Digembok

Selain fokus pada bisnis inti, ASII juga aktif mengidentifikasi peluang investasi yang menjanjikan di sektor lain, seperti kesehatan, infrastruktur, dan energi terbarukan.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur ASII, Gidion Hasan, menuturkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi target investasi Astra menunjukkan kinerja yang positif, dengan pertumbuhan pendapatan yang signifikan terutama di sektor kesehatan.

Sebagai contoh, Halodoc mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 50% secara tahunan (yoy) pada kuartal I-2025. Hal ini mencerminkan peningkatan fundamental yang cukup signifikan.

Gidion juga menyoroti tren serupa yang terjadi di Heartology Cardiovascular Hospital, sebuah rumah sakit jantung yang telah menjadi bagian dari portofolio investasi Astra sejak Oktober 2024. Dibandingkan dengan periode sebelum akuisisi, pendapatan bulanan Heartology mengalami peningkatan traffic sekitar 50%.

Astra International (ASII) Akan Bagikan Dividen Final Rp 12,46 Triliun

“Namun, karena investasi kami masih tergolong baru, kontribusinya terhadap kinerja grup Astra secara keseluruhan belum terlalu signifikan,” jelas Gidion.

Djony menjelaskan bahwa untuk menjaga kondisi keuangan yang solid, perusahaan tetap berpegang pada prinsip disiplin finansial. Salah satu wujudnya adalah dengan memastikan bahwa belanja modal (capex) bersifat fleksibel, sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi pasar. Di samping itu, perusahaan juga terus berupaya mengelola pengeluaran secara efisien.

“Namun, untuk cost yang esensial dalam menghasilkan pendapatan jangka panjang, kami tidak akan melakukan penghentian,” tegas Djony. 

Pada kesempatan yang sama, ASII juga mengumumkan rencana pembagian dividen tunai sebesar Rp 16,43 triliun atau setara dengan Rp 406 per saham. Pembayaran dividen tunai ini mencakup dividen interim sebesar Rp 98 atau sekitar Rp 3,96 triliun yang telah dibayarkan pada 31 Oktober 2024.

Dengan demikian, total dividen final ASII mencapai Rp 12,46 triliun atau Rp 308 per saham. 

  ASII Chart by TradingView  

Investment Analyst dari Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, menyampaikan bahwa tahun 2025 akan menjadi periode yang penuh tantangan bagi ASII, terutama karena adanya sentimen penurunan daya beli masyarakat. 

Baca Juga :  Orang Kaya Makin Kaya, Guru Besar UI Kritik Aturan Dividen Bebas Pajak

Kondisi ini diperparah oleh faktor-faktor seperti suku bunga yang masih bertahan di level tinggi, penerapan pajak barang mewah, dan peningkatan persaingan di industri otomotif. 

Meskipun demikian, Astra telah mengambil langkah strategis dengan melakukan diversifikasi ke berbagai sektor, termasuk jasa keuangan, infrastruktur, serta sektor-sektor potensial lainnya seperti energi terbarukan dan teknologi. 

“Namun, perlu diingat bahwa investasi di sektor-sektor ini biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mulai memberikan kontribusi yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan,” ujar Ekky kepada Kontan, Kamis (8/5).

Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, berpendapat bahwa prospek Astra pada tahun 2025 akan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan insentif dari pemerintah. Insentif ini dapat menjadi pendorong utama bagi sektor otomotif serta memberikan akses yang lebih luas bagi proyek-proyek infrastruktur yang dikelola oleh anak perusahaan Astra. 

Selain itu, fluktuasi harga komoditas juga menjadi sentimen penting yang perlu diperhatikan, terutama bagi emiten di sektor energi dan agribisnis.

Indy juga menyoroti bahwa lemahnya daya beli masyarakat masih menjadi tantangan yang signifikan, yang tercermin dari penurunan Purchasing Managers’ Index (PMI) dan rendahnya tingkat inflasi. Di sisi lain, volatilitas nilai tukar rupiah juga dapat memberikan tekanan pada margin perusahaan.

Astra (ASII) dan Toyota Perluas Kolaborasi Bisnis Mobil Bekas di Indonesia

“Bagi investor, sangat penting untuk memantau fundamental Astra secara cermat, termasuk laporan keuangan, kebijakan pembagian dividen, serta perkembangan kondisi makroekonomi yang dapat mendukung pemulihan sektor,” jelas Indy kepada Kontan, Kamis (8/5).

Indy memberikan rekomendasi buy untuk saham ASII dengan target harga jangka panjang hingga Rp 5.500.

Dari analisis teknikal, Ekky menjelaskan bahwa pergerakan saham ASII saat ini masih cenderung sideways. Harga saham ini berhasil menembus resistance kuat di level Rp 5.000. Namun, jika terjadi pembalikan arah dan breakout di atas level tersebut, saham ASII berpotensi melanjutkan penguatan dengan target kenaikan menuju area Rp 5.300.

“`

Berita Terkait

Inggris Jatuhkan Sanksi: Kapal Tanker Minyak Rusia Rp396 Triliun Ditargetkan
OJK Ungkap Peluang dan Tantangan IPO Bank di Indonesia
RUPST BUMN Ini Sahkan Pembagian Dividen Menggiurkan!
ANTM Berpotensi Cuan: Analisis Peluang Masuk Indeks MSCI
Strategi ANTM: Dongkrak Kinerja Bisnis Emas dan Bauksit
Paus Tak Digaji? Ini Dia Biaya Hidup Mewahnya!
Medco Energi Terbitkan Obligasi Senior USD 400 Juta: Analisis Lengkap
Direktur JAK TV Absen: Dewan Pers Kecewa Usai Dua Panggilan

Berita Terkait

Sabtu, 10 Mei 2025 - 03:03 WIB

Inggris Jatuhkan Sanksi: Kapal Tanker Minyak Rusia Rp396 Triliun Ditargetkan

Sabtu, 10 Mei 2025 - 02:51 WIB

OJK Ungkap Peluang dan Tantangan IPO Bank di Indonesia

Sabtu, 10 Mei 2025 - 01:47 WIB

RUPST BUMN Ini Sahkan Pembagian Dividen Menggiurkan!

Sabtu, 10 Mei 2025 - 01:39 WIB

ANTM Berpotensi Cuan: Analisis Peluang Masuk Indeks MSCI

Sabtu, 10 Mei 2025 - 00:11 WIB

Strategi ANTM: Dongkrak Kinerja Bisnis Emas dan Bauksit

Berita Terbaru

finance

OJK Ungkap Peluang dan Tantangan IPO Bank di Indonesia

Sabtu, 10 Mei 2025 - 02:51 WIB

Uncategorized

Hotel Murah Dekat Kertajati: Pilihan Terbaik Mulai 149 Ribu!

Sabtu, 10 Mei 2025 - 02:48 WIB