IHSG Berpotensi Koreksi: Sentimen ‘Sell in May’ dan Tarif Trump Menekan Pasar

Avatar photo

- Penulis

Selasa, 6 Mei 2025 - 02:39 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com, JAKARTA — Setelah mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 9,3% sepanjang bulan April 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kini memasuki bulan Mei. Secara historis, bulan ini seringkali menunjukkan kinerja yang kurang memuaskan.

Data dari lima tahun terakhir mengungkapkan bahwa bulan Mei hanya menghasilkan winning rate sebesar 20%, menjadikannya bulan dengan persentase kemenangan terendah dibandingkan bulan-bulan lainnya. Hal ini kembali memunculkan sentimen musiman yang populer, yakni Sell in May and Go Away.

Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, menyampaikan bahwa sejumlah indikator penting dari berbagai negara besar akan dirilis pada bulan ini. Oleh karena itu, investor perlu memberikan perhatian khusus terhadap berbagai sentimen yang mungkin muncul.

Dari faktor eksternal, Liza menjelaskan bahwa pasar akan memantau dengan seksama keputusan suku bunga dari pertemuan The Fed dan Bank of England. Selain itu, serangkaian data makroekonomi dari Amerika Serikat (AS), China, Jepang, Jerman, Inggris, dan negara-negara Eropa lainnya juga akan menjadi fokus, termasuk data inflasi, pertumbuhan ekonomi, angka penjualan ritel, dan pinjaman.

: Prospek IHSG Bulan Ini di Tengah Adagium Sell in May and Go Away

Sementara itu, dari dalam negeri, para pelaku pasar juga akan mengamati rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal I/2025. Tak ketinggalan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada tanggal 21 Mei juga akan menjadi perhatian, karena akan menentukan arah kebijakan suku bunga acuan atau yang dikenal dengan BI Rate.

Baca Juga :  Rupiah Hari Ini Menguat ke Rp 16.469/USD, Dolar Taiwan Naik Tajam

“Wajar saja jika berbagai peristiwa penting ini berpotensi menimbulkan gejolak di equity market global. Terlebih lagi, ada perkembangan terkait tarif yang diterapkan oleh Trump yang mulai berlaku bulan ini,” ungkap Liza dalam laporan yang dipublikasikan pada hari Senin (5/5/2025).

Seperti yang telah diketahui, pemerintahan Presiden AS Donald Trump secara resmi memberlakukan sejumlah tarif impor baru yang diperkirakan akan berdampak signifikan pada inflasi, daya beli konsumen, dan rantai pasok global.

Tarif pertama diberlakukan untuk barang-barang impor kecil dari China dan Hong Kong, dengan menghapus skema “de minimis” yang selama ini memungkinkan barang senilai di bawah US$800 masuk ke AS tanpa dikenakan bea masuk.

Mulai tanggal 1 Juni, setiap barang akan dikenakan tarif sebesar US$200, naik dari US$100 sebelumnya. Kebijakan ini secara langsung memengaruhi perusahaan e-commerce seperti Shein dan Temu, yang selama ini mengandalkan model pengiriman langsung ke konsumen.

“Meskipun kebijakan ini diyakini sebagai bentuk perlindungan terhadap ritel domestik AS dan manufaktur pakaian lokal, potensi inflasi pada barang-barang konsumen murah seperti pakaian dan aksesori diperkirakan juga akan meningkat,” jelas Liza.

Baca Juga :  IHSG Berpotensi Menguat: Analisis Terkini dan Rekomendasi Saham Unggulan

Pada tanggal 3 Mei 2025, Trump kembali mengumumkan penerapan tarif impor sebesar 25% untuk mobil lengkap (CBU), termasuk terhadap mitra dagang utama seperti Kanada dan Meksiko, kecuali komponen yang memenuhi aturan asal-usul sesuai dengan perjanjian USMCA.

Produsen besar seperti GM dan Ford telah mulai menyesuaikan produksi dan melakukan PHK sementara di beberapa fasilitas, terutama di wilayah industri otomotif seperti Michigan. Harga mobil baru dan bekas diperkirakan akan mengalami kenaikan pada kuartal II dan III/2025.

Selain itu, ada juga tarif sebesar 100% untuk film produksi luar negeri yang akan diterapkan pada kuartal III/2025. Sebagai akibatnya, Disney dan Netflix menyatakan bahwa film yang sedang diproduksi di luar negeri akan ditunda atau dipindahkan produksinya ke AS.

“Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump pada bulan Mei 2025 ini kembali menunjukkan agresivitas agenda proteksionis America First yang menjadi ciri khas periode pertama pemerintahannya. Namun, kali ini cakupannya lebih luas dan konsekuensinya lebih sistemik,” pungkas Liza.

Berita Terkait

Emas: Kapan Harga Naik Lagi? Analisis & Prediksi Terbaru
Serangan AS ke Iran, Saham Tel Aviv Meroket Lampaui Rekor Tertinggi!
Perang AS-Iran? Pasar Saham Global Terancam Ketidakpastian dan Stres
Produksi Migas Naik, SKK Migas Optimis Capai Target?
GGRM Anjlok, Saham Gudang Garam Kehilangan Kilau di Bursa?
Waspada Penipuan, BNI Ingatkan Nasabah Jaga Kode OTP!
Bank Jakarta IPO Tahun Depan, Pramono Anung Beri Perintah!
Dividen Tinggi Emiten Ritel, Ekspansi Agresif? Cek Rekomendasi Saham!

Berita Terkait

Minggu, 22 Juni 2025 - 22:57 WIB

Emas: Kapan Harga Naik Lagi? Analisis & Prediksi Terbaru

Minggu, 22 Juni 2025 - 21:23 WIB

Serangan AS ke Iran, Saham Tel Aviv Meroket Lampaui Rekor Tertinggi!

Minggu, 22 Juni 2025 - 20:58 WIB

Perang AS-Iran? Pasar Saham Global Terancam Ketidakpastian dan Stres

Minggu, 22 Juni 2025 - 19:58 WIB

Produksi Migas Naik, SKK Migas Optimis Capai Target?

Minggu, 22 Juni 2025 - 19:17 WIB

GGRM Anjlok, Saham Gudang Garam Kehilangan Kilau di Bursa?

Berita Terbaru

sports

MotoGP Italia 2025: Jadwal Lengkap & Jam Tayang

Senin, 23 Jun 2025 - 00:08 WIB

sports

Veda Ega Ukir Sejarah! RBRC Italia 2025 Jadi Saksi Kehebatan

Minggu, 22 Jun 2025 - 23:48 WIB

politics

Serangan AS ke Iran, Ini Reaksi DPR dan Analis!

Minggu, 22 Jun 2025 - 23:42 WIB