Tarif Impor Tekstil RI Capai 47 Persen: Menteri Airlangga Sebut Tertinggi ASEAN

- Penulis

Jumat, 18 April 2025 - 12:19 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, RAGAMUTAMA.COM – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyoroti disparitas tarif bea masuk produk tekstil Indonesia di Amerika Serikat (AS). Tarif tersebut dinilai lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya.

“Saat ini, komoditas ekspor unggulan Indonesia seperti garmen, alas kaki, tekstil, furnitur, dan udang menghadapi tarif bea masuk yang lebih tinggi daripada beberapa kompetitor, baik dari ASEAN maupun negara-negara Asia lainnya,” ungkap Airlangga dalam konferensi pers virtual, Jumat (18/4/2025).

China Acuhkan Tarif Trump, Singgung AS Jadi Lelucon Dunia

China Acuhkan Tarif Trump, Singgung AS Jadi Lelucon Dunia

1. Tekstil dan garmen paling terdampak

Secara khusus, sektor tekstil dan garmen menjadi yang paling terdampak. Airlangga menjelaskan, produk dari sektor ini kini dikenai tarif bea masuk hingga 47 persen, akibat tambahan tarif dasar 10 persen yang diberlakukan AS selama 90 hari.

Sebelumnya, tarif untuk produk tekstil dan garmen Indonesia berada pada kisaran 10–37 persen. Tambahan tersebut membuat total tarif bea masuk mencapai 47 persen.

Baca Juga :  Ancaman Royalti Naik: Bagaimana Nasib Saham-Saham Emiten Tambang?

“Dengan tambahan tarif 10 persen selama 90 hari, tarif rata-rata Indonesia, khususnya di sektor tekstil dan garmen yang sebelumnya berkisar antara 10 hingga 37 persen, kini menjadi 47 persen,” jelasnya.

Indonesia-AS Sepakat Rampungkan Negosiasi Tarif Balasan dalam 60 Hari

Indonesia-AS Sepakat Rampungkan Negosiasi Tarif Balasan dalam 60 Hari

2. Beban ditanggung eksportir, daya saing tertekan

Airlangga menambahkan, beban tarif ini tidak hanya ditanggung importir AS, tetapi juga diemban oleh eksportir Indonesia, menekan daya saing produk dalam negeri di pasar internasional.

“Tambahan tarif 10 persen otomatis meningkatkan biaya ekspor. Yang menjadi masalah, beban biaya tambahan ini tidak sepenuhnya ditanggung pembeli, melainkan dibagi dengan eksportir Indonesia,” paparnya.

“(Artinya) bukan hanya pembeli yang menanggung pajak tersebut,” tambahnya.

Sederet Sektor yang Ditawarkan Indonesia ke AS demi Nego Tarif

Sederet Sektor yang Ditawarkan Indonesia ke AS demi Nego Tarif

3. Pemerintah dorong tarif lebih kompetitif

Baca Juga :  Bos Sido Muncul Borong 905.700 Saham SIDO

Pemerintah mendorong peninjauan kembali perjanjian dagang dan kerja sama ekonomi untuk mengamankan tarif yang lebih kompetitif di pasar global.

Langkah ini diharapkan memperkuat posisi Indonesia di pasar internasional dan meningkatkan nilai ekspor nasional.

“Diperlukan tarif yang lebih kompetitif, sejalan dengan negara-negara pesaing Indonesia,” tegasnya.

Prabowo Bahas Peningkatan Impor Energi buat Nego Tarif Trump

Prabowo Bahas Peningkatan Impor Energi buat Nego Tarif Trump

4. RI-AS sepakat selesaikan negosiasi tarif dalam 60 Hari

Airlangga menyampaikan kesepakatan Indonesia dan Amerika Serikat untuk menyelesaikan negosiasi tarif balasan dalam dua bulan mendatang.

Indonesia menawarkan berbagai solusi untuk menjaga keseimbangan perdagangan dan mencegah beban berat pada salah satu pihak.

“Indonesia dan Amerika Serikat sepakat menyelesaikan perundingan dalam 60 hari. Kerangka acuan telah disepakati, meliputi kemitraan perdagangan dan investasi, kerja sama pengelolaan mineral penting, dan penguatan keandalan rantai pasok yang resilien,” pungkas Airlangga.

Berita Terkait

8 Tuntutan Pengusaha: Solusi Produktivitas & Kesejahteraan Buruh?
Prospek Emiten Grup Pertamina 2025: Analisis Mendalam dan Rekomendasi Investasi
Investor Asing Lepas Rp20 Triliun: Saham-Saham Apa Saja yang Dilepas Besar-besaran Sebulan Terakhir?
Lippo Cikarang Bukukan Penjualan Rp 323 Miliar di Kuartal Pertama 2025
Bahlil Yakin Target Produksi Migas 1 Juta Barel Tercapai 2030
Laba Bersih Naik di Kuartal I 2025, Simak Rekomendasi Saham Indosat (ISAT)
Analisis Saham PTPP: Prediksi Kinerja dan Rekomendasi Investasi 2025
Pendapatan United Tractors (UNTR) Naik 6% di Kuartal I-2025, Laba Bersih Turun 30%

Berita Terkait

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:27 WIB

8 Tuntutan Pengusaha: Solusi Produktivitas & Kesejahteraan Buruh?

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:23 WIB

Prospek Emiten Grup Pertamina 2025: Analisis Mendalam dan Rekomendasi Investasi

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:11 WIB

Investor Asing Lepas Rp20 Triliun: Saham-Saham Apa Saja yang Dilepas Besar-besaran Sebulan Terakhir?

Kamis, 1 Mei 2025 - 14:35 WIB

Lippo Cikarang Bukukan Penjualan Rp 323 Miliar di Kuartal Pertama 2025

Kamis, 1 Mei 2025 - 14:11 WIB

Bahlil Yakin Target Produksi Migas 1 Juta Barel Tercapai 2030

Berita Terbaru

Public Safety And Emergencies

Ricuh! Aksi May Day di DPR Berujung Bentrokan

Kamis, 1 Mei 2025 - 16:11 WIB

Family And Relationships

Fachri Albar Narkoba, Renata Kusmanto Gugat Cerai: Fakta Terbaru!

Kamis, 1 Mei 2025 - 16:03 WIB

Society Culture And History

Skandal UTBK 2025: Mahasiswa dan Alumni ITB Diduga Lakukan Perjokian!

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:51 WIB

Food And Drink

Rayakan May Day: Promo Makanan & Tiket Wahana Menanti!

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:47 WIB