Ragamutama.com, JAKARTA – Sebuah sinergi besar kemungkinan akan segera terjalin di sektor hilirisasi nikel Indonesia. Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) dilaporkan sedang berdiskusi intensif dengan Eramet SA, sebuah perusahaan pertambangan terkemuka asal Prancis, untuk menjajaki kemitraan strategis dalam sebuah proyek smelter nikel. Potensi investasi ini digadang-gadang menjadi transaksi signifikan pertama bagi Danantara.
Menurut laporan Bloomberg pada hari Senin, 5 Mei 2025, sumber anonim mengungkapkan bahwa Danantara dan Eramet tengah mempertimbangkan untuk mengakuisisi kepemilikan saham pada sebuah smelter high pressure acid leach (HPAL) yang berlokasi di Kawasan Industri Weda Bay, Maluku Utara. Smelter ini, yang berperan penting dalam memproduksi bahan baku baterai kendaraan listrik, saat ini mayoritas sahamnya dikuasai oleh perusahaan asal China, Zhejiang Huayou Cobalt Co.
Sumber dari Bloomberg menambahkan bahwa para pihak yang terlibat berharap dapat mencapai kesepakatan dan menandatangani nota kesepahaman (MoU) pada akhir bulan ini. Kendati demikian, mereka menekankan bahwa negosiasi masih berlangsung dan rencana tersebut masih dapat mengalami perubahan.
: Eramet Tertarik Jalin Kemitraan dengan Danantara dalam Investasi Hilirisasi Nikel di Indonesia
Informasi yang beredar menyebutkan bahwa Danantara akan melakukan investasi melalui holding BUMN pertambangan, MIND ID, menurut sumber-sumber tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, perwakilan dari Danantara dan Eramet, yang berkantor pusat di Paris, belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari Bloomberg. Begitu pula dengan Huayou Cobalt, yang juga belum memberikan pernyataan.
: : Rosan Ungkap Alasan Pemerintah Memilih Huayou Menggantikan LG dalam Proyek Baterai
Pada pekan sebelumnya, Chief Executive Officer Danantara, Rosan Roeslani, sempat mengemukakan bahwa Danantara telah diundang oleh Eramet untuk berpartisipasi dalam proyek hilirisasi di Weda Bay Industrial Park.
Lebih lanjut, Rosan juga menyatakan bahwa Huayou telah menunjukkan minat untuk meningkatkan investasi dalam rantai pasokan baterai di Indonesia, terutama setelah LG Energy Solution Ltd. dari Korea Selatan menarik diri dari grand package proyek baterai di Indonesia.
: : Huayou Mengambil Alih Proyek Baterai Indonesia yang Ditinggalkan LG
Seperti yang telah diberitakan oleh Bisnis sebelumnya, Rosan, yang juga menjabat sebagai Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, mengindikasikan adanya potensi tambahan investasi dari Huayou senilai US$20 miliar, atau setara dengan Rp335 triliun, di Indonesia.
Menurutnya, perusahaan smelter raksasa asal China tersebut telah banyak berinvestasi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Saat ini, investasi yang telah ditanamkan di Indonesia mencapai US$8,8 miliar, atau setara dengan Rp147 triliun.
“Huayou saja, investasi di Indonesia per hari ini sudah mencapai US$8,8 miliar, sudah menanamkan investasi loh, sudah selesai. Mereka menyampaikan potensi untuk investasi dari Grup Huayou ini ke depannya, menurut perhitungan mereka, bisa akan mencapai US$20 miliar tambahan,” ungkap Rosan kepada wartawan pada hari Selasa, 29 April 2025.
Sementara itu, sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga pernah menyampaikan bahwa Eramet telah menyatakan ketertarikannya untuk berinvestasi lebih lanjut di Indonesia dengan menggandeng mitra lokal di sektor mineral kritis.
Selain itu, Eramet juga berkeinginan untuk menjajaki peluang investasi, terutama di bidang hilirisasi, bersama Danantara.
Berdasarkan keterangan resmi dari Kemenko Perekonomian, hal tersebut disampaikan langsung oleh CEO Eramet, Christel Bories, saat bertemu dengan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di KBRI Paris pada hari Senin, 3 Maret 2025.