Inilah Daftar Saham LQ45 Terbaru Periode Mei-Juli 2025: Rekomendasi Saham Blue Chip Pilihan!

Avatar photo

- Penulis

Jumat, 2 Mei 2025 - 06:15 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

“`html

Ragamutama.com   JAKARTA. Periode Mei hingga Juli 2025 menjadi babak baru bagi komposisi saham-saham unggulan dalam Indeks LQ45. Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali melakukan penyesuaian atau rebalancing. Pertanyaan yang muncul kemudian, saham-saham mana saja yang layak dilirik sebagai instrumen investasi?

BEI telah mengumumkan hasil rebalancing Indeks LQ45 pada 24 April 2025. Hasil evaluasi menunjukkan tidak ada penghapusan saham dari daftar indeks. Komposisi baru ini efektif berlaku mulai 2 Mei 2025 hingga 31 Juli 2025.

Meskipun demikian, performa Indeks LQ45 masih menunjukkan tren yang kurang menggembirakan. Penurunan yang terjadi bahkan lebih curam dibandingkan koreksi yang dialami oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun 2025.

Data per 28 April 2025 menunjukkan bahwa IHSG mengalami penurunan sebesar 5,04% secara year to date (YTD). Sementara itu, Indeks LQ45 mencatatkan penurunan yang lebih signifikan, yakni 8,82% YTD.

Menurut Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, proses rebalancing LQ45 telah dilakukan sesuai dengan factsheet yang menjadi panduan utama selama ini.

“Penetapan konstituen mengacu sepenuhnya pada faktor-faktor yang tertuang dalam factsheet,” jelasnya saat ditemui di Gedung BEI, Senin (28/4).

Belum Sebulan, Harga iPhone 16-16e-16 Plus & iPhone 16 Pro Max Naik Akhir April 2025

Berikut adalah daftar lengkap saham yang tergabung dalam Indeks LQ45 untuk periode 2 Mei 2025 hingga 31 Juli 2025:

1     ACES     Ace Hardware Indonesia Tbk

2     ADMR     PT Adaro Minerals Indonesia Tbk

3     ADRO     ADARO ENERGY Tbk

4     AKRA     AKR Corporindo Tbk

5     AMMN     PT Amman Mineral Internasional Tbk.     Tetap

6     AMRT     Sumber Alfaria Trijaya Tbk

7     ANTM     Aneka Tambang (Persero) Tbk

8     ARTO     PT Bank Artos Indonesia Tbk

9     ASII     Astra International Tbk

10     BBCA     Bank Central Asia Tbk

11     BBNI     Bank Negara Indonesia Tbk

12     BBRI     PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

13     BBTN     Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

14     BMRI     Bank Mandiri (Persero) Tbk

15     BRIS     PT Bank Shariah Indonesia Tbk

16     BRPT     Barito Pacific Tbk

17     CPIN     Charoen Pokphand Indonesia Tbk

18     CTRA     Ciputra Development Tbk     Baru

19     ESSA     Surya Esa Perkasa Tbk

20     EXCL     PT XL Axiata Tbk

21     GOTO     PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk

22     ICBP     Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

23     INCO     Vale Indonesia Tbk

24     INDF     Indofood Sukses Makmur Tbk

25     INKP     Indah Kiat Pulp & Paper Tbk

26     ISAT     Indosat Tbk

27     ITMG     Indo Tambangraya Megah Tbk

28     JPFA     JAPFA Comfeed Indonesia Tbk     Baru

29     JSMR     Jasa Marga Tbk

30     KLBF     Kalbe Farma Tbk

31     MAPA     PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk.     Baru

32     MAPI     Mitra Adiperkasa Tbk

33     MBMA     PT Merdeka Battery Materials Tbk

34     MDKA     PT Merdeka Copper Gold Tbk.     Tetap

35     MEDC     Medco Energi Internasional Tbk

36     PGAS     Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

37     PGEO     PT Pertamina Geothermal Energy Tbk    

38     PTBA     Tambang Batubara Bukit Asam Tbk    

39     SIDO     PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk    

40     SMGR     Semen Indonesia (Persero) Tbk    

41     SMRA     Summarecon Agung Tbk    

42     TLKM     PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.    

43     TOWR     Sarana Menara Nusantara Tbk    

44     UNTR     United Tractors Tbk    

45     UNVR     Unilever Indonesia Tbk    

Felix Darmawan, ekonom dari Panin Sekuritas, menjelaskan bahwa keputusan BEI untuk mempertahankan komposisi LQ45 dalam evaluasi mayor April 2025 mengindikasikan bahwa seluruh konstituen masih memenuhi standar minimum dari segi likuiditas dan kapitalisasi pasar.

