JAKARTA, RAGAMUTAMA.COM – Trina Fizzanty, seorang pakar yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Riset Pendidikan di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menekankan pentingnya penataan kembali orientasi pendidikan di Indonesia.
Langkah ini dianggap krusial dalam upaya menegakkan iklim pendidikan yang mengutamakan kejujuran dan integritas, terutama setelah terungkapnya berbagai kasus kecurangan selama pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berbasis Tes (UTBK SNBT) 2025.
“Guna mewujudkan iklim pendidikan yang berfokus pada karakter dan nilai-nilai luhur, kita perlu melakukan reformasi orientasi pendidikan. Hal ini bukan hanya tentang mengejar hasil akhir semata, melainkan juga tentang menghargai dan memuliakan setiap proses yang dilalui,” ungkap Trina, seperti dikutip dari Antara pada Kamis, 1 April 2025.
Trina berpendapat bahwa berbagai praktik kecurangan yang terungkap dalam UTBK 2025 merupakan isu yang sangat memprihatinkan. Kejadian ini mencerminkan bahwa persoalan moral, karakter, dan integritas masih menjadi tantangan besar yang dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa fenomena ini mengindikasikan pembangunan karakter serta penanaman nilai-nilai positif pada peserta didik di lingkungan pendidikan Indonesia belum mencapai hasil yang optimal.
“Jika orientasi pendidikan hanya berfokus pada pencapaian akademik dan persaingan yang ketat, nilai-nilai fundamental seperti kejujuran dan integritas cenderung terabaikan. Situasi ini, tentu saja, tidak sepenuhnya merupakan kesalahan peserta didik,” jelas Trina.
Menurut Trina, untuk menciptakan suasana pendidikan yang menjunjung tinggi nilai kejujuran, sangat penting untuk membangun budaya belajar yang sehat sejak usia dini.
Dalam konteks ini, ia menegaskan bahwa guru dan orang tua harus memberikan contoh nyata dalam hal integritas, serta menerapkan konsekuensi yang jelas dan adil terhadap setiap tindakan ketidakjujuran.
“Sekolah harus menjadi wadah yang tidak hanya mengajarkan materi pelajaran, tetapi juga mengembangkan empati, tanggung jawab, keberanian moral, dan nilai-nilai positif lainnya. Sekolah perlu berfokus pada pembentukan kebiasaan yang menanamkan nilai-nilai karakter,” tegasnya.
Senada dengan itu, Trina juga menekankan pentingnya peran lingkungan keluarga dan masyarakat. Orang tua, para pemimpin, dan tokoh masyarakat perlu menunjukkan perilaku yang mencerminkan karakter yang baik.
“Oleh karena itu, sekali lagi, rendahnya moralitas pada anak-anak tidak dapat sepenuhnya disalahkan pada institusi pendidikan semata. Masyarakat, terutama para pemimpin dan tokoh, juga memiliki kontribusi signifikan terhadap kondisi ini. Ingatlah bahwa pendidikan—terutama pendidikan karakter—merupakan tanggung jawab kolektif antara sekolah, orang tua, dan masyarakat,” tutur Trina.
Trina juga merekomendasikan agar sistem seleksi masuk perguruan tinggi dievaluasi dan dikaji secara berkelanjutan agar tidak menimbulkan tekanan berlebihan yang mendorong peserta didik untuk melakukan kecurangan.
Ia menyarankan agar sistem seleksi menggabungkan penilaian terhadap kemampuan akademik dengan rekam jejak karakter dan keterlibatan sosial dari calon mahasiswa.
“Dengan pendekatan seperti ini, diharapkan calon mahasiswa yang lolos tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga memiliki moralitas yang tinggi. Inilah calon pemimpin masa depan, dan saya optimis tujuan untuk mewujudkan generasi emas tahun 2045 akan tercapai,” kata Trina.
Sebagai informasi, Tim Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) telah mengungkapkan adanya berbagai bentuk kecurangan yang terjadi selama pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK SNBT) 2025, yang berlangsung sejak Senin, 28 April 2025, dari sesi 1 hingga sesi 12.
Selama 12 sesi tersebut, ditemukan indikasi kecurangan yang terjadi di 13 Pusat UTBK yang berlokasi di berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN), yang melibatkan peserta ujian maupun pihak internal kampus.
“Dari data yang ada, hingga sesi ke-12, tercatat 593.661 peserta hadir, sementara jumlah peserta yang tidak hadir mencapai 19.970 orang,” ungkap Ketua Tim Penanggung Jawab SNPMB, Prof Eduart Wolok, dalam Konferensi Pers SNPMB: Kecurangan yang Terjadi selama Pelaksanaan UTBK SNBT 2025 Sesi 1-12, melalui siaran langsung di kanal YouTube SNPMB ID pada hari Selasa, 29 April 2025.