Kisah Pantai Lampu Satu: Ikon Senja di Ufuk Timur Merauke
Pantai Lampu Satu, Merauke, menyajikan panorama alam yang memukau, terutama saat air laut menyusut. Hamparan daratan yang luas terbentang hingga 2 kilometer, berpadu dengan keindahan matahari terbenam yang memesona.
Liputan oleh: Yulius Sulo – Merauke
Pantai Lampu Satu, itulah sebutan akrab dari warga Merauke. Nama ini merujuk pada sebuah menara suar, atau ‘Lampu Satu’, yang masih berdiri tegak di lokasi tersebut. Menurut cerita, mercusuar ini telah ada sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda, berfungsi sebagai penunjuk arah bagi kapal-kapal yang hendak memasuki Pelabuhan Merauke.
Pantai Lampu Satu berlokasi di Kelurahan Samkai, Kabupaten Merauke, hanya sekitar 2 kilometer dari pusat kota. Akses menuju pantai ini cukup mudah, dapat melalui Jalan Noari, Jalan Seringgu Jaya, maupun Jalan KPG Khas Papua Merauke. Kedekatannya dengan jantung kota Merauke menjadikan tempat ini sebagai destinasi favorit bagi masyarakat untuk bersantai dan menikmati waktu luang.
Umumnya, warga Kota Merauke mengunjungi Pantai Lampu Satu pada sore hari, khususnya untuk menyaksikan keindahan senja yang memanjakan mata. Tempat ini menjadi ramai dikunjungi, terutama saat hari libur dan akhir pekan, yaitu pada Sabtu dan Minggu malam. Selain menikmati keindahan pantai dan matahari terbenam, pengunjung juga dapat menikmati beragam kuliner yang ditawarkan oleh para pedagang, mulai dari jagung bakar hingga cilok dengan aneka varian rasa.
Namun, kuliner yang paling populer dan menjadi ciri khas di pantai ini adalah cilok. Tulilah (55), seorang penjual cilok di Pantai Lampu Satu Merauke, adalah salah satunya. Wanita asal Trenggalek yang mengikuti program transmigrasi bersama suaminya pada tahun 1998 di Bupul 8, Distrik Elikobel Merauke ini, mengaku telah berjualan cilok di tempat tersebut selama 8 tahun.
‘’Saya sudah sekitar 8 tahun berjualan cilok di sini. Kami sendiri pindah dari Merauke sekitar tahun 2000 lalu, dengan menjual tanah pembagian seluas 2 hektar seharga Rp 50.000,’’ ungkap Tulilah sambil mengingat masa-masa sulitnya.
Di Pantai Lampu Satu, kita juga dapat menyaksikan aktivitas pembuatan kapal kayu serta keberadaan kapal-kapal nelayan yang banyak terparkir di sekitar pantai. Uniknya, saat air surut, kapal-kapal nelayan ini tidak berada di air, melainkan terdampar di daratan.
Lebih lanjut, bagi mereka yang ingin belajar mengemudi mobil, sebagian memanfaatkan tempat ini sebagai area latihan. Hal ini dikarenakan pantainya yang cukup panjang dan luas, terutama saat air laut surut.