Namun, ia mengakui bahwa kinerja indeks LQ45 mengalami tekanan yang cukup signifikan, bahkan lebih rendah dibandingkan IHSG. Saham-saham dengan kapitalisasi besar seperti BBCA, BBRI, TLKM, dan ASII tercatat sebagai faktor pemberat utama secara YTD.

Baca Juga :  IHSG Diramal Lanjut Tancap Gas Hari Ini, Cek Rekomendasi Saham BFIN, JSMR & PTBA

“Hal ini sejalan dengan tekanan eksternal seperti pelemahan nilai tukar rupiah, ketegangan perdagangan global, serta penurunan margin dan perlambatan konsumsi domestik,” ujarnya kepada Kontan, Senin (28/4).

Dengan tidak adanya perubahan pada komposisi konstituen, prospek kinerja LQ45 dalam jangka pendek masih berpotensi meningkat jika tekanan makro global mereda. Selain itu, terdapat sentimen positif dari potensi penurunan suku bunga domestik dan global pada semester II, serta upaya buyback dan stimulus fiskal yang digulirkan pemerintah.

”Faktor-faktor yang akan memengaruhi pergerakan LQ45 antara lain arah kebijakan suku bunga, dinamika nilai tukar, tensi geopolitik, serta pengumuman laba kuartal II yang dapat menjadi momentum penting,” ungkapnya.

IHSG Menguat 0,99% ke 6.678 pada Jumat (25/4), UNVR, ARTO, CTRA Jadi Top Gainers LQ45

Di sisi lain, potensi masuknya kembali aliran dana asing ke pasar saham Indonesia, khususnya pada emiten-emiten LQ45, akan sangat bergantung pada perbaikan kondisi makroekonomi global dan domestik.

Namun, saat ini, masih terdapat beberapa kendala utama yang perlu diatasi.

Dari sisi global, kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik terus meningkatkan volatilitas pasar. “Kondisi ini membuat investor asing cenderung lebih berhati-hati dalam menempatkan dana mereka di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia,” jelasnya.

Sementara dari dalam negeri, pelemahan nilai tukar rupiah, defisit fiskal, dan ketidakpastian kebijakan domestik juga turut memengaruhi kepercayaan investor asing.

Sebagai contoh, pada Maret 2025, IHSG mengalami penurunan tajam hingga 7% dalam satu hari, yang menyebabkan penghentian sementara perdagangan. “Hal ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap stabilitas ekonomi dan politik di Indonesia,” ungkapnya.

Menurut Felix, terdapat beberapa momentum yang dapat memicu kembalinya dana asing.

Pertama, stabilisasi kebijakan domestik. Langkah-langkah pemerintah dalam memberikan kejelasan arah kebijakan fiskal dan moneter dapat meningkatkan kepercayaan investor asing.?

Cek Kinerja Bank LQ45 saat IHSG Naik Hari Senin (28/4), Ada BBRI, BRIS, dan BBCA

Kedua, penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI). Ketiga, perbaikan data ekonomi, seperti pertumbuhan PDB yang stabil dan inflasi yang terkendali.

Dengan kapitalisasi yang besar dan likuiditas yang tinggi, peningkatan kinerja emiten-emiten LQ45 dapat mendorong penguatan IHSG secara keseluruhan. Namun, tanpa adanya perbaikan fundamental dan kejelasan kebijakan, aliran dana asing diperkirakan akan tetap terbatas dalam jangka pendek.

“Oleh karena itu, pemerintah dan otoritas terkait perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif guna menarik kembali minat investor asing ke pasar modal Indonesia,” tegasnya.

