LG Investasi Baterai EV Rp28,5 Triliun di Indonesia Pasca Hengkang?

Avatar photo

- Penulis

Rabu, 30 April 2025 - 14:12 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

“`html

Ragamutama.com, JAKARTA — Aliran investasi dari LG Energy Solution (LGES) dipastikan tidak terhenti di Indonesia, meskipun perusahaan tersebut tidak lagi terlibat dalam proyek besar ekosistem baterai listrik berbasis nikel. Posisi yang sebelumnya direncanakan untuk LGES kini ditempati oleh Zhejiang Huayou Cobalt, sebuah perusahaan manufaktur baterai terkemuka dari China.

LGES sendiri memilih strategi untuk memfokuskan sumber dayanya pada pengembangan pabrik sel baterai yang dijalankan melalui kemitraan dengan Hyundai, yaitu PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power. Kabarnya, produsen baterai asal Korea Selatan ini berencana untuk menginvestasikan tambahan dana sebesar US$1,7 miliar, atau setara dengan Rp28 triliun.

Pabrik PT HLI, yang juga dikenal dengan sebutan Proyek Omega, merupakan bagian dari joint venture (JV) ke-4 dalam proyek ambisius ekosistem baterai Indonesia. Proyek ini secara khusus berfokus pada produksi cells battery di sektor hilir, yang akan digunakan untuk memenuhi permintaan produksi kendaraan listrik di pabrik Hyundai.

: Gantikan LG, Huayou China Klaim Akan Investasi Rp335 Triliun di RI

Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan bahwa investasi LGES dan Hyundai di pabrik HLI mencapai US$1,1 miliar, atau sekitar Rp18,46 triliun. Pabrik ini sendiri telah memulai operasinya sejak Juli 2024.

Menteri Investasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani, menegaskan bahwa LG tetap memiliki komitmen penuh terhadap proyek pabrik sel baterai ini. Sampai saat ini, investasi yang sudah direalisasikan mencapai US$1,1 miliar, atau setara dengan Rp18,46 triliun.

: : LG Tak Sepenuhnya Cabut, Siap Tambah Rp28 Triliun di Pabrik Baterai Karawang

“Mereka sudah melakukan pembicaraan awal dengan kami, menyatakan keinginan untuk meningkatkan investasi sebesar US$1,1 miliar dengan tambahan US$1,7 miliar untuk memperluas investasi yang ada,” ungkap Rosan dalam konferensi pers pada hari Selasa (29/4/2025).

Dia juga berencana untuk mengunjungi pabrik tersebut pada hari Rabu (30/4/2025) pagi untuk membahas lebih lanjut mengenai rencana ekspansi ini. Pihaknya memberikan apresiasi kepada LG atas komitmen konkretnya terhadap pabrik sel baterai yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat.

: : Investasi Korsel di Indonesia Meningkat pada Kuartal I/2025, Meski LG Hengkang

Lebih lanjut, Rosan menjelaskan bahwa JV 4, yang merupakan kerjasama antara Hyundai, LG, dan Indonesia Battery Coorporation (IBC), adalah bagian integral dari rencana Grand Package yang telah berhasil diwujudkan.

Baca Juga :  IHSG Berpotensi Turun Lagi? Analisis Saham dan Rekomendasi Rabu Ini

“Total investasi untuk JV 4 ini, jika sudah selesai, dapat mencapai US$2,8 miliar, sesuai dengan target awal yang ditetapkan,” jelasnya.

Namun, LG tetap memutuskan untuk tidak melanjutkan partisipasinya dalam JV 1-3 dalam megaproyek baterai. Rosan mengakui bahwa Grand Package ekosistem baterai Indonesia ini merupakan transaksi besar dengan struktur yang kompleks.

“Total investasi LG [awalnya] sekitar US$9,8 miliar, yang terbagi dalam 4 bagian. Setiap bagian memiliki JV sendiri, dengan mitra yang berbeda karena nilainya sangat besar,” tuturnya.

Dia menjelaskan bahwa dalam JV 1, LG memegang saham minoritas dalam proyek hulu pertambangan bersama BUMN Indonesia, Aneka Tambang (ANTM). Sementara itu, JV 2-3 fokus pada pengolahan berbagai produk tambang.

“Tambang ini kemudian diolah menjadi produk seperti nickel matte, lalu diproses lagi menjadi nickel sulfat, kemudian menjadi prekursor, katoda, anoda, cells battery, battery pack, hingga daur ulang baterai. Ini adalah kerjasama yang berbeda-beda,” jelasnya.

Rosan mengaku tidak terlalu khawatir dengan keluarnya LG dari JV 1-3, karena negosiasi yang alot dalam transaksi sebesar ini dianggap wajar. Selain itu, pemerintah telah menemukan pengganti LG, yaitu Zhejiang Huayou Cobalt Co.

“Huayou, yang sudah berinvestasi di Morowali dan Weda Bay di Sulawesi dan Maluku Utara, berminat untuk menggantikan posisi LG. Kami pun telah bertemu dengan Huayou,” terangnya.

Prospek Investasi LG

Head of Center of Industry, Trade, and Investment Indef, Andry Satrio Nugroho, berpendapat bahwa keputusan LG untuk fokus pada pengembangan sel baterai berbasis nikel bersama Hyundai didasarkan pada kondisi pasar baterai listrik berbasis nikel yang kurang menggembirakan.

“Dari sisi regulasi, tidak ada insentif yang signifikan untuk memproduksi baterai listrik berbasis nikel,” kata Andry kepada Bisnis pada hari Selasa (29/4/2025).

Menurut Andry, sebagai mitra pengembangan ekosistem baterai, Indonesia Battery Corporation (IBC) juga memiliki kepentingan untuk memastikan bahwa baterai yang dihasilkan oleh LG dan Grand Project adalah baterai nikel.

Dia juga melihat bahwa investor di hulu ekosistem baterai listrik masih ragu karena pasar dan regulasi di Indonesia kurang mendukung elektrifikasi berbasis nikel.

“Kita fokus pada elektrifikasi, tetapi kita lupa bahwa ekosistem kendaraan listrik yang kita dorong adalah yang berbasis nikel, bukan LFP [Lithium Ferro Phosphate], karena kita memiliki keunggulan dalam nikel. Sementara itu, pemain global saat ini cenderung beralih ke LFP karena harganya lebih kompetitif,” jelasnya.

Baca Juga :  Harga Minyak Ditutup Melemah di Akhir Pekan, Kekhawatiran Pasokan Mereda

Investasi Sektor Baterai

Namun, berdasarkan perhitungan Tenggara Strategics, realisasi investasi di ekosistem kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) hingga tahun 2024 diproyeksikan memberikan nilai tambah sebesar Rp29,6 triliun bagi perekonomian, atau peningkatan sebesar 0,2% terhadap PDB tahun 2020.

Sektor hilir menyumbang peningkatan nilai tambah terbesar, yaitu sebesar Rp10,8 triliun. Selain itu, pengembangan ekosistem KBLBB di Indonesia diproyeksikan akan menciptakan 527.477 pekerjaan di industri manufaktur pada tahun 2030, dan meningkat hingga 2 juta pekerjaan pada tahun 2060.

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa kebijakan kendaraan listrik Indonesia telah mengalami kemajuan signifikan sejak diterbitkannya Perpres No. 55/2019, yang mendorong percepatan program KBLBB, termasuk insentif pajak dan standar teknis pengisian daya.

Sejak saat itu, produsen otomotif global seperti Hyundai, Wuling, BYD, dan MG telah berinvestasi dalam pabrik perakitan KBLBB di Indonesia, sementara produksi baterai dimulai di Karawang melalui kerjasama antara Hyundai dan LG.

Dari sisi permintaan, insentif yang diberikan oleh pemerintah telah meningkatkan penjualan mobil listrik sebesar 153% pada tahun 2024, menjadi 43.188 unit.

Meskipun penjualan mobil listrik tumbuh pesat, adopsi mobil listrik baru mencapai 5% dari total penjualan mobil, masih jauh di bawah kapasitas produksi dan masih menyisakan tantangan untuk penetrasi KBLBB yang lebih luas.

Kebijakan insentif KBLBB Indonesia secara umum sejalan dengan negara-negara seperti Malaysia, India, China, dan Norwegia – baik dari sisi penawaran (seperti pembebasan bea impor, insentif manufaktur, dan pengembangan infrastruktur pengisian daya) maupun sisi permintaan (seperti insentif pajak, subsidi harga, dan insentif non-fiskal).

Meskipun demikian, Indonesia masih memiliki ruang untuk memperkuat kebijakan, seperti menerapkan potongan pajak untuk pembelian mobil listrik oleh perusahaan, baik perusahaan BUMN maupun swasta, dan kewajiban pembangunan infrastruktur pengisian daya di apartemen-apartemen, seperti yang dilakukan di China dan Singapura.

Strategi kuota impor mobil listrik dalam bentuk utuh (CBU), seperti yang diterapkan di India, juga bisa menjadi pertimbangan untuk menjaga daya saing industri otomotif lokal.

“`

Berita Terkait

Bank DKI Bagi Dividen Rp249,31 Miliar & Siap IPO: Langkah Strategis Menuju Pasar Saham
Sektor Manufaktur China Terkontraksi Signifikan: Data April 2025 Mengkhawatirkan
IHSG Menguat 17,73 Poin, Sentuh 6.766,80: Emas Stabil, Minyak Mentah Melemah
Anjloknya Wall Street: Ekonomi AS Kontraksi di Kuartal Pertama 2025
DHL Investasi Rp37 Triliun Perkuat Logistik Kesehatan Indonesia
Coca-Cola Diboikot: Apa yang Terjadi di Denmark?
Bank DKI Bagi Dividen Jumbo dan Umumkan Rencana IPO
Laba Mayora Indah Melesat: Pendapatan MYOR Kuartal I 2025 Tembus Rp 9,85 Triliun!

Berita Terkait

Kamis, 1 Mei 2025 - 01:36 WIB

Bank DKI Bagi Dividen Rp249,31 Miliar & Siap IPO: Langkah Strategis Menuju Pasar Saham

Kamis, 1 Mei 2025 - 01:23 WIB

Sektor Manufaktur China Terkontraksi Signifikan: Data April 2025 Mengkhawatirkan

Kamis, 1 Mei 2025 - 01:11 WIB

IHSG Menguat 17,73 Poin, Sentuh 6.766,80: Emas Stabil, Minyak Mentah Melemah

Rabu, 30 April 2025 - 23:47 WIB

Anjloknya Wall Street: Ekonomi AS Kontraksi di Kuartal Pertama 2025

Rabu, 30 April 2025 - 23:35 WIB

DHL Investasi Rp37 Triliun Perkuat Logistik Kesehatan Indonesia

Berita Terbaru