Rupiah Bergejolak: Cadev Merosot, Perang Dagang Picu Ketidakpastian Pasar

Avatar photo

- Penulis

Kamis, 8 Mei 2025 - 19:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com, JAKARTA. Setelah pengumuman dari Federal Open Market Committee (FOMC), nilai tukar rupiah berhasil mencatatkan penguatan. Meskipun demikian, fluktuasi nilai rupiah tetap menjadi perhatian utama, dipengaruhi oleh penurunan angka cadangan devisa Indonesia dan ketegangan yang belum mereda dalam perang dagang global.

Di pasar spot, rupiah ditutup dengan kenaikan sebesar 0,21%, mencapai Rp 16.502 per dolar Amerika Serikat (AS). Indeks Rupiah Jisdor juga menunjukkan tren positif dengan penguatan 0,21% menjadi Rp 16.497 per dolar AS.

Fikri C. Permana, Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, berpendapat bahwa penguatan rupiah kali ini lebih didorong oleh faktor-faktor eksternal, mengingat data ekonomi domestik cenderung kurang mendukung. Dari sisi global, harapan akan adanya pemotongan suku bunga di masa depan, serta potensi dimulainya kembali negosiasi antara AS dan China, memberikan sentimen positif.

Baca Juga :  Wall Street Menguat: Investor Optimis Sambut Potensi Keringanan Tarif Impor Trump

Rupiah Diprediksi Bergerak Volatile Sepanjang Paruh Pertama Tahun 2025

“Hal ini memicu ekspektasi penurunan nilai indeks dolar,” jelasnya kepada Kontan.co.id pada hari Kamis (8/5).

Untuk hari Jumat (9/5), Fikri memprediksi rupiah memiliki potensi untuk melanjutkan tren penguatan. Hal ini didukung oleh sentimen positif yang berkelanjutan dari pasar global dan pelaksanaan lelang SRBI pada hari yang sama.

Fikri menjelaskan bahwa dalam sebulan terakhir, SRBI telah menjadi tujuan utama inflow dana asing. Oleh karena itu, diperkirakan akan terjadi aliran dana asing kembali yang dapat mendorong penguatan nilai rupiah.

Baca Juga :  Inilah Daftar 23 Emiten Bagi Dividen Pekan Ini: Cek Jadwal Cum Date!

Di sisi lain, pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi memiliki pandangan yang berbeda. Ia memperkirakan bahwa rupiah berpotensi mengalami pelemahan, terutama karena ketidakpastian yang berasal dari hasil negosiasi antara AS dan China. “Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa perundingan mendatang ini hanyalah tahap awal, bukan kelanjutan dari diskusi sebelumnya,” ungkap Ibrahim.

Oleh karena itu, ia memperkirakan rupiah akan melemah dengan rentang antara Rp 16.490 hingga Rp 16.550 per dolar AS. Sementara itu, Fikri memproyeksikan rupiah akan menguat dalam kisaran Rp 16.380 hingga Rp 16.580 per dolar AS.

Berita Terkait

Cadangan Devisa Turun Drastis, BI Siapkan Strategi Jaga Rupiah Stabil?
IHSG Anjlok: Sentimen Negatif Tekan Bursa, Kembali ke Level 6.827
BI Umumkan: Uang Primer Sentuh Rekor Rp1.952,3 Triliun April 2025!
Ide Usaha Rumahan Terlaris: Peluang Bisnis Menguntungkan di Perumahan Anda!
Merger GoTo-Grab: Analisis Dampak Bagi Konsumen Indonesia
BRI-MI Kuasai Pasar: AUM Reksadana Terproteksi Lampaui Rp20 Triliun
GOTO Buka Suara: Bantah Rumor Akuisisi oleh Grab?
Dolar AS Stabil? Investor Cermati Arah Kebijakan The Fed Pasca FOMC

Berita Terkait

Jumat, 9 Mei 2025 - 02:31 WIB

IHSG Anjlok: Sentimen Negatif Tekan Bursa, Kembali ke Level 6.827

Jumat, 9 Mei 2025 - 01:59 WIB

BI Umumkan: Uang Primer Sentuh Rekor Rp1.952,3 Triliun April 2025!

Jumat, 9 Mei 2025 - 00:35 WIB

Ide Usaha Rumahan Terlaris: Peluang Bisnis Menguntungkan di Perumahan Anda!

Jumat, 9 Mei 2025 - 00:27 WIB

Merger GoTo-Grab: Analisis Dampak Bagi Konsumen Indonesia

Kamis, 8 Mei 2025 - 23:43 WIB

BRI-MI Kuasai Pasar: AUM Reksadana Terproteksi Lampaui Rp20 Triliun

Berita Terbaru

technology

WhatsApp Web Gagal Login? Inilah Solusi Ampuh Mengatasinya!

Jumat, 9 Mei 2025 - 03:19 WIB