Rekomendasi saham blue chip

Analis Infovesta Utama, Ekky Topan, menjelaskan bahwa evaluasi LQ45 dilakukan berdasarkan beberapa kriteria utama, yaitu likuiditas, kapitalisasi pasar, dan frekuensi transaksi.

“Jika tidak ada perubahan pada periode ini, berarti emiten-emiten yang tergabung dalam LQ45 masih memenuhi kriteria yang telah ditetapkan,” ujarnya kepada Kontan, Senin (28/4).

Secara YTD, sebagian besar saham LQ45 mengalami tekanan. Beberapa saham yang menjadi pemberat utama indeks antara lain MAPA yang turun 40,19% YTD, ACES turun 34,81%, INCO turun 30,66% YTD, MBMA turun 28,38% YTD, dan AMRT turun 28,42% YTD.

Tekanan juga terlihat pada saham-saham lainnya seperti AMMN, BRPT, ITMG, TOWR, BMRI, UNTR, BBCA, dan BBTN.

BI Rate Tetap 5,75%, Cek Emiten Perbankan Blue Chip LQ45 yang Naik Hari Rabu (23/4)

“Koreksi yang hampir menyeluruh ini disebabkan oleh kombinasi sentimen negatif, seperti kekhawatiran akan perang dagang global, penurunan prospek ekonomi domestik, ketidakpastian pertumbuhan, serta tekanan pada nilai tukar rupiah,” jelasnya.

Di sisi lain, terdapat beberapa saham yang masih mencatatkan kinerja positif sejak awal tahun, di antaranya ANTM (39,67% YTD), GOTO (17,14% YTD), PGAS (7,55% YTD), AKRA (7,14% YTD), BRIS (4,40% YTD), dan JSMR (3,46% YTD).

“Penguatan ANTM didukung oleh kenaikan harga emas dunia, serta GOTO yang menguat berkat aksi buyback dan perbaikan kinerja keuangan,” katanya.

Baca Juga :  IHSG Diprediksi Melemah, Investor Tunggu Hasil Suku Bunga BI

Saat ini, momentum di LQ45 mulai menunjukkan perbaikan. Sentimen positif datang dari aksi buyback saham oleh perusahaan-perusahaan besar, pembelian bersih (net buy) dari investor domestik, peningkatan peringkat kredit Indonesia, serta meredanya kekhawatiran terhadap perang dagang.

Tantangan utama yang masih membayangi adalah tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan penjualan bersih (net sell) oleh investor asing. Jika kedua faktor ini membaik, peluang pemulihan yang lebih kuat pada indeks LQ45 akan terbuka lebar.

Intip Top Losers LQ45 saat IHSG Naik Hari Kamis (17/4), Ada Saham BBTN, ACES, & KLBF

Selain itu, laporan keuangan emiten-emiten LQ45 relatif stabil, sehingga secara fundamental masih mendukung optimisme terhadap kelanjutan penguatan indeks.

“Namun demikian, kewaspadaan tetap diperlukan, terutama terhadap potensi eskalasi baru dalam ketegangan perang dagang global,” paparnya.

Menurut Ekky, emiten LQ45 yang berpotensi menjadi unggulan di tahun 2025 adalah ANTM, dengan katalis positif dari potensi kenaikan harga emas dan penguatan tema hilirisasi mineral nasional. Selain itu, ada BRIS, yang tetap mencatatkan pertumbuhan di tengah tekanan pada sektor perbankan, serta JPFA dengan prospek permintaan sektor poultry yang membaik.

“Secara umum, mayoritas saham LQ45 tetap layak dikoleksi, terutama jika arus dana asing mulai kembali masuk ke pasar Indonesia,” ungkapnya.

Saat ini, memang belum ada alasan fundamental yang cukup kuat bagi investor asing untuk kembali masuk ke pasar, selain faktor valuasi yang sudah mulai menarik. Momentum yang lebih signifikan kemungkinan baru akan muncul ketika terjadi penurunan suku bunga, baik di tingkat global maupun domestik.

Jika dana asing kembali masuk, pasar secara umum berpotensi menguat secara lebih luas. ”Saham-saham sektor perbankan dan blue chip, yang biasanya menjadi tujuan utama investasi asing, akan menjadi motor penggerak kenaikan indeks,” tuturnya.

