Coca-Cola Diboikot: Apa yang Terjadi di Denmark?

Avatar photo

- Penulis

Rabu, 30 April 2025 - 23:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, RAGAMUTAMA.COM – Carlsberg, raksasa bir asal Denmark, mengonfirmasi adanya penurunan volume penjualan Coca-Cola di Denmark akibat gelombang aksi boikot yang dilakukan oleh konsumen.

Jacob Aarup-Andersen, CEO Carlsberg, menegaskan bahwa penurunan ini hanya terjadi di Denmark dan tidak meluas ke negara lain. Ia menjelaskan, sentimen boikot terhadap merek-merek asal Amerika Serikat (AS) memang tengah menguat di negara tersebut.

Aarup-Andersen menilai dampak boikot ini belum signifikan, namun merek-merek lokal mulai mengambil alih pangsa pasar. Ia menekankan bahwa Carlsberg bersikap netral dalam aksi boikot ini dan menghormati sepenuhnya pilihan konsumen.

“Kami sangat menghargai keputusan masyarakat,” ujar Aarup-Andersen, seperti yang dikutip dari Anadolu Agency, Rabu (30/4/2025).

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa baik Pepsi maupun Coca-Cola diproduksi oleh tenaga kerja Denmark di fasilitas produksi lokal. Dari perspektif Carlsberg, kedua produk tersebut dapat dianggap sebagai bagian dari merek Denmark.

1. Seruan boikot dipicu ancaman Trump merebut Greenland

Gelombang boikot terhadap produk-produk AS berawal dari pernyataan kontroversial Presiden AS Donald Trump yang berniat untuk mengakuisisi Greenland. Sejak menjabat di awal tahun ini, Trump berulang kali mengungkapkan keinginannya untuk memiliki wilayah otonomi Denmark tersebut. Bahkan, dalam pidatonya di Kongres pada bulan Maret, Trump menyatakan bahwa Amerika “akan mendapatkannya dengan cara apa pun.”

Baca Juga :  Mengubah Industri Tambang: 5 Bukti PT Vale Ramah Perempuan

Pernyataan ini memicu kemarahan publik Denmark yang menganggapnya sebagai bentuk agresi. Sebuah grup Facebook berbahasa Denmark bernama Boykot varer fra USA dengan cepat berkembang menjadi 95 ribu anggota. Aksi boikot pun meluas, tidak hanya sebagai kritik, tetapi juga sebagai bentuk pembangkangan konsumen terhadap produk-produk buatan AS.

Wakil Presiden AS, JD Vance, bahkan sempat menyindir Denmark sebagai sekutu yang tidak kooperatif. Komentar ini muncul sehari setelah Trump menegaskan bahwa Greenland memiliki arti penting bagi keamanan internasional.

Dampak Boikot, Chat Cola Menggeser Dominasi Coca-Cola di Tepi Barat

Dampak Boikot, Chat Cola Menggeser Dominasi Coca-Cola di Tepi Barat

2. Jolly Cola menjadi alternatif favorit pengganti Coca-Cola

Media penyiaran Denmark, DR, melaporkan bahwa di tengah penurunan minat terhadap Coca-Cola, merek lokal Jolly Cola justru mengalami peningkatan penjualan yang signifikan. Konsumen Denmark berbondong-bondong beralih ke minuman dalam negeri sebagai wujud solidaritas nasional. Supermarket Rema 1000 mencatat penjualan Jolly Cola pada bulan Maret melonjak 13 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Peningkatan ini tidak terlepas dari sentimen anti-AS yang semakin kuat. Bagi sebagian warga, membeli produk lokal merupakan bentuk perlawanan yang damai. Mereka menghindari merek-merek seperti Coca-Cola dan Pepsi, meskipun diproduksi secara lokal.

Baca Juga :  Menaker Umumkan: Pengaduan THR Lebaran 2025 Turun Signifikan!

Dilansir dari Xinhua, Carlsberg sendiri memiliki lisensi untuk memproduksi dan mendistribusikan Coca-Cola, Fanta, Sprite, dan Schweppes di Denmark. Namun, tren konsumen saat ini lebih mendukung produk asli Denmark daripada produk lisensi dari luar negeri.

3. Penurunan penjualan Coca-Cola juga dipengaruhi isu geopolitik di negara lain

Meskipun hanya Denmark yang secara aktif memboikot Coca-Cola karena isu Greenland, tekanan terhadap merek ini juga terjadi di negara lain. Di beberapa negara dengan mayoritas penduduk Muslim, Coca-Cola telah lama menjadi sasaran boikot karena dugaan keterkaitan dengan agresi Israel di Gaza. Aksi ini berdampak signifikan terhadap angka penjualan global.

Pada kuartal I 2025, pendapatan Coca-Cola mengalami penurunan sebesar 2 persen menjadi 11,1 miliar dolar AS. Penurunan ini tercatat dalam laporan keuangan yang dirilis pada hari Selasa. Meskipun demikian, boikot terkait Greenland belum meluas ke negara-negara Eropa lain tempat Carlsberg mendistribusikan Pepsi.

Dampak nyata dari sentimen geopolitik terhadap merek global semakin terasa di berbagai pasar. Konsumen kini semakin selektif, terutama dalam mempertimbangkan posisi politik negara asal produk tersebut.

Siapa Sebenarnya Pemilik Coca-Cola? Ini Sejarah Panjangnya

Siapa Sebenarnya Pemilik Coca-Cola? Ini Sejarah Panjangnya

Berita Terkait

Laba PTBA Terjun Bebas: Analisis Mendalam Kuartal I 2025
Daftar Lengkap Saham LQ45 Periode Mei-Juli 2025: Peluang Investasi Blue Chip Menarik
Gotrade Hadirkan Kemudahan Trading Saham AS Lewat TradingView Mobile!
Asing Jual Besar-besaran Saham BMRI dan BBRI, Ini Daftar Lengkapnya
Bank DKI Bagikan Dividen Jumbo dan Rencanakan IPO untuk Transformasi
Harga Emas Hari Ini: Update Grafik & Harga Terbaru Antam, UBS, Galeri 24, Pegadaian
Bank DKI Bagi Dividen Rp249,31 Miliar & Siap IPO: Langkah Strategis Menuju Pasar Saham
Sektor Manufaktur China Terkontraksi Signifikan: Data April 2025 Mengkhawatirkan

Berita Terkait

Kamis, 1 Mei 2025 - 07:55 WIB

Laba PTBA Terjun Bebas: Analisis Mendalam Kuartal I 2025

Kamis, 1 Mei 2025 - 07:23 WIB

Daftar Lengkap Saham LQ45 Periode Mei-Juli 2025: Peluang Investasi Blue Chip Menarik

Kamis, 1 Mei 2025 - 07:03 WIB

Gotrade Hadirkan Kemudahan Trading Saham AS Lewat TradingView Mobile!

Kamis, 1 Mei 2025 - 06:23 WIB

Asing Jual Besar-besaran Saham BMRI dan BBRI, Ini Daftar Lengkapnya

Kamis, 1 Mei 2025 - 05:07 WIB

Bank DKI Bagikan Dividen Jumbo dan Rencanakan IPO untuk Transformasi

Berita Terbaru

finance

Laba PTBA Terjun Bebas: Analisis Mendalam Kuartal I 2025

Kamis, 1 Mei 2025 - 07:55 WIB