Simak Prospek Kinerja Emiten Properti Kawasan Industri di Tahun Ini

- Penulis

Minggu, 2 Februari 2025 - 15:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RAGAMUTAMA.COM – JAKARTA. Kinerja emiten properti kawasan industri diprediksi bakal membaik di tahun 2025. Salah satu sentimen positif berasal dari penurunan suku bunga bank sentral di bulan pertama tahun ini.

Tengok saja, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) yang menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 8% di tahun 2025.

“Selain itu, target prapenjualan lahan di tahun ini seluas 137 ha, dengan rincian 120 ha dari Subang dan 17 ha dari Karawang,” kata VP Head of Investor Relations SSIA, Erlin Budiman, kepada Kontan, Jumat (31/1).

Sebagai gambaran, SSIA mencatakan prapenjualan lahan di wilayah Subang dan Karawang senilai Rp 2 triliun sepanjang tahun 2024, naik 704% secara tahunan alias year on year (YoY).

“Nilai tersebut setara dengan luas lahan 162 hektare (ha), yang juga naik 412% YoY,” ujarnya.

Dengan masuknya BYD di kawasan industri Subang Smartpolitan pada tahun 2024, SSIA pun memiliki sejumlah pipeline bisnis baru di kawasan tersebut pada tahun ini. Yaitu, bisnis energi terbarukan, besi dan baja, elektronik, garment dan tekstil, serta alat berat.

“Produksi untuk bisnis otomotif tetap mendominasi permintaan lahan industri Subang Smartpolitan di tahun ini,” ungkapnya.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer memprediksi, kinerja emiten properti kawasan industri di tahun 2024 bakal lebih baik dari tahun 2023.

“Hal itu didukung oleh pemulihan permintaan lahan industri dan ekspansi kawasan baru,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (31/1).

Baca Juga :  TOWR Kantongi Izin Rights Issue 15 Miliar Saham untuk Ekspansi

Sebagai gambaran, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) membukukan pendapatan Rp 3,86 triliun pada kuartal III 2024, naik 27% YoY. SSIA juga mencetak laba bersih Rp 228,41 miliar per kuartal III tahun lalu, dari sebelumnya rugi bersih Rp 23,69 miliar per kuartal III 2023.

PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) berhasil cetak kenaikan laba sebesar 85% secara tahunan alias year on year (YoY) ke Rp 977,52 miliar per September 2024. Pendapatan usaha juga naik 71,79% YoY ke Rp 1,68 triliun di periode ini.

PT Jababeka Tbk (KIJA) mencatatkan pendapatan total sebesar Rp 3,367 triliun per kuartal III 2024, naik 47% YoY. Laba bersih juga naik ke Rp 769,7 miliar di periode ini.

Khaer melihat, kinerja positif emiten properti industri bakal berlanjut di tahun 2025. Salah satu sentimen pendorongnya adalah penurunan suku bunga BI yang dapat meningkatkan permintaan properti.

Asal tahu saja, Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga menjadi 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Januari. Selain itu, The Fed juga memutuskan untuk menahan suku bunga di 4,25%-4,5% di awal tahun ini.

“Namun, emiten properti kawasan industri juga masih menghadapi tantangan ekonomi global lain di tahun ini,” ungkapnya.

Menurut Miftahul, kinerja saham emiten properti kawasan industri juga mulai mencerminkan kinerja bisnisnya saat ini.

Melansir RTI, saham SSIA melesat 133,64% dalam setahun terakhir, tetapi turun 25,65% sejak awal tahun ini alias year to date (YTD).

Baca Juga :  IHSG Masuk Zona Merah, Saham BREN dan TPIA Anjlok

Saham DMAS turun 9,82% setahun terakhir dan terkoreksi 1,34% YTD. Sementara, saham KIJA naik 45,38% setahun terakhir dan naik 1,61% YTD.

“Ada peluang kenaikan lagi jika sentimen positif terus berlanjut,” paparnya.

Meskipun begitu, Miftahul belum memberikan rekomendasi untuk saham properti kawasan industri.

Analis BRI Danareksa Sekuritas, Ismail Fakhri Suweleh melihat, kinerja emiten kawasan industri akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan pemerintah Indonesia dalam menarik investasi asing alias foreign direct investment (FDI). Kompetisi yang tinggi dan keterlambatan penyelesaian akses mobilitas juga dianggap bisa menghambat kinerja.

Untuk SSIA, perseroan bisa mengalami penurunan laba di tahun 2025 lantaran margin target prapenjualan lahan rendah dari tahun lalu.

Selain itu, SSIA juga sedang menutup Hotel Melia Bali yang tengah direnovasi dan baru ditargetkan buka lagi pada akhir tahun ini.

“Dua faktor itu tidak dapat sepenuhnya diimbangi oleh pendapatan konstruksi yang lebih tinggi,” ujarnya dalam riset BRI Danareksa Sekuritas tanggal 23 Januari 2025.

Meskipun begitu, Ismail meyakini, kinerja SSIA masih bisa positif. Terutama, didorong peran perseroan sebagai pusat ekosistem kendaraan listrik (EV) di Indonesia seusai kerjasama dengan BYD.

“Itu juga didukung oleh pendapatan berulang yang bisa cukup stabil,” ungkapnya.

Ismail pun merekomendasikan beli untuk SSIA dengan target harga Rp 1.300 per saham. 

Berita Terkait

Laba Bersih BSI Melesat Rp1,87 Triliun di Kuartal I 2025
Sah! Bank DKI Disetujui IPO di Bursa Efek Indonesia
Kejagung Dalami Dugaan Korupsi Kredit Bank ke Sritex: Apa Dampaknya?
Ahmad Luthfi Luncurkan Kebijakan: Tarif Bus Buruh Cuma Seribu Rupiah!
BIKE Tebar Dividen: Simak Jadwal dan Besaran Dividen Sepeda Bersama Indonesia
Astra Graphia Tebar Dividen Rp 67 Miliar: Cek Jadwal Lengkapnya!
8 Tuntutan Pengusaha: Solusi Produktivitas & Kesejahteraan Buruh?
Prospek Emiten Grup Pertamina 2025: Analisis Mendalam dan Rekomendasi Investasi

Berita Terkait

Kamis, 1 Mei 2025 - 18:23 WIB

Laba Bersih BSI Melesat Rp1,87 Triliun di Kuartal I 2025

Kamis, 1 Mei 2025 - 17:19 WIB

Kejagung Dalami Dugaan Korupsi Kredit Bank ke Sritex: Apa Dampaknya?

Kamis, 1 Mei 2025 - 16:31 WIB

Ahmad Luthfi Luncurkan Kebijakan: Tarif Bus Buruh Cuma Seribu Rupiah!

Kamis, 1 Mei 2025 - 16:19 WIB

BIKE Tebar Dividen: Simak Jadwal dan Besaran Dividen Sepeda Bersama Indonesia

Kamis, 1 Mei 2025 - 16:15 WIB

Astra Graphia Tebar Dividen Rp 67 Miliar: Cek Jadwal Lengkapnya!

Berita Terbaru

finance

Laba Bersih BSI Melesat Rp1,87 Triliun di Kuartal I 2025

Kamis, 1 Mei 2025 - 18:23 WIB