Dengan sentimen aliran dana asing, Ekky menyarankan investor untuk mempertimbangkan saham BRIS, JSMR, ANTM, dan PTBA dengan target harga masing-masing Rp 4.800 – Rp 5.000 per saham, Rp 5.400 – Rp 5.500 per saham, Rp 3.000 per saham, dan Rp 3.000 – Rp 3.200 per saham.

VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, berpendapat bahwa penurunan kinerja LQ45 disebabkan oleh tekanan pasar terhadap saham-saham blue chip akibat faktor eksternal. Akibatnya, tidak terdapat perbedaan performa yang signifikan untuk memicu perubahan pada komposisi konstituen.

“Selain itu, kinerja dan performa konstituen cenderung stabil, baik dari sisi likuiditas, kapitalisasi pasar, maupun kinerja keuangan,” ujarnya kepada Kontan, Senin (28/4).

Secara YTD, performa yang kurang memuaskan terlihat pada harga saham emiten ritel dan barang baku. Hal ini dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global yang menekan harga komoditas, serta kekhawatiran terhadap penurunan daya beli akibat depresiasi nilai tukar rupiah hingga sempat terjadi deflasi.

Dengan komposisi konstituen yang ada saat ini, kinerja LQ45 berpotensi membaik seiring dengan perbaikan kinerja keuangan, kondisi dalam negeri yang masih resilien, pemulihan permintaan komoditas, serta potensi pemangkasan suku bunga.

“Konstituen yang masih cukup kuat dan atau memiliki sentimen positif, yaitu emiten barang baku yang terkait dengan emas dan utilitas, seperti ANTM, MDKA, dan PGAS,” tuturnya.

Audi merekomendasikan untuk membeli (buy) saham BBCA, TLKM, BMRI, dan BRIS dengan target harga masing-masing Rp 9.250 per saham, Rp 2.830 per saham, Rp 5.450 per saham, dan Rp 3.190 per saham. Sementara itu, rekomendasi trading buy diberikan untuk saham PGAS dengan target harga Rp 1.820 per saham.

Tonton: Arsjad Rasjid, Dirut Indika Energy & Purbaja Pantja CEO ALVA Tinjau Pabrik Motor ALVA

“`

Berita Terkait

Dana Abu Dhabi Investasi Rp32 Triliun di Binance, Beli Kripto Trump!
Tumbuh 2,1%, Timah (TINS) Bukukan Pendapatan Rp 2,10 Triliun pada Kuartal I 2025
PT Timah Tunjuk Purnawirawan TNI Jadi Direktur Utama dan Komisaris Utama
Hungrystock Ungkap Peluang Saham Murah: IPO & Rights Issue Menarik!
IHSG Melonjak: Rekomendasi Saham Pilihan untuk Trading Senin Ini!
Rupiah Menguat Signifikan: Peluang dan Tantangan Data Tenaga Kerja AS
Prodia Bagi Dividen Jumbo: Peluang Investasi Saham PRDA?
Emas Antam Longsor Hari Ini: Raih Cuan Maksimal Meski Harga Turun

Berita Terkait

Sabtu, 3 Mei 2025 - 02:27 WIB

Dana Abu Dhabi Investasi Rp32 Triliun di Binance, Beli Kripto Trump!

Sabtu, 3 Mei 2025 - 00:51 WIB

Tumbuh 2,1%, Timah (TINS) Bukukan Pendapatan Rp 2,10 Triliun pada Kuartal I 2025

Sabtu, 3 Mei 2025 - 00:27 WIB

PT Timah Tunjuk Purnawirawan TNI Jadi Direktur Utama dan Komisaris Utama

Jumat, 2 Mei 2025 - 23:39 WIB

Hungrystock Ungkap Peluang Saham Murah: IPO & Rights Issue Menarik!

Jumat, 2 Mei 2025 - 21:31 WIB

IHSG Melonjak: Rekomendasi Saham Pilihan untuk Trading Senin Ini!

Berita Terbaru

Public Safety And Emergencies

Jangan Kaget! Ini Denda Lengkap Jika Langgar Aturan Lalu Lintas

Sabtu, 3 Mei 2025 - 02:23 